Chapter 04

11 1 0
                                    

Empat, Lima! Aku berhasil membunuh Tikus-tikus yang berada di sekitar sarang dengan hati-hati. Mereka tidaklah sewaspada saat mereka berada di tanah perburuan pemula. Dengan ini bagian luar sarang sepertinya sudah bersih.

Aku mengambil hasil buruan yang berasal dari tikus ini dengan loot box, Kotak penyimpan hasil buruan sementara, berukuran sebesar tas pinggang berbentuk kotak. Teknologi pembagi ruang yang dipakai di kotak ini dapat mengendalikan susunan partikel sehingga dapat mengcompress (menyusutkan) benda yang dimasukan kedalamnya, namun kotak ini hanya efektif pada barang yang berasal dari monster atau material inti bumi.

Hal itu terjadi karena benda-benda permukaan bila di masukan kedalam lootbox mereka akan hancur atau berwujud tidak sempurna saat di keluarkan. Benda permukaan tidak memiliki ketahanan seperti material dan benda yang berasal dari inti bumi. Aku pernah sekali memasukan susu botol kedalamnya, saat di keluarkan bentuknya berubah menjadi jelly putih kekuningan melebur bersama botolnya.

Clara mendekat, dia telah selesai dengan bagiannya, setelah kami memastikan tidak ada lagi tikus yang berkeliaran di sekitar mulut sarang. Aku mengeluarkan satu beam arrow yang belum aktif dan beberapa kayu. Aku membuat bara api dengan itu, saat kobaran api semakin besar Aku melemparnya ke dalam mulut sarang yang beridameter 1x1 meter ini.

Api menjalar begitu cepat membakar ranting-ranting kering yang telah kami siapkan. Setelah Aku rasa cukup kami menutup kobaran api dengan dedaunan segar yang baru saja dipangkas dari pohonnya, asap mulai mengepul dengan banyak. Aku dan Clara kemudian mengambil beberapa bongkahan batu besar untuk menutupi pintu sarang itu. Beberapa Tikus mulai keluar berlarian saat Aku berusaha menutup pintu sarang.

Clara yang telah siap di posisi menebas satu persatu tikus yang keluar hingga akhirnya Aku dapat menutup sempurna liang tersebut. Counter di layar status di tangan ku mulai bertambah secara cepat.

05/20..06/20...07/20.

Tidak sampai setengah jam kami tiba disini, misi ini berhasil kami selesaikan. Jumlah poin reputasi dan uang pun sudah bertambah di status kami masing-masing. Aku memfoto sarang yang masih mengeluarkan asap itu dengan Smartphone ku sebagai bukti ke paman warung , aku berharap kabar ini dapt membuat lega warga pinggran kota.

"Hei, lu masih make itu?" Ucap Clara Saat ku melihat hasil jepretan di Hp.

"Apa Hape? Emangnya kamu enggak?" Balasku heran, Clara menggeleng "Kita kan udah punya control bracer, gw singkat jadi Cobra hehe," sambil menujuk ke alat yang berada ditangan nya. "Semua Hunter dikasih alat ini kan, jadi gak perlu repot-repot make Hp untuk komunikasi jarak jauh dan fitur lainnya karena ada Cobra!" Lanjut Clara sembari mengambil foto dengan 'Cobra-nya'.

Benar juga, Aku kurang mengulik alat di tangan ku ini sejak mendapatkannya. Menjadi Hunter rupanya banyak yang harus di pelajari, sepertinya akan ku habiskan waktu di rumah untuk meneliti kegunaan alat Bracer ku ini.

"Habis ini lu mau kemana?" Kata Clara setelah membereskan hasil perburuannya yang terahir. "Balik." Jawab ku singkat.

PING!

Notifikasi baru masuk saat ku cek adalah permintaan pertemanan dari Clara. Aku melihat dia tersenyum. " Ayolah, besok kita Hunting (berburu) bareng lagi, buruan acc." Jantung ku berdegup kencang, ada cewek yg mau berteman dengan ku. Apa kayak gini juga kah perasaan di tembak cewe? Dua puluh tahun bernafas, baru kali ini Aku merasakan hal seperti ini, perut terasa bergejolak tidak karuan dan keringat dingin mulai becucuran.

"Hup!" Clara loncat di hadapanku dan menekan paksa tombol "terima" pada bracer di tanganku. "Nah kalo gini kan gak ribet kalo mau ketemuan." Kepalaku masih tidak dapat meproses Aku sedikit terbengong seperti habis kaget saat melihat dia berpamitan ke arah yang berbeda. Setelah sadar Aku baru mencerna hal yang terjadi, rupanya bila masuk kedalam friendlist, kita dapat mengetahui posisi teman kita seperti sekarang posisi kami berdua ada di Hutan Arcamanik.

Aku berjalan pulang sembari senyum-senyum sendiri entah perasaan apa ini, Suka? Tidak mungkin, muka Clara bukan lah tipe ku, lagi pula sejak dulu Aku jarang bersosialisasi dengan manusia terlebih lagi perempuan jadi bertemu Clara rasa nya beda aja gitu kalo punya temen lawan jenis. Aku rasa ini perasaan seangn keita ternyata kita punya value (nilai) di hidup orang walau kecil.

Sesampainya di rumah, seperti biasanya Ibu khawatir berlebihan terlebih lagi ini hari pertama Aku menjadi Hunter, Aku menjelaskan kegiatan Hunterku pada Ibu sehingga dia menjadi tenang. Malam hari Clara menghubungi ku mengajak untuk Hunting di tempat kemarin, dia ingin menaikkan level reputasi sesegera mungkin. Sepertinya Aku akan terjebak beberapa saat dengannya lagi pula tidak ada ruginya juga. Aku ingin menikmati duniaku yang sekarang ini selagi bisa.

***

"Awan!" Clara berlari ke arah kami, di belakangnya tiga kepiting raksasa berlari menyamping dengan buas bersenjata capit raksasa di salah satu tangannya. Bila kondisi ini tidak membahayakan nyawa, Aku sudah tertawa terpingkal dari cara jalan miring kepiting yang sangat cepat itu.

BEAM! BEAM!

Dua beam arrow ku lesatkan, ledakan nya memutuskan capit raksasa salah satu monster kepiting. "Rudi!" teriakku sebagai tanda, "Oke!" Rudi sudah siap dengan Siege Machine Gun-nya.

Klik.... Drrrrrrrrrrrrr!!!!!!!!

Desingan peluru dan asap mesiu berhamburan di udara, peluru panas yang di muntahkan senapan mesin itu menghancurkan tubuh monster kepiting itu satu persatu. "Bidik sendinya!!" Perintah ku pada Rudi.

*

Dua minggu berlalu sejak pertemuan ku dengan Clara, kini level reputasi kami sudah berganti dari Newbie (pemula) menjadi Rookie (prajurit tingkat 3). Kami bertemu Rudi seorang Croz (Prajurit tingkat 4) satu level diatas Aku dan Clara, dia penembak jarak jauh seperti ku, namun Rudi menggunakan senjata api, diantaranya senapan mesin yang baru saja dia gunakan itu. Dia ikut party kami sekitar lima hari yang lalu.

"Lumayan juga buruan hari ini, sorry tadi gw ngancurin capit-nya", ucap Rudi sambil mencabut Senapan yang di tanamnya. "Gak apa Rud, bukan barang untuk misi juga." Aku mebalas. "Kalo gitu gw yang ambil capit sisanya yaaaa hehe". Kata Clara sebelum tindakannya Aku hentikan.

"Kamu udah ambil satu tadi Ra, ini Aku yang ambil nanti uang hasil penjualannya ku bagi dengan Rudi." Capit itu masuk ke dalam loot box ku. "Enggak usah Wan, buat lu aja." Aku menggeleng dan Rudi paham. Kami pun beristirahat sejenak sambil menyusun rencana misi selanjutnya.

Setelah memulihkan tenaga, kami meuju ke lembah di Curug Maribaya, disitu menjadi tempat tinggal Haya, monster kadal yang tinggal di lembah berair bentuknya mirip Buaya namun kaki belakangnya lebih besar sehingga dia seakan berpose menunduk. Ini adalah Misi yang di dapatkan Rudi, Aku berjanji untuk membantunya, lagi pula material yang di hasilkan dari tubuh mosnter Haya sangatlah berharga.

Menghitung beam arrow yang tersisa, Aku rasa sanggup untuk menangkap Haya. Pada awalnya Rudi ragu untuk menangkap Haya, karena misinya hanya untuk mengambil beberapa taring monster itu. Tetapi melihat Aku dan Clara yang antusias dia menyanggupinya juga. Setelah menunggu Clara selesai mengasah pedangnya kami bertiga mengintai daerah lembah mencari seekor Haya.

Aku sengaja memilih tempat yang landai kering dan sedikit jauh dengan arus deras, karena Haya akan sulit untuk di tangani bila telah masuk kedalam air. Kami memanfaatkan seekor mayat burung gagak liar sebagai umpannya, Clara bilang mereka sangat gemar memangsa hewan berdaging putih. kami menunggu beberapa saat seekor kadal raksasa setinggi 7 meter melintas keluar dari semak pohon, ya itu Haya.

Aku memberikan Clara alat pengukur detak jantung khusus binatang berbetuk seperti paku besar, itu akan kami pakai sebagai indikator kesehatan monster buruan. Clara mengerti karena bila benda itu sudah tertanam di tubuh monster kita dapat melacak dan juga memperkirakan apakah monster itu sudah lemah dan dapat di tangkap atau belum. Oke semua sudah bersiap menangkap Haya.

ArcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang