Love? Or Crazy?

35 5 13
                                    


Di malam yang sunyi ini, seorang pria bergerak gelisah di bawah selimutnya. Sesekali kepalanya menyembul, menangkap cahaya terang yang berada tak jauh di atasnya. Kameja yang sebelumnya terkancing rapi itu kini berantakan. Beberapa kancing bagian atasnya terbuka. Entah karena dibukanya sendiri, atau karena keringat yang menyebabkan permukaannya licin.

Tatapannya beralih ketika sesuatu bergetar di meja tamu sebelahnya. Ya, dia di ruang tamu omong-omong. Mengapa dia tak memilih berbaring dan berguling di kamarnya? Itu karena hawa panas yang mengganggunya. Lalu mengapa dirinya memakai selimut sedangkan keringat kini memandikannya? Mungkin lazimnya, itu kebiasaan.

Tangannya mengambil smartphone itu, mendapati sebuah pesan singkat pada layarnya. Kemudian, untuk salah satu gerak refleks yang begitu dihindarinya, dia melakukannya dengan begitu mulus. Sangat mulus.

Kalian bingung?

Singkat saja. Dia melirik. Atau menjeling? Mungkin sejenis itu.

Ia bukannya melirik udara kosong yang jelas tak berguna. Yang ia lirik adalah sesosok wanita berambut pendek duduk tak jauh di hadapannya. Kenapa dia bilang begitu menghindarinya? Jujur saja. Dia hanya merasa terganggu.

Sosok itu masih sama. Membelakanginya. Dan bergeming sedari tadi. Itulah bagian yang mengganggu.

Bergeming, tanpa sepatah kata apapun.

Jangan berpikir terlalu jauh. Dia bukanlah setan atau semacamnya.

Ya ... tetap saja. Baginya, mengganggu tetaplah mengganggu. Eksistensi wanita itu, begitu mengganggu.

Terdengar berulang-ulang? Tenanglah. Itu hanya sebagai penekanan kondisinya sekarang.

Pria itu berpaling menatap arloji di tangannya. Ia lalu beranjak. Lihatlah, sudah hampir dua jam. Sungguh membuang waktu. Dua jam merupakan waktu yang cukup untuk membuatnya muak. Ingin sekali rasanya ia pergi keluar lalu mencari udara segar. Lantas, kenapa dia tak melakukannya saat pintu rumahnya terbuka lebar? Ayolah ... orang bodoh mana yang keluar tanpa kepentingan pada hampir jam tiga dini hari? Ah. Itu bukan masalah besar. Lalu apa selanjutnya? Pencurian? Pembunuhan? Penculikan? Dia mengerti kenapa kejahatan selalu terjadi malam hingga dini hari.

Langkahnya berderap menaiki tangga. Sekarang, dia benar-benar lelah. Padahal, ini hari liburnya. Hari di mana rasa letih dan khawatir yang menghantuinya untuk diperistirahatkan. Sayangnya, semua berjalan begitu buruk. Dan bagian sialnya, kondisi buruk yang berjalan begitu mulus dan menyebalkan.

Tetapi seperti yang ia rasakan. Dia
letih. Begitu letih. Juga frustrasi. Yang bisa menyembuhkannya sekarang adalah kamarnya. Isi kamarnya. Hanya itu. Karena dengan begitu, semua akan menjelas dengan begitu buruknya.

Begitu buruknya? Lihat. Dia mulai pesimis.

Jemarinya bergerak memutar kenop pintu. Kedua netra sayunya memperhatikan dengan jelas ketika pintu berderit terbuka. Begitu terang. Karena pada dasarnya, ia tak suka gelap semenjak beberapa hari lalu.

Akhirnya, pintu terbuka sepenuhnya. Ia terdiam, lalu mendongak dengan raut datarnya. Tidak, datar yang dimaksud adalah buatan. Oh. Atau lebih tepatnya, paksaan ...?

Tunggu. Abaikan itu. Dan lihat! Dia masih tersenyum. Tersenyum dengan manisnya.

Saking manisnya, si Pria ikut tersenyum melihatnya.

Sayang, sepasang batu indahnya tengah bersembunyi. Jadi yang dilihatnya hanya seulas senyum. Meski begitu, itu tak membosankan. Padahal, sudah beberapa hari. Namun senyuman itu terlihat masih segar.

Aneh. Ya ... mungkin inilah yang namanya gila cinta.

Gila?

"Kau membuatku gila, Reina."

Ia lalu menurunkan tatapannya, lantas berbalik dan pergi. Ketika pintu kamar tertutup sepenuhnya, ia kembali ke sofa kemudian merebahkan diri.

Ah. Dia melihatnya. Sosoknya masih sama. Duduk membelakanginya. Bergeming tanpa sepatah kata pun.

Tak apa. Tunggu beberapa jam kedepan. Ia akan beranjak menuju kamar ketika dirinya merasa terganggu.

"Aneh. Padahal mereka satu."

-End

Author Note:

Doumo!

Part kali ini sebenarnya dari work lama yang dibatalkan (bukan aku).

Karena sayang, yaodah publish sini. Cerita ini semi riddle yah, jadi kalo ada yang bingung yah wajar. Kalo ga paham, aku jelasin.

Si pria yang disorot itu udah ngebunuh seorang cewek yang namanya Reina. Di awal, sosok yang dilihatnya itu arwah, namun pria itu gak sadar. Karena dia depresi, dipenuhi rasa ingin memiliki, malah mengambil cara yang salah.

Nah, pas dia ke kamarnya, dia liat tubuh si cewek. Digantung, mulutnya dijahit-agar kelihatan tersenyum.

Obsesi, sejenis itu.

Ini cerita lumayan lama, sih. Ga ada revisi (malas awokwkwkwk).

Sore jaa!

Jaa nee~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang