chapter 7

107 16 2
                                    

Beberapa hari kemudian, Yena sudah diperbolehkan pulang. Walaupun Jihoon semakin posesif kepadanya.

"ada yang bisa aku bantu, hm?" tanya Jihoon yang memeluk Yena dari belakang.

"eum.. Tidak ada" jawab Yena

"kamu ingin membuat apa?" tanya Jihoon membalikan tubuh Yena agar menatapnya, tangan Jihoon memegang ke sisi dapur itu.

"ayam kesukaan mu" kata Yena, Jihoon tersenyum lalu memindahkan anak rambut Yena ke sela telinganya.

"sampai keringatan?"  Jihoon mengambil sapu tangan, dan mengelap keringat Yena "Biar aku saja" kata Jihoon, Yena hanya mengangguk kikuk.

"aku akan memanggilmu jika sudah matang, istirahat saja. Aku tidak ingin luka jahitan mu terlepas" perkataan Jihoon membuat hati Yena campur aduk.

Yena pergi meninggalkan Jihoon, Yena memainkan ponselnya diruang tamu.

K. Mina

|apa kabar?
|kaki mu sudah baikan?

Baik |
Hanya saja Jihoon menjadi over protect|

|tandanya dia khawatir

Bagaimana dengan kandunganmu?|

|So Fine
|aku mau cek kandungan, sudah dulu yah

---

"Yena ini ayam buatan ku" Jihoon membawa piring yang berisi ayam buatannya.

Yena tersenyum kearah Jihoon. "Jihoon, apa hanya aku yang merasa seakan akan aku menikah dengan pria yang masih balita?" tanya Yena

"Yena, jangan katakan itu. Kamu tidak tau kalau suatu saat kamu meneriakan nama ku diatas saja" kata Jihoon sambil menunjuk pintu kamar mereka.

Yena menelan salivanya, dia ketakutan apalagi Jihoon menyunggingkan senyum miringnya. "dont say that" kata Jihoon, Yena mengangguk.

Lalu keduanya canggung, Jihoon membenci suasana ini. "Yena" panggil Jihoon, Yena menoleh mulutnya penuh dengan ayam.

"kamu lucu" 2 kata Jihoon membuat kata Yena membulat tidak percaya.

"aku meninggalkan pekerjaan dikantor ku, ku harap kamu menunggu ku pulang. Jangan lupa makan yah" pesan Jihoon lalu berganti pakaian.

Yena mengipas ngipas wajahnya, panas. "aku heran padahal sedang musim gugur, kenapa terasa panas seperti ini" kata Yena sibuk mengipaskan wajahnya yang memerah.

"aku jalan yah Yena" pesan Jihoon, lalu dia pergi.

Yena melangkahkan kakinya ke balkon apartemen. Merasakan angin yang berhembus diwajahnya, Yena tersenyum. "terima kasih telah membuatku bahagia" kata Yena yang masih tersenyum, menatap langit langit yang hari ini tak menentu.

Yena duduk bersandar ke tiang balkon lalu membuka ponselnya. Memandang foto dia, Sohye, Yuqi, Mina, Hyewon, Yoojung dan Doyeon. Lalu menggeser foto lainnya foto Sohye, dia, Mina dan Yuqi.

Sohye yang meninggal karena kanker tulang sumsum belakangnya, Yuqi yang meninggal karena melahirkan, siapa selanjutnya?

"Sohye, Yuqi kalian sekarang ada dimana? Apa kalian yang menyampaikan kepada Tuhan agar doa ku terjawab?" monolog Yena, air matanya jatuh ke layar ponselnya.

"hanya kalian saksi tangis darah ku, bersama Mina, hanya kalian dan Mina yang melihat betapa keji nya dunia yang mengganggu kehidupanku" Yena masih menjatuhkan air matanya.

"terima kasih membuatku menerimanya, membuatnya jatuh cinta. Aku sungguh berterima kasih kepada kalian" Yena mengusap foto kedua temannya yang tengah tersenyum lebar dihari pernikahannya, waktu itu.

Jika pernikahan adalah moment bahagia yang hanya sekali dialami saat hidup, Yena membetulkannya. Terakhir dia bisa memandang sahabatnya tersenyum bahagia.

Sohye yang berusaha menutupi penyakitnya,  dan Yuqi yang berjuang melahirkan seorang anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

"Aku merindukan kalian, Aku percaya dengan ucapan mu Sohye suatu saat kita akan bertemu" kata Yena menghapus air matanya lalu tersenyum.

–––

"YEHANA!" jihoon memanggil manggil sekretarisnya yang tidak kunjung datang dihadapannya.

"maaf saya baru datang" Yehana masuk keruangan Jihoon dengan wajah yang sedikit bersalah.

"proposal sudah selesai?" tanya Jihoon, Yehana mengangguk wajahnya sedikit memerah. Membuat Jihoon yang berdiri didepannya, menempelkan tangannya ke pipi Yehana.

"kamu tidak apa?" tanya Jihoon menatap lekat Yehana, sedangkan Yehana membisu. "Yehana?"

"eum— Aku tidak apa tuan, maafkan saya. Tadi, saya melamun" Yehana sedikit membungkuk ke Jihoon.

Jihoon tersenyum memananggapi Yehana. "saya maafkan, tolong proposal kirim ke Changbin. Saya akan mengambil cuti" kata Jihoon, Yehana mengangguk walau hatinya kecewa.

Mungkin Jihoon juga perlu refreshing batin Yehana biar diulang Sedikit Kecewa.

"tuan mau saya bawakan apa? Kopi? Teh? Coklat panas?" tanya Yehana.

"maaf, tapi saya juga ada pekerjaan diluar dari ini" kata Jihoon, Yehana lagi lagi mengangguk mengerti.

"Tuan, bisakah saya mencintai anda?" tanya Yehana, langkah kaki Jihoon terhenti lalu berbalik kearah Yehana.

"bisa diulangi?" tanya Jihoon

"ah maaf tuan saya berbicara melantur"

Don't Leave ME •Yena-Jihoon•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang