Happy reading
***
Putri mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Ini merupakan pertama kalinya ia masuk ke dalam kamar ini. Ruangan kamar ini terlihat lenggang, karena tidak banyak barang yang menumpuk. Hanya terdapat sofa tempat tidur dan lemari yang menyatu ke dinding. Ia memandang wanita separuh baya yang sudah menantinya. Tadi setelah makan malam beliau ingin berbicara kepadanya, itupun ketika Mona sudah tertidur pulas.
Putri melihat beliau tersenyum kepadanya, sambil menepuk sisi sofa. Ia tahu maksud beliau adalah menyuruh duduk di sampingnya. Ia melangkah mendekat dan lalu duduk. Ia menatap iris mata beliau, tidak ada kebencian pada wajah itu, melainkan sebuah tanda keteduhan. Sama-sama terdiam satu sama lain, mungkin keadaan canggung luar.
"Putri," ucap beliau, menyungging senyum.
"Iya mi,"
Beliau meraih jemari lentik Putri, ia memandang wajah cantik itu. Sebagai ibu mertua begitu mengkhawatirkan pernikahan anaknya. Ia ingin menantunya mempersiapkan baju untuk anaknya, kebutuhan nutrisi, dan merawat suami ketika sakit. Yang paling ia hindari adalah pertengkaran sebuah hubungan. Karena beliau telah mengecap asam garam berumah tangga. Ia melihat bahwa hubungan anak dan menantu terlihat begitu bahagia. Sekalipun mungkin dulu awal hubungannya kurang mendapatkan restu. Sekarang malah menghasilkan cucu yang begitu menggemaskan. Bagaimana ia bisa membenci wanita cantik ini, karena telah mendampingi putranya sebab kebahagian orang tua tidak terlepas dari kebahagian anak.
"Terima kasih, sudah menjadi istri yang baik buat Farhan,"
Putri tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain diam, sejujurnya dari awal ia memang menghormati beliau. Ia memaklumi jika beliau mengkhawatirkan putra satu-satunya. Beliau lebih berpengalaman dalam menjalani pernikahan, mengangsuh anak, dan pengalaman hidup lainnya.
"Mami ada sesuatu untuk kamu,"
Putri mengerutkan dahi, memandang beliau. Beliau membuka kotak bludru berwarna hitam. Ia melihat gelang rantai berwarna silver berwarna perak. Ia sulit percaya bahwa mertuanya memberikan gelang cantik ini kepadanya. Ia merasakan gelang itu melingkar di tangannya.
"Ini gelang mami, hadiah dari papi ketika anniversary ke 20 tahun. Mami ingin pernikahan kamu dan Farhan langgeng. Seberat apapun permasalahan kalian jangan pernah meninggalkannya. Selesaikan baik-baik, karena pernikahan itu harus di jalani baik suka maupun duka," Mami Farhab mengaitkan gelang itu di pergelangan tangan Putri.
"Ada kalanya kamu bosan di rumah kerena terlalu sibuk mengurus Mona. Rutinitas ibu rumah tangga itu-itu saja, mami mohon tetaplah bertahan, nikmati hidup kamu sebagai ibu rumah tangga,"
Beliau mengusap punggung tangan Putri, "Mami tahu bahwa cinta memang salah satu pondasi pernikahan. Maka buatlah pernikahan kalian saling mencintai satu sama lain, mungkin honey moon berkali-kali. Jalan-jalan bersama anak, mami tidak ingin pernikahan kalian tanpa cinta,"
"Begini sayang, banyak teman-teman mami. Pernikahan mereka tanpa cinta setelah bertahun-tahun lamanya. Keluarga mereka tidak ada lagi keintiman, kehangatan, kedekatan dan komunikasipun ala kadarnya,"
"Dia mengatakan bahwa hanya bertahan karena anak. Semacam enggak ada ikatan emosional lagi. Mami harap kalian tetap saling mencintai satu sama lain, jaga pernikahan kalian agar tetap utuh,"
"Mami bahagia jika kalian bahagia, mami sayang kamu," beliau memeluk tubuh ramping Putri.
Putri tidak kuasa menahan haru, ia memandang iris mata beliau. Ada kehangatan ketika beliau mengatakan itu kepadanya.
"Kunci berumah tangga hanya ada tiga, pisahkan antara keinginan dan kewajiban, saling memahami, dan tidak merasa berkuasa,"
"Kamu mengertikan sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eat, Bread and Love (TAMAT)
Romance"Put ...!," "Puput ...!," "Apaan sih !," "Sini dong," "Apaan !," "Sini, ini penting, lo harus tau !," Mau tidak mau Putri melangkahkan kakinya mendekati Mince. "Apa?," Mince memperlihatkan akun instagram kepada Putri, "Laki lo pasang foto telanjang...