chapter 2

161 22 2
                                    

"mau sampai kapan kamu didepan laptopmu?" suara dingin itu menggema ke sudut sudut ruangan, seakan akan membuat gema.

"sampai pekerjaanku selesai" jawab Yena

"kenapa kamu tidak menerima ajakan dari entertainment waktu itu?" tanya Jihoon

"kamu sendiri?" Yena bertanya balik ke Jihoon "apa kamu ingin meninggalkan jabatan mu?" tanya Yena.

"hm"

Yena menutup laptopnya, lalu tiba tiba hatinya bimbang ingin berbicara kepada Jihoon. "eum— Jihoon" Jihoon yang sedang membelakangi Yena hanya menoleh.

"hm?"

"ah lupa lupa" Jihoon lalu fokus lagi membuka kancing kancing kemejanya lagi.

"Jihoon"

"hm?" Jihoon kembali menoleh.

"tidak jadi deh" Jihoon kembali lagi dengan kegiatannya.

"Jihoon" panggil Yena lagi, membuat Jihoon gusar lalu menghampiri Yena. Dengan kancing kemeja yang hampir terbuka, Yena bisa melihat six pack milik Jihoon.

Jihoon mengunci pergerakan Yena, menatap lekat gadis yang ada didepannya. "apa?" tanya Jihoon dengan suara yang khas.

"eum..."

"katakan, aku berjanji tidak akan marah" kata Jihoon

"Mi— Mina bertanya ten—tentang.." Yena gugup, sedangkan Jihoon memiringkan kepalanya bingung. "tentang, malam per—pertama saat per—pernikahan ki–kita" Kata Yena sedikit terbata.

Jihoon menurunkan tangannya yang berada disisi dinding telinga Yena. "mak—maksudnya—" Jihoon menggantungkan kalimatnya, lalu menelan salivanya. "itu? Melakukan itu?" tanya Jihoon

Kemeja tidur yang masih terbuka itu membuat pikiran Yena lagi lagi berpikiran negatif, dan leher jenjang Yena membuat Jihoon berpikiran yang sama.

Yena mengangguk polos. "kata Mina rasanya—

"kamu harus tau aku ini pria, pria sungguh sensitif mendengar kata kata menjijikan itu" jelas Jihoon, lalu menghela nafas. "dan, lepas ikatan rambutmu jika tidak aku ingin menjadi santapan makan malamku" kata Jihoon lalu mengancing semua kemejanya, dan merebahkan diri ke kasur.

Yena merebahkan diri ke sisi Jihoon, mengambil ponselnya di nakas. "jangan terlalu memikirkan perkataan Mina, dia kan sudah menikah dengan alas saling menci—

"ya, aku akan tidur. Lagi pula kenapa harus berpikir itu? Mungkin aku bisa melakukannya setelah menikah dengan laki laki lain nanti" kata Yena membuat Jihoon terdiam.

Mungkin, jika aku menikah batin Yena.

"setelah ini kamu ingin menikah?" tanya Jihoon, Yena menaikan bahunya, padahal mereka berdua saling membelakangi.

Lalu hening, Jihoon membalikan tubuhnya memandang punggung Yena yang ada didepannya. Jihoon memberanikan dirinya memeluk Yena, yang dipikirnya sedang terlelap.

"jangan tinggalkan aku untuk 10 bulan kedepan" lirih Jihoon lalu terlelap. Jihoon bahkan tidak merasakan ada cairan hangat menetes ke punggung telapak tangannya.

Yena membalikan tubuhnya memandang Jihoon yang sedang terlelap, wajahnya seperti anak kecil saat tertidur.

Yena mengusap pipi Jihoon "apa aku salah menyebutmu suami?" tanya Yena

Sebut saja Yena bodoh, benar benar mengharapkan jawaban oleh tuan Park yang sudah terlelap. "tidur lha Park Yena" Yena langsung terkejut mendengar suara Jihoon padahal matanya tertutup rapat.

"aku tau saat kamu pulang, kamu bertemu dengan Lucas kan?" tanya Jihoon, matanya masih tertutup.

"yuqi meninggal" Yena mengatakannya seperti ada luka sayatan "dia meninggal karena melahirkan" kata Yena.

Seakan akan merasakan hal yang sama, Jihoon mengeratkan pelukannya "izinkan aku berubah untukmu, apa sudah telat?" tanya Jihoon mendekap Yena.

"apa aku harus kehilangan teman teman ku?" tanya Yena "setelah Sohye, Yuqi lalu siapa? Hanya Mina dan Hyewon yang aku punya" Yena mulai terisak didada bidang milik Jihoon.

"Yen—"

"Apa akhirnya aku akan kehilangan nyawaku juga?" tanya Yena. "aku takut meninggal, aku takut meninggalkan orang yang aku sayang" isak Yena.

"jangan takut kehilangan Yena, kamu mungkin punya orang lain yang menjadi takdir. Benang merah mu membentang ke takdirmu, takdir yang tidak akan pernah meninggalkan kamu pergi" Jihoon menepuk nepuk punggung Yena

Untuk malam ini, atau mungkin seterusnya Park Jihoon berubah drastis. Kemana si es batu Jihoon? Kemana si Kasar Jihoon?

Yena semakin tenggelam dalam isakannya, hingga dia tertidur. "Yena aku.........

































Mencintaimu."

---

Pagi hari, terguyur oleh hujan yang lebat, Yena siap dengan black dress nya dan pantophel yang senada.

Jihoon yang sedang memakan rotinya memandang Yena yang sedang bercermin sambil merapihkan bajunya.

Jihoon berdiri "kamu sudah cantik, kenapa harus bercermin lagi?" tanya Jihoon tepat ditelinga Yena, membuat Yena tergelitik. "aku akan menemanimu pergi ke rumah duka, jadi tunggu yah" pesan Jihoon meninggalkan Yena, lalu menuju ke kamar.

"kamu berubah" kata Yena memandang punggung Jihoon dari kejauhan. "drama apalagi yang akan aku dan kamu perankan?" tanya Yena pelan.

Tak lama Jihoon keluar dengan kemeja hitamnya. " ayo berangkat" ajak Jihoon menarik tangan Yena, sedangkan Yena memaku.

Chu~

Jihoon mencium bibir Yena dengan cepat, membuat pipi gadis itu memanas. "siapa nama anak Yuqi?" tanya Jihoon

"eum.. Wong Yuqi, begitu kata Lucas" ujar Yena

"jadi kamu bertemu dengan mantan gebetan, ceritanya?" tanya Jihoon membuat Yena memukul bahu Jihoon.

"apa sih"

"hahahahaha" Jihoon tertawa melihat perilaku Yena. 

"kalau gitu aku akan membuat Park Yena mini , dan Junior Jihoon. Bagaimana?" tanya Jihoon

"Maks—maksud mu?" Yena berpikiran negatif lagi.

"aku dan kamu sudah berumur 20 tahun, jadi jangan berharap aku childish seperti dulu, apalagi kemarin aniversery kita yang ke 2 tahun" kata Jihoon.

"Jihoon, apa maksudmu tentang—

Jihoon membisikan sesuatu ke telinga Yena membuat Yena tergelitik. "Jihoon, kamu......"

"ayo kita pergi ke rumah duka" kata Jihoon, lalu kedua insan itu meninggalkan apartemen itu



Seginii ajaa dluu.. jgn lupa vote sma coment kalian yaa guys

Don't Leave ME •Yena-Jihoon•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang