Bab 18

2.3K 88 0
                                    

Happy reading

***

Arnold calling,

Mince memandang nama Arnold di layar ponsel. Ia tersenyum penuh arti, ah entahlah kenapa hatinya kini berubah begitu cepat, awalnya enggan kini malah berharap lebih. Ia menggeser tombol hijau pada layar, ia meletakan ponsel itu di telinga kirinya.

"Iya halo,"

"Hai sayang, kamu lagi apa?," ucap Arnold dibalik speaker ponsel.

"Lagi mau mandi," ia melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 11.45 menit.

"Jadi tadi kamu ngantarin kue sama bunda enggak mandi?," Arnold menahan tawa, karena sudah siang seperti sang pujaan hati belum mandi.

"Enggak sih, tapi aku masih cantik kok," timpal Mince.

Arnold meletakan berkas yang dipegangnya, "Ih sayang, kamu kok jorok banget pergi nganterin kue enggak mandi,"

Mince hanya bisa tertawa, ia membiarkan Arnold memanggilnya sayang, "Lagi males,"

"Kalau males sini aku mandiin,"

"Enak aja," sungut Mince.

"Mandi sama-sama itu romantis loh yank,"

"Itu sih maunya kamu," dengus Mine lalu terkekeh.

"Percaya aku, mandi sama aku, kamu pasti suka," Arnold tersenyum penuh arti, ia menyandarkan punggunya di kursi.

"Emangnya kamu bisa di percaya,"

"Ya kamu harus percaya lah,"

"Ih,"

"Kenapa enggak bawa hp hemm? Aku tadi pagi nelfon kamu,"

"Lupa, lagian cuma ngantar pesenan kue doang. Kamu enggak kerja?," tanya Mince penasaran, masalahnya ia mendengar suara berisik-berisik.

"Ini aku lagi di office, nanti sore ada wedding kemungkinan aku pulangnya malam. Tapi nanti aku ke rumah kamu bentar,"

"Iya,"

"Yaudah, kamu mandi sana, jangan lupa makan siang,"

"Iya, kamu juga yah," Mince menyelipkan rambutnya di telinga.

"Iya, dah sayang, aku kerja dulu ya,"

"Semangat ya kerjanya," Mince tersenyum penuh bahagia, ah entahlah sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Mengidentifikasi perasaan jatuh cinta itu cukup membingungkan. Emosi dan perasaan sulit dimengerti, kadang ada keraguan, dan ada perasaan suka kemudian hilang begitu saja. Pada dasarnya orang yang jatuh cinta cenderung mencoba hal baru dengan konsep mereka sendiri. Sehingga apa yang di anggap sepele, merasakan kesan yang sangat penting bagi keduanya.

***



Perasaan bahagia bergejolak begitu hebat menjelang malam tiba. Karena ada ketertarikan atas hubungan dengan seseorang, terlebih sudah lama sekali tidak merasakannya. Banyak yang menyangkal bahwa dia sedang kasmaran. Bulan dan bintang menjadi saksi bisu atas dua insan yang kini sedang dilanda asmara.

"Non, nungguin mas galak ya," Sinem menatap Mince sedang duduk di sofa, sebenarnya ia ke ruang tamu ingin mematikan lampu yang masih menyala, tapi melihat sang majikan masih duduk merenung menatap ponsel dengan wajah cemas.

"Siapa juga yang nungguin tuh orang, pengen duduk aja lah. Bibi ngapain ke sini?," sungut Mince, melirik Sinem berjalan mendekatinya.

"Mau matiin lampu non, soalnya udah jam sepuluh ngantuk,"

Eat, Bread and Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang