chapter 3

147 18 5
                                    

Yena dan Jihoon kini sedang menyantap kimchi kesukaan Yena. Hari ini benar benar buruk, hujan sangat ingin turun pada hari ini.

"ayo pulang, aku ambil cuti khusus hari ini" kata Jihoon kepada Yena.

"aku tidak ingin pulang, aku memikirkan nasib Wong Yuqi yang ditinggal oleh ibunya, dan ayahnya yang tidak jelas. Sedangkan dia dibesarkan oleh Lucas yang notabene nya hanya sahabat ibunya" Yena menatap kosong kearah kimchi nya.

"jadi?"

"apa nasib ku akan seperti Lucas juga?" tanya Yena, membuat Jihoon terdiam. "abaikan, pikiran ku sedang kalut saat ini" kata Yena.

"aku akan keluar dari pekerjaanku, memilih diam dirumah dan menghabiskan waktu seperti perempuan yang sudah menikah" Yena tersenyum, tanpa memikirkan apa yang barusan ia katakan.

"kalau kamu kalut jangan pernah berpikir, kosongkan pikiranmu. Lakukan kesukaanmu"

"ini" Jihoon menyerahkan satu bucket bunga bewarna ungu kepada Yena. "happy aniversery too" Jihoon mengatakan perkataan yang sangat ditunggu oleh Yena.

"tidak perlu kamu berkata kepada ku apa yang kamu rasakan, pejamkan matamu, bicara dalam hati, atau berbicaralah diruangan yang kosong. Dinding dapat berbicara kepadaku, hati bisa menyampaikannya ke pikiranku" Jihoon mengelus pucuk kepala Yena, lalu mencium pucuk kepala itu.

"Yena, sesakit apapun dirimu saat itu maafkan aku. Aku terlalu buta, aku terlalu tuli, aku terlalu acuh. Izinkan aku selagi masih ada waktu ini" Yena tersenyum memeluk Jihoon, walaupun dia takut melihat Jihoon menghempaskan dirinya bagai kertas yang tidak berarti.

Jihoon tidak membalas pelukan Yena, dia tidak berusaha menghempaskan Yena didepan umum lagi. " katakan apa yang kamu inginkan. Drama apa yang telah kamu mainkan?" tanya Yena.

"aku ingin kamu, aku tidak syuting. Mana kamera jika aku sedang bermain Drama?" jawab Jihoon dengan pertanyaan.

"aku akan menjagamu diwaktu yang singkat ini"

" i always be with you" Jihoon membalas pelukan dari Yena. Membalas pelukan gadis yang cukup terluka oleh karenanya.

"aku....

Chu~

Jihoon mengecup bibir cherry milik Yena, mengecupnya dengan waktu yang lama. Membuat si pemilih ikut memejamkan matanya, seakan akan mengikuti titah si tuan Park.

Tenang saja, mereka sedang ada di ruang makan VIP restoran milik keluarga Park. Jihoon memeluk Yena lalu melepaskan tautan kecupannya.

"i will protect you"

Yena menatap tidak percaya, namun hatinya dengan mudahnya percaya dengan perkataan Jihoon.

Apa ini yang disebut cinta itu buta? Dia buta tapi masih bisa mendengar. Atau mungkin Yena dan Jihoon termasuk orang bodoh dalam cinta? Dia buta dan tuli akan masalah cinta.

"sebodoh apapun aku, aku berjanji menjagamu jangan pergi, jangan benci aku" kata Jihoon

"peringati aku jika aku salah, jika kamu bilang aku salah. Dan tidak berani mengungkapkannya, lakukan apa yang biasanya kamu katakan tentangku"

"rasa kecewa, marah akan aku terima"

"jangan titip kepada laut, jangan titip kepada senja, bintang atau hujan terlalu bodoh menurutku" mendengar perkataan Jihoon, Yena sedikit terkejut.

"kenapa? Kenapa harus titip ke laut, senja, bintang, dan hujan kalau dinding dan hati dapat berbicara?" tanya Jihoon.

"ayo pulang" Yena mengangguk mengiyakan Jihoon.

---

Yena memandang jendela besar dekat nakas yang biasanya ditaruh untuk vas bunga. Dia sedang ada didekat dapur.

Kring... Kring...

Pandangan Yena beralih ke telepon rumah, yang berdering, Yena langsung melangkah mengangkat telepon itu.

"hallo?"

"hallo! Yena ini aku"

"siapa?"

"taulah masa sih nggak tau yongdae"

"oooh Yoojung?"

"katanya kamu sudah menikah, dengan siapa? Sudah berani umur pernikahan kalian?"

"kami menikah sudah 2 tahun"

"wah suamimu pasti baik, kamu masih mau membantuku kan?"

"membantu apa?"

"..."

"kamu masih menginginkannya?"

"iya, walaupun dia masih perpacaran sudah tidak dengannya pun. Jika pria yang aku suka menikah dengan orang lain, aku tidak segan segan memghancurkannya"

"kalau gitu aku ada pekerjaan lain"

"bye~"

Tolong jangan gila Yoojung batin Yena, dia takut.

Jihoon memeluknya dari belakang. "sedang memikirkan siapa?" tanya Jihoon menumpukan dagu nya ke pundak Yena.

"kamu tau Yoojung?" tanya Yena, Jihoon mengangguk.

"perempuan yang sangat berambisi dalam bidang matematika itu kan? Dia fans ku" tanya Jihoon.

"dia kembali dari Amerika ke Korea"

"kalau gitu, aku akan menutupi status kita" perkataan yang mudah terlontar begitu saja dari Park Jihoon.



Haiii gengsss i'm comebackkk hehe jan lupaa votee yaaaa

Don't Leave ME •Yena-Jihoon•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang