Chapter 03

9 2 0
                                    


Nol besar, yang benar saja ini susah sekali sudah satu jam lebih tidak satu pun hama Tikus ini berhasil Aku bunuh. Anak panah plasma/beam arrow, seharusnya lebih ringan karena tembakannya seperti laser tapi tidak seperti yang ku harapkan. Lelah pasti, tapi rasa capek ini lebih menjurus ke arah batin di banding fisikal. Saat Aku mengecek amunisi tinggal tersisa sepertiganya.

Memang tidak ada batasan waktu tapi melihat para Hunter lain yang telah sukses duluan itu membuatku iri dan ingin cepat-cepat menyelesaikan misi terkutuk ini. Ah enaknya beberapa Hunter yang di bantu para seniornya untuk menyelesaikan misi ini, tidak seperti Aku yang harus berhati-hati agar tidak sengaja mengenai monster atau hewan lainnya, mereka dengan tenang menyerang membabi buta tikus-tikus itu tanpa peduli pada monster lain di sekitarnya.

Aku melihat Hunter senior dengan santainya membabat habis monster lain yang mengganggu party-nya menyelesaikan misi. Rasanya Aku ingin ikut dengan party (grup hunting) mereka.

Tapi Aku urungkan niat ikut party dengan mereka, saat ku lihat lagi sepertinya mereka dari Guild (kelompok organisasi) tertentu. Apa sebaiknya aku bergabung dengan guild-guild itu juga? Entahlah hal itu ku pikirkan nanti saja, lagi pula ini misi perdana pemula kalau aku yang menjadi ketua Guild mana mungkin memasukkan pemula yang bunuh tikus saja tidak becus menjadi anggota.

Beberapa jam tidak berhasil membunuh Tikus-tikus ini, Aku menjadi teringat permintaan penjaga warung untuk menghancurkan sarang Tikus-Tikus ini. Kalau di pikir-pikir lagi bila Aku lenyapkan sarang itu misi ini akan langsung selesai bukan? Lagi pula beam arrow yang ku miliki tinggal sedikit, membeli anak panah baru hanya untuk misi pertama itu adalah hal yang konyol.

Aku meninggalkan kawasan berburu utama dan berjalan cukup jauh, tahu begini tadi ku bawa saja motor, lagian jalannya bukan bebatuan terjal. Sambil berkeluh kesah Aku melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan Aku melihat ada seorang petarung jarak dekat /Warrior yang sepertinya sedang kesusahan melawan 3 monster kodok beracun sekaligus.

Kodok-kodok itu, mereka pula yang menjadi alasan Aku kehabisan potion (obat penyembuh), bentuk tubuh mereka sangat gembung seperti balon yang seakan mau meledak, namun itu tidak mengurangi kecepatan ketika menyerang plus racun yang membuat gatal-gatal bila tidak diobati dengan potion.

Memfokuskan bidikan Aku melepas tiga beam arrow membunuh salah satu kodok itu. Melihat kesempatan, warrior itu dengan sigap melompat dan menusukan dua bilah pedang kembarnya pada kepala kodok yang masih tersisa.

Aku mendekat "Hei, kamu gak papa?"

Warrior itu menatap ku dengan galak, "Itu monster buruan gw, seenaknya aja lu main embat." Ucap warrior itu dengan ketus. Bukan berterimakasih malah ngelunjak, Aku mengamati dia yang sedang meminum potion dengan tenang setelah menghardik bantuan dariku itu, dari perlengkapannya ternyata seorang perempuan dengan dual sword.

Memang ada yang aneh di sistem Hunting (perburuan) ini, siapa yang terahir membunuh monster semua hasil buruan dan poin reputasi menjadi hak yang terahir membunuhnya, kecuali bila kita dalam satu party itu akan menjadi milik bersama.

"Ambil saja bekas monster itu, Aku kira kamu lagi butuh bantuan." Ucap ku jengkel, tidak tahu berterimakasih, padahal kan taruhan menjadi Hunter itu nyawa.

"Kaga butuh, kalau poin level reputasi nya bisa di transfer sih gw minta itu aja, tapi kan engga!" Ucap nya setelah menghabiskan 3 botol potion.

Sepertinya dia ini tipikal Hunter yang mengejar level reputasi agar dapat ke tahap selanjutnya, memang sih semakin tinggi level akan semakin banyak pula uang yang akan di dapat dari misi yang di berikan. Tapi itu pun harus sesuai dengan kemampuan bertarung kita, bila tidak, yang ada hanya mati konyol. Sehingga sistem level reputasi ini sebagai dasar kelayakan kita untuk mendapat misi selanjutnya dan kenaikan kelas Hunter.

ArcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang