Judul: Selamat Ulang Tahun Indonesia-ku
Udara pagi menyapu wajah pemuda itu. Dia mendongakkan kepalanya, menatap langit yang tak begitu cerah, namun juga tak begitu gelap.
Sejenak matanya terpejam, mendengarkan obrolan ringan yang melintasi sepasang telinganya. Entah atas dasar apa, ia lalu menarik kedua sudut bibirnya. Menciptakan garis lengkung yang lebih dikenal dengan kata ‘senyuman'. Tak lama, pandangannya perlahan terarah ke depan, lantas memperhatikan deretan merah putih yang sangat ia banggakan.
“Eh, ada Nak Andi. Hari ini upacara, ya?”
Pemuda tersebut menoleh ke sumber suara, mendapati seorang wanita lansia yang menjadi tetangganya baru-baru ini. “Iya, Nek. Kebetulan Andi jadi petugas, makanya berangkat agak pagi.”
Si Nenek tampak mengangguk pelan dengan gumaman ‘oh’ yang agak sayup. Dia lalu mengibas-ngibaskan tangannya, menyuruh pemuda bernama Andi itu mendekat.
“Ada apa. Nek?” ucapnya sembari berjalan mendekat. Ia agak terkejut ketika nenek yang kira-kira berusia enam puluh tahun ke atas itu merapikan lipatan bajunya. Meski diumurnya yang melewati setengah abad, nyatanya wanita tua itu masih tampak sehat dan segar seperti muda.
“Nak Andi jadi pengibar Sang Saka Merah Putih, ya?”
Andi mengangguk.
Nenek itu kembali mengukir seulas senyum pada wajah keriputnya, ia kemudian berkata, “Dulu pas orang tua nenek masih hidup, mereka sering sekali menceritakan perjuangan rakyat Indonesia demi mencapai sebuah kemerdakaan. Saking seringnya, nenek hapal kisah-kisah mereka dulu,” kata-katanya dijeda untuk beberapa saat, “bosan, lho. Tapi ya, Nak. Berkat kisah itu nenek tahu. Bagaimana perjuangan mereka, bagaimana penderitaan mereka. Walaupun nenek tak mengalaminya secara langsung.” Gerakan tangannya terhenti, beralih menepuk-nepuk pelan pundak Andi. “Kamu lihat itu,” ia menoleh ke belakang, menatap sebuah tiang berdiri tegak dengan bendera kebangsaan Indonesia yang tengah berkibar. Sontak, Andi mengikutinya.
“Nanti, kamu yang akan mengibarkan bendera itu. Bendera yang menjadi lambang kemerdekaan Indonesia. Semua penderitaan, harapan, dan perjuangan rakyat Indonesia ada pada bendera itu.” Nenek tersebut kembali mengalihkan atensinya kepada Andi, “Jangan sampai ada kesalahan ya, Nak. Jagalah bendera itu untuk menghormati para pejuang yang telah gugur.”
Andi sempat terperangah untuk sesaat, namun dengan segera ia mengangguk antusias. “Tentu, Nek! Andi janji akan mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan sungguh-sungguh! Tanpa kesalahan!” Ia berdiri tegak dengan tangan membentuk gerakan hormat. Refleks, si Nenek tersenyum menanggapinya.
“Iya, iya. Sekarang cepat berangkat, nanti malah telat.”
“Ya udah. Andi berangkat ya Nek!”
Pemuda ini melangkah dengan dagu terangkat. Ia tahu betul, pengibaran kali ini merupakan pengibaran yang istimewa. Ia senang, sungguh kehormatan menjadi seorang anggota pengibar bendera. Terlebih pada hari ulang tahun negaranya. Pada ulang tahun ketujuh puluh empat Indonesia-nya.
Yang berarti, sudah tujuh puluh empat tahun Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Setelah berabad-abad menerima penderitaan dari negara penjajah, akhirnya mereka bebas. Tak ada lagi penindasan, perampasan, kerja paksa, perbudakan, dan berbagai hal hina yang dulunya menjatuhkan harkat manusia.
Seperti kata nenek tadi, pemuda ini memang tak tahu bagaimana kejadian aslinya. Akan tetapi, dengan membaca berbagai buku sejarah Indonesia, pengisahan dari mulut ke mulut, bahkan hingga diangkat ke dunia film, ia mengetahuinya. Bagaimana hancurnya bangsa Indonesia pada masa itu, penderitaan mereka di tengah kecaman dan ketidakadilan dari negara penjajah. Sungguh, ia merasakannya.
Dia naif?
Katakanlah begitu.
Namun baginya, itu bukan hanya sekedar pikiran naif yang biasa ditunjukkan oleh seorang anak dalam masa pubertasnya. Baginya, itu sebuah ikatan emosional. Sesuatu yang menghubungkan perasaannya secara tak langsung dengan rakyat pada masa itu.
Meski begitu, dia tak ingin ambil pusing. Mereka telah merdeka, bukan? Ya. Tentu, mereka telah merdeka dari penjajah. Berkat para pahlawan dan pejuang yang telah gugur, Indonesia bisa menjadi seperti ini.
Menjadi negara berdaulat yang berdasar Pancasila.
Pemuda ini menghentikan langkahnya sejenak, beralih mengamati bendera pusaka yang tengah berkibar diterpa angin. Tangannya perlahan terangkat dengan jemari menyatu rapat. “Terima kasih.” Ia berdiri tegak dengan penuh penghormatan. Rautnya tegas, mengamati sang Pusaka yang sedari dulu dikaguminya.
Mengapa?
Karena itulah yang menjadi lambang bersatunya Indonesia. Bendera itulah yang menjadi alasan bangsa Indonesia bertempur dengan bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Bendera itulah yang terselip di setiap lantunan doa bangsa Indonesia. Bendera itulah yang menjadi perjuangan hingga titik darah penghabisan bangsa Indonesia.
Dialah Sang Saka Merah Putih.
Sekarang mereka telah merdeka. Bendera itulah yang menjadi lambang kemerdekaan mereka. Hingga kini, dan selamanya tetap akan begitu.
Oleh karena itu, mereka—para generasi muda yang akan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ingatlah, hal utuh tak akan tetap utuh selamanya. Akan ada waktunya dia dirusak, atau bahkan rusak dengan sendirinya. Tak terkecuali untuk ukuran sebuah negara sekalipun.
Maka dari itu, para generasi muda juga akan bertempur. Tetapi, bukan senjata ataupun strategi perang yang mereka bawa, melainkan ilmu. Ilmu untuk memajukan perkembangan Indonesia, dan ilmu untuk melawan nafsu terhadap barang yang tak seharusnya dikonsumsi berlebih.
Sekarang tak hanya para pejuang maupun pahlawan proklamasi yang berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan. Para generasi muda juga, mereka yang akan mempertahankan kemerdekaan dari rakyat terdahulu. Untuk tahun berikutnya, dan seterusnya.
“Selamat ulang tahun, Indonesia-ku.”
.
-End
Author Note:
Haii! Lewat sehari sih, tapi gpp lah :v
Sebenernya pengin publis kemaren, cuman file nya di laptop. So, auto malas. Yaodah hari ini publishnya.
Btw, kungerjainnya dua hari ngebut dengan segala macam umpatan yang kutahu. Sungguh, ini bukan genre-ku. Jadi kalo kaku wajar aja :vHappy independence day! I love Indonesia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
Short StoryKumpulan cerita pendek bermacam-macam genre. Mungkin suatu saat akan memuat fanfiction di sini. Hanya 'mungkin'. Namun tidak menutup kemungkinan. WARNING: Cerita di sini akan lebih memuat tema dark story (15+), dan mungkin akan ada bagian bunuh-me...