Part 1 X 3 = 3

50 8 2
                                    

Play mulmed ~ Through the Night (IU)

***

"Hidup itu seperti misteri, banyak teka-teki yang tersimpan dibaliknya."

***

Klekk... Krieettt...

Pintu dibuka secara perlahan.

"Darimana aja kamu? Kamu harusnya sampai di rumah tepat jam empat. Ini apa? Kenapa jam enam kamu baru sampai?!" teriak seseorang dari dalam rumah sambil menggenggam sebuah tongkat panjang di tangannya.

"Maaf Ma, tadi di jalan Alana diturunin sama supir angkotnya, jadi Alana terpaksa jalan sampe rumah." Alana menundukkan kepalanya takut.

"Maaf, maaf, jawaban kamu setiap hari selalu sama! Selalu aja diturunin supir! Kamu kira Mama gak tau kalau kamu kelayapan kemana-mana?!"

"Tapi Ma, Alana gak kelayapan-

Bugh!

Tongkat yang ia pegang akhirnya melayang juga menciptakan bunyi keras karena menghantam lengan Alana dengan keras.

"Mau menjawab lagi kamu?! Gak ada sopan santunnya ya kamu jadi anak! Kamu cuma numpang hidup disini!" Alana terdiam. Sebuah kalimat yang selalu diucapkan ketika ibu nya marah. Kalimat yang selalu menohok hatinya.

"Udah sana! Kerjaan kamu masih banyak!" bentaknya. Alana masih terdiam.

Bugh!

Sekali lagi, tongkat itu menghantam lengan Alana. Belum hilang rasa sakit yang sebelumnya, kini sudah ditambah lagi dengan rasa sakit lainnya.

"Kamu dengar gak?!"

"Iya Ma, Alana ganti baju dulu," dengan langkah gontai, Alana berjalan masuk menuju kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat.

Alana membuka seragamnya, lalu melihat pantulan dirinya di depan cermin memperlihatkan luka lebam di lengan dan kakinya yang makin hari semakin banyak.

Belum kering luka yang kemarin, kini sudah ditambah luka baru yang lebih menyakitkan. Untunglah Alana pandai menyembunyikan, hingga tak seorangpun tahu bahwa luka yang ia simpan sudah teramat dalam.

"Alana!" teriak Mamanya dari bawah.

"Iya Ma," jawab Alana sedikit keras. Buru-buru ia membereskan barang-barangnya lalu turun ke lantai bawah untuk menyelesaikan segudang pekerjaan yang menantinya.

🍥🍥🍥


"Yes beres!" Alana terpekik senang. Ia mengelap peluh di dahinya menggunakan lengannya. Sebelum Mamanya datang, Alana mengambil sekotak nasi dan lauk yang ia masak sendiri untuk ia bawa ke dalam kamarnya.

"Waktunya makan!" Alana bertepuk tangan sembari membuka kotak yang ia bawa tadi di atas ranjangnya. Ia tak peduli dengan atitude yang melarang makan di atas tempat tidur. Yang terpenting sekarang adalah perutnya harus diisi dengan asupan makanan yang cukup.

"Bersih-bersih udah, makan udah, tinggal apa ya? Hmm... Tugas!" Alana mengeluarkan buku-buku pelajaran dari dalam tasnya.

Tak sadar, kini jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, tepat saat tugas Alana selesai dikerjakan.

"Haahhh!! Selesai juga, beddy I'm coming!" Alana merebahkan dirinya di ranjang kesayangannya yang ia beri nama Beddy.

"Selamat tidur semuanya, selamat tidur dunia, selamat tidur Aluna." ucap Alana lalu memejamkan matanya hingga ia benar-benar terlelap ke alam mimpinya.

DUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang