Part 8

1K 164 10
                                    

Maafkan aku, ide cerita lagi ngalir disini 😬

Happy reading.....

Dae melewatkan sarapannya setelah insiden tadi pagi, dia akhirnya tertidur setelah menangis ketakutan. Kini jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan perut Dae mulai terasa perih. Dae ingin makan namun dia takut keluar kamar.

Bagaimana jika dia bertemu dengan Ghea dan di pergoki oleh Theo? Dae menggelengkan kepalanya.

Ya Tuhan kenapa tidak mati saja dia sekalian agar Dae tak merasakan lagi pahitnya mengalami kekerasan fisik dan mental. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian dulu, dimana Dae dipukuli dengan rotan jika tidak menghasilkan uang yang banyak.

Deborah memang tidak memintanya menjual diri tapi wanita itu tak mau tahu darimana uang itu berasal yang penting Dae memberinya uang sebesar lima ribu Rubel. Jika tidak hantaman rotan akan menyentuh tubuhnya.

Ada beberapa bekas permanen yang membekas di punggungnya dan masih terasa ngilu jika tersentuh. Mengingat hal itu terkadang Dae menyalahkan ayahnya yang mau saja menikahi wanita sekejam Deborah.

Dae mengusap air matanya, dia kembali teringat. Deborah berubah kejam setelah kematian ayahnya yang meninggalkan banyak hutang sehingga Dae dan ibu tirinya harus bekerja keras. Ya ini bukan seratus persen salah ibu tirinya tapi ayahnya juga ikut andil membawa kesengsaraan ke dalam hidup Dae.

"Kau sudah bangun?" Tanya Katya membuyarkan lamunan Dae.

"Mom..."

"Mom bawakan makan siang, Dae pasti lapar."

Katya membawa nampan itu ke pangkuan Dae.

"Terima kasih mom..."

Air mata yang tadi sempat mengering kini kembali membasah. Dae baru merasakan kembali kasih sayang seorang ibu di dalam diri Katya.

"Makanlah,jangan bersedih."

Dae mengangguk lalu menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya.

"Kau jangan khawatir, Theo tidak marah padamu, dia hanya belum bisa mengarahkan perasaan dan emosinya."

Katya mengelus lembut rambut Dae. "Kau cinta pertamanya, perempuan pertamanya dan ini pertama kalinya dia memiliki wanita jadi hal yang wajar jika Theo menjadi posesif."

Dae hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya sampai habis. Dae membereskan piring bekas makannya.

"Biar mom yang simpan, kau diam di kamar saja ya." Katya pun pergi meninggalkan Dae.

Mungkin seperti inilah di kurung di sangkar emas, diam di tempat yang hebat seperti istana tetapi kebebasannya di renggut paksa. Dae hanya bisa menghela napas pasrah.

*****

Katya menatap Igor yang tampak termenung, ya akhir-akhir ini suaminya ini selalu melamun.

"Igor..."

Lelaki itu memalingkan wajahnya ke arah wanita yang selalu menjadi cinta sejatinya.

"Katya...."

"Kau memikirkan Theo?"

Igor mengangguk pelan sambil merengkuh tubuh Katya dan menghisap aroma tubuh wanitanya.

"Kau harus menuruti apa yang dia mau, atur semuanya dan buat Daenarys selalu mematuhi Theo."

"Aku hanya berpikir apa Theo mencintainya atau hanya sekedar obsesi?"

"Aku rasa dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Apa kau tak melihat reaksinya seperti apa tadi pagi?" Igor menghela napas kasar.

"Dia sepertimu, agresif dan posesif."

Katya tersenyum geli sambil mengecup rahang Igor.

"Tapi kau mencintai kami kan?"

Katya tertawa lalu mencium bibir Igor dengm rakus, mata Igor mulai berkabut.

"Jangan memulai sayang!"

"Kau tidak merindukan aku?"

"Aku selalu merindukanmu." Igor meremas payudara Katya dengan lembut.

"Tapi..."

"Tapi apa?"

"Jangan disini, kita ke kamar." Lelaki itu pun membopong Katya ke kamarnya.

Setelah puas bercinta, Igor menatap wajah cantik istrinya.

"Jadi apa yang ingin kau sampaikan?"

Wajah Katya merona saat akal bulusnya tertebak oleh sang kekasih. Katya memang ingin meminta sesuatu pada Igor.

"Percepat pernikahan Theo."

"Katya, aku mohon kau jangan sering memanjakan Theo."

"Aku tidak memanjakannya hanya saja aku ingin punya cucu."

"Bukan itu yang kau mau!"

Katya menghela napas, memang susah membohongi mafia seperti Igor.

"Igor, aku tak mau Theo mengamuk dan melukai dirinya. Ingat anak kita memiliki kelemahan. Apa kau mau Theo mengalami depresi?"

Igor menghela napas lalu mengusap wajah Katya dengan lembut.

"Justru kita tak boleh memanjakannya, kita harus membuat Theo sadar akan realita yang ada. Dae wanita asing, bisa saja dia melukai anak kita."

"Aku rasa Dae gadis baik dia hanya memiliki nasib buruk. Apa kau tak memperhatikan jika Dae bisa mengontrol Theo dengan baik?"

"Katya..."

"Dan kau bisa mengontrol Dae, seperti yang biasa kau lakukan padaku." Katya mengerucutkan bibirnya membuat Igor gemas.

"Baiklah, tapi kali ini kau yang harus mengawasi mereka."
."Siap Boss!!" Seru Katya sambil mencium bibir Igor berkali-kali. Igor hanya terkekeh geli.

Katya tersenyum puas, dia rela melakukan apapun demi kebahagiaan Theo, putra kesayangannya. Katya tidak terlalu khawatir pada Ghea karena anak itu terlahir mandiri dan memiliki sifat play boy seperti Igor, berbeda dengan Theo yang pernah memiliki trauma di masa kecilnya.

Tbc

Defying Gravity : The Dark pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang