Bab 22

2.4K 74 2
                                    

Happy reading

***

Keluarga adalah salah satu keindahan yang ada di dunia ini. Terlebih adanya pilar-pilar cinta yang kuat. Rasa cinta seperti akar pohon, agar tidak rapuh dan roboh. Untuk membangun keluarga itu sendiri harus di mulai kesadaran diri sendiri, saling menyayangi, mengasihi dan melangkapi satu sama lain. Tanpa keluarga bagai tubuh tak bernyawa tanpa artinya.

Di dalam lubuk hatinya paling dalam, inginnya tetap bersama seperti ini selamanya. Dengan selalu bersama tidak ada kesempatan untuk kehancuran rumah tangga itu sendiri.

Farhan memandang Putri, ia tersenyum pada wajah cantik itu kini sedang sibuk di dapur bersama ibunya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, selain mengucapkan syukur atas dua orang wanita yang ia sayangi di dunia ini kini akur. Pahit manisnya kehidupan akan ia jalani dengan suka cita.

Hari ini sesuai dengan janjinya, ia sengaja menitipkan Mona kepada orang tuanya. Reaksi sang mami tentu saja antusias, dengab alasan ingin liburan berdua. Ia akan memperbaiki hubungan ia dengan Putri, saling bercerita satu sama lain tanpa adanya rahasia.

Putri melirik Farhan yang sedang fokus dengan kemudi setir, ada prihal yang ia ingin tanyakan tentang Arnold. Ini semata-mata demi kebaikkan Mince sahabatnya. Bagainya Mince adalah belahan jiwa, dialah sahabat terbaik yang ia miliki, baik suka maupun duka.

"Arnold itu temen kamu?," Putri membuka topik pembicaraan.

Farhan menoleh menatap Putri, "Chef Arnold maksud kamu?,"

"Iya," gumam Putri.

"Kok kamu tanya Arnold? Ada apa?,"

"Enggak ada apa-apa sih, cuma mau tau tentang dia,"

Farhan mengerutkan dahi, sebenarnya ia tidak terlalu suka jika istrinya membicarakan laki-laki lain dalam hubungannya yang sedang akan berdamai, walaupun dia sahabatnya sekalipun.

"Temen kamu Arnol itu udah nikah atau belum sih?," sepertinya Putri tidak perlu berbasa-basa lagi, ia hanya ingin menyelamatkan Mince dari laki-laki buaya darat.

Farhan mengusap tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung akan membicarakan bagaimana "Hemmm,"

"Dia lagi dekat dengan sahabatku Mince, jadi aku pengen tau dia baik atau enggak. Aku enggak ingin Mince mendapat orang yang salah,"

Farhan mengangguk paham, ia menggigit bibir bawah. Dirinyalah yang menyarankan Arnold berpacaran dengan Mince. Sebenarnya ada beberapa hal kenapa ia menyuruh Arnold dekat dengan seorang wanita. Karena kehidupan Arnold tidak jauh berbeda dengan dirinya, maka ia menyuruh Arnold memacari Mince.

"Kamu mau tau sebenarnya,"

"Iya,"

"Ceritanya nanti di hotel aja ya,"

"Emang enggak bisa cerita di sini ya," Putri memandang Farhan dengan penuh harap.

"Sebenarnya aku enggak suka sih bahas laki-laki lain dalam hubungan kita, terlebih aku baru aja mau memperbaiki hubungan dengan kamu,"

"Ya tapi cerita aja, enggak apa-apa kok. Lagian aku udah damai sama kamu,"

Farhan menyungging senyum, melirik sang istri, "Arnold pria baik-baik kamu tenang aja, enggak ada salahnya Arnold pacaran sama Mince," Farhan mencoba setenang mungkin.

"Dia udah nikah atau belum?,"

"Harus ya kita bahas itu,"

"Ya harus lah,"

"Belum sih,"

Putri kembali meyakinkan Farhan, "Yakin ?,"

"Belum dua kali,"

Eat, Bread and Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang