Part 2

1.1K 179 10
                                    


Happy reading....



Dae tertawa geli, melamar? Siapa yang di lamar? Ibunya yang seorang janda kejam?

"Kenapa?"

Theo menatap Dae tidak senang.

"Tuan mau melamar siapa? Ibuku?"

"Kamu pikir  saya suka dengan nenek-nenek? Saya akan melamarmu!"

Dae kembali terdiam, dia tak salah mendengar dan pangeran tampan ini benar-benar akan melamarnya!

Haruskah dia bahagia dilamar pria tampan dan sepertinya kaya? Tapi Dae tak mengenal lelaki itu bahkan namanya saja Dae tidak tahu.

Astaga!!!

"Sudah jangan banyak berpikir yang aneh-aneh, sekarang siapkan saja dirimu untuk menjadi wanita yang pantas menjadi istriku."

"Wa.. Wanita pantas?"

"Berhenti mencopet dan sering-sering mandi, tubuhmu bau sekali!"

Theo menutup hidungnya membuat Dae salah tingkah dan malu.

"Aku sudah mandi Tuan!"

"Bagaimana bisa kau tahan dengan bau tubuhmu itu!"

"Aku tak bau Tuan!" Erang Dae sambil mencium sweater lusuhnya dan ya memang bau. Maklum saja dia mencucinya seminggu sekali.

Dae menunduk malu, matanya berkaca-kaca. Kenapa bisa hatinya sakit ketika lelaki di sebelahnya hanya menyebut Dae bau , biasanya dia kuat menerima jutaan hinaan dari Deborah atau teriakan kasar dari korban copetannya.

Theo menghentikan mobilnya dan memeluk gadis itu, dia menghirup aroma tubuh Dae. Tercium aneh namun ada rasa nyaman yang menguar dari tubuh gadis itu.

"Tuan..."

"Tapi saya suka, kamu istimewa." Tubuh Dae menegang.

Istimewa?

*****


Deborah membelalakan matanya ketika mendengar ucapan Matheo,  sosok yang selalu ada di televisi kini berdiri di hadapannya, di rumahnya yang kumuh.

"Anda se..serius Mr Matheo Slavic?"

"Ya, Nyonya Smith dan anda tak perlu bekerja lagi di bar dan anda bisa pindah dari rumah ini."

Deborah tersenyum bahagia, akhirnya anak sialan itu membawakan keberuntungan baginya.

"Apa saya juga mendapatkan uang belanja?"

"Tentu."

Deborah tak percaya, dia dapat durian runtuh yang tak di sangka-sangka.

"Tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Anda harus melepaskan Daenerys dan jangan pernah menyakitinya walau hanya sehelai rambut pun."

Wajah Deborah memucat, apa anak durhaka itu telah menjelek-jelekkannya di hadapan calon menantunya?

"Saya tak perlu membuka mulut gadis ini, bukankah anda tahu siapa saya?"

Tatapan Theo tampak menusuk hati wanita itu ,ya dia anak mafia pasti tahu segala hal bahkan per detik kegiatannya sudah ada dalam catatan pria itu.

"Ba.. Baiklah."

"Besok saya akan membawa pengacara dan anda tanda tangani surat perjanjiannya untuk pernikahan kami, saya juga akan membicarakan hal ini dengan keluarga saya terlebih dahulu."

Deborah hanya bisa mengangguk mendengar ucapan Matheo. Dia tak sanggup membantah ucapan pemuda itu. Meski usianya jauh dari usia Deborah tapi aura menyeramkan begitu kuat melekat di tatapan dan suara pemuda itu.

*****

Dae menunduk takut, Deborah pasti murka karena kedatangan pemuda tadi.

"Kau bertemu dimana dengan lelaki itu?"

Deborah membuka perbincangan dengan gadis itu.

"Di.. Dia korbanku, Mom!"

Deborah memutar bola matanya lalu mendorong piring berisi makanan.

"Makanlah, aku tak mau perjanjianku batal dengan si kaya itu gara-gara tubuh kurusmu itu!"

Dae mengangguk lalu menyuapkan makanan yang diberikan wanita itu ke mulutnya.

"Jangan sampai buat kesalahan sedikit pun, oke?"

"Baik, Mom."

Debiraht tersenyum puas, akhirnya dia tak perlu lagi bekerja keras, dia akan memiliki rumah yang layak dan  juga uang tanpa harus bekerja. Dia sangat berterima kasih kepada suaminya karena telah menitipkan Dae kepadanya.

Meski Deborah selalu menyakiti Dae, dia sebenarnya tidak sejahat itu.

"Dae..."

"Iya Mom?"

Gadis itu menatap takut ke arah Deborah yang berjalan mendekatinya. Wanita itu memeluk tubuh kurus gadis itu.

"Maafkan aku yang tak bisa menjadi ibu yang baik untukmu selama ini."

Air mata pun lolos dari mata Dae, dia merasa tersentuh dengan kata kata ibu tirinya.

"Kau tahu, aku hanya stres, aku butuh pelampiasan atas kehidupan kita yang miskin ini dan maaf aku melampiaskan semua kepadamu " isak Deborah. Dae membalas pelukan ibunya.

"Dae sayang ibu...."

Ya, Deborah hanya terlalu muak dengan kemiskinan yang menderanya sehingga harus menerima pekerjaan yang melelahkan. Dia harus rela di lecehkan oleh pelanggan  di ckub itu bahkan sesekali melayani mereka di atas ranjang demi uang yang harus dia dapatkan agar bisa membayar hutang-hutangnya pada lintah darat.

Deborah pun memeras tenaga anak itu agar bisa membantunya melunasi hutang-hutangnya. Karena rasanya sakit sekali ketika debt colector datang dan menggagahi tubuhnya hanya untuk memberi waktu tenggang untuk membayar cicilan hutangnya. 

Deborah tak mau Dae menjadi korban, makanya dia membiarkan Dae berkeliaran di jalanan menjadi pencuri daripada diam di rumah dan di perkosa oleh para debt colector. Mereka pun menangis bersama-sama melepaskan rasa yang selama ini dipendam.



Tbc

Defying Gravity : The Dark pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang