Chapter 06

7 1 0
                                    

Sesekali Clara terbatuk saat menelan potion yang kami berikan, botol yang ku genggam kini kosong Ini adalah potion terahir. Bau amis darah mulai mengudara, Rudi menjadi panik, dia mulai bertanya-tanya apa yang harus kami lakukan. Nafas Clara mulai menjadi pelan, "Clara jangan pingsan! Ayo sadar!!" Aku berteriak sambil menepuk pipinya di pangkuan ku.

"Wan gak ada cara lain?", Rudi bertanya dalam panik.

"Kamu udah telfon bagian medis untuk kesini?", Aku balik bertanya.

"Ini tanah perburuan Wan, mereka ga respon seperti yang kita harapin."

"Berengsek..", Aku menggigit bibir hingga menetes darah.

Di kegentingan dan putus asa ini, terbesit di balik relung hati rasa yang sama di duniaku sebelumnya.

Tidak ada hal akan terjadi tanpa izin-Nya.

Harapan

Mintalah pada pemilik tubuh mu. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya

Aku berpikir sejenak, benar, mataku gelap karena kekotoran jiwa ini. "Rudi gantikan posisi ku." Kataku pada Rudi yang masih mondar mandir. Aku bergerak kebagian kaki Clara yang terluka meletakkan tangan ku diatasnya. "Rud, kamu percaya kalau Clara akan hidup kan?" "Ya, tentu saja." "Aku butuh keyakinan mu." Rudi mengangguk dan Aku mulai membacakan.

Tidak ada reaksi, Aku membacanya lagi hingga berulang kali sesekali mengecek status anggota party

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada reaksi, Aku membacanya lagi hingga berulang kali sesekali mengecek status anggota party. Pada bacaan ke tujuh tangan terasa memanas keringat bercucuran. Detak jantung Clara meningkat indikatornya berubah menjadi oranye. Aku meneruskan bacaan hingga tak sanggup lagi,akibat kelelahan. Nafas Clara kini sudah teratur, energi di dlam tubuh pun rasanya sudah habis.

Hari sudah di penghujung petang, kami berkemah di dekat sungai dan membiarkan Clara yang tertidur pulas, berharap esok hari kondisinya kembali normal sehingga tidak susah untuk pulang. Aku baru kembali dari mengambil air di pinggiran sungai. Ku lempar satu botol yang telah berisi Air kepada Rudi yang kaget dan menjatuhkannya.

Sambil mengambil botol air Rudi menatap ku keheranan. "Wan, lu Paladin?"

"Ha? Paladin? Apa itu?", balas ku kemudian duduk di depan perapian.

"Mereka semacam Ancient class (kelaskuno), yang seharusnya sudah punah. Gw baca iseng-iseng di artikel 'Kelas Hunter yang tidak pernah ada lagi'. Dan Paladin salah satunya, cirinya ya itu kayak lu tadi bisa nge healing (menyembuhkan) tanpa harus menggunakan alat."

Aku terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan Rudi, "Aku juga kurang ngerti Rud, semua berjalan begitu aja sistem Hunter pun tidak punya penjelasannya."

"Gw rasa itu kalo lu bneran Paladin keren banget Wan, coba lu cari tahu deh, soalnya gw yakin lu pasti Paladin."

"Ha ha, iya mungkin juga. Tapi yang terpenting sekarang kita pulang dulu, misi mu kan sudah selesai dan Clara juga butuh istirahat lebih, besok mau Aku bawa dia ke rumah sakit."

ArcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang