Bab 6

4.2K 156 3
                                    


Happy reading

***

"Bi, tadi Mona Minum susu enggak ?," tanya Putri, ia meletakan tas di atas meja.

"Sudah non, dua botol," ucap bi Sinem melangkah ke dapur, ia ingin mencuci botol Mona.

"Syukurlah kalau begitu," Ia melihat Mona sudah tertidur pulas di dalam box baby.

Baginya Mona adalah segalanya, dia anugrah terindah yang pernah ia miliki. Walau ia kurang tidur, sering terjaga di malam hari, baginya kasih sayang Mona nomor satu. Karena ia sekarang orang tua tunggal, yang harus ia lindungi serta memberi penuh pengertian.

"Kamu sudah makan bi?,"

"Sudah non tadi makan sama ibu,"

"Bi, jaga mona ya,"

"Iya non,"

"Saya mau mandi dulu,"

"Iya non,"

Putri melirik jam melingkar di tangannya, ini sudah sepuluh menit berlalu tapi Mince tak kunjung datang. Padahal ia ingin Mince lah yang menjaga Mona. Ah, sudahlah palingan Mince ngalor ngidul dulu sama security bawah. Sudah seharusnya ia percaya pada bi Sinem, yang ia cari langsung dari yayasan Pelita. Selama ini bi Sinem bekerja dengan giat, mengikuti semua perintahnya.

Putri melangkah masuk ke dalam kamar, ia lebih baik mandi sebelum Mona terbangun. Bi Sinem memandang tubuh Putri menghilang dari balik pintu kamar. Ia kembali melanjutkan mencuci botol. Suara pintu terbuka seketika, bi Sinem otomatis menoleh. Ia memandang seorang laki-laki berkemeja putih tepat di daun pintu.

"Anda siapa?," tanya bi Sinem, ia meraih pisau di meja pantri sebagai alat pertahananya, karena ada laki-laki menyelusup di apartemen ini. Secara fisik laki-laki itu sama sekali bukan seperti penjahat, bahkan terlalu keren. Tapi penjahat sekarang, yang ganteng juga banyak, bukan jenis tatoan aja dan dekil yang ia lihat di Tv.

Farhan mengedarkan pandangan kesegala penjuru ruangan. Apartemen ini memang tidak terlalu besar, ia melihat foto Putri setinggi manusia bertahta di dinding. Ia tidak salah masuk apartemen, ia melihat box baby tepatnya di dekat sofa. Disana ada buah hatinya yang sedang tertidur pulas.

Hatinya seketika terhenyuh, melihat malaikat kecilnya. Ini lah pertama kalinya ia melihat sang anak. Anak ini adalah darah dagingnya dan keturunan. Ini merupakan perjuangan yang harus ia raih dan tidak akan ia lepas lagi.

"Kamu tidak kenal saya ?," ucap Farhan melangkah mendekati box baby. Ia menatap bayi berbadan gemuk yang sedang tertidur pulas. Air matanya jatuh seketika, bidadari cantik inilah yang ia inginkan. Terlihat jelas Putri menjaganya dengan sepenuh hati.

"Kamu siapa?," tanya bi Sinem lagi, ia tidak terima laki-laki itu menyentuh Mona. Ia di sini bekerja untuk menjaga Mona.

Farhan menarik nafas, menatap wanita muda berseragam biru itu, "Saya suami nyonya kamu,"

"Suami ?,"

"Iya, kalau tidak percaya kamu bisa lihat foto pernikahan kami tahun lalu," Farhan merogoh ponsel di saku celana, ia memperlihatkan sebuah foto yang ada di galeri ponsel. Ia memasangkan cincin pernikahan di jari manis Putri.

Bi Sinem menatap ke arah layar ponsel, ternyata benar laki-laki inilah yang menikahi majikannya. Tapi ia sama sekali tidak pernah melihatnya di sini.

"Jadi bapak, suaminya non Putri,"

"Iya, saya suaminya dan status kami belum cerai,"

Farhan lalu duduk di sofa, memandang wanita itu, "Saya selama ini saya tinggal di London, makanya kamu baru melihat saya,"

Eat, Bread and Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang