TAKDIR Part 8

72 6 0
                                    

TAKDIR
EPS. 8
Liburan sepuluh hari maulid nabi telah berlalu. Hari ini, semua santri dan santriwati sudah harus kembali ke pondok, untuk kembali menimba ilmu agama pastinya. Alya yang telah lama balik ke pondok duluan, mulai berfikir keras bagaimana caranya meminta maaf kepada Zul dan mengakui perbuatannya. Dia membongkar lemari Zul, dan menatanya rapi. Dari deposito pribadi yang dimilikinya, Alya membelikan baju koko, kitab, buku, peralatan mandi, handuk, sandal, sepatu baru untuk Zul. Dia berpikir, kalau seandainya, suatu saat nanti ruhnya telah kembali, setidaknya dia sudah memberikan sesuatu untuk Zul, walaupun belum tentu Zul mau memaafkannya.
Dia pun menemukan buku catatan pribadi Zul. Sebuah buku agenda lapuk berwarna biru donker. Dengan perasaan serba bersalah, Alya mulai membaca lembar per-lembar. Dari tulisan Zul, nampak sekali kalau Zul begitu menyayangi ibunya dan dia sangat bersedih karena kehilangan ibunya.
Tak terasa, air mata Alya pun jatuh. Ia meratap. Lalu menulis sebuah catatan di buku Zul. Mungkin suatu saat Zul sudi untuk membacanya.
-Peringatan Maulid Nabi-
Setiap tahunnya, di pondok pesantren Al-Amanah akan mengadakan perayaan maulid nabi dengan mengundang Kiai besar untuk berceramah di hadapan santriwan dan santriwati. Dan so pasti, santriwati putri yang letak pondoknya berseberangan jalan dengan pondok putra harus pergi ke masjid putra yang memang berada di lingkungan pondok putra. Mendengar kabar tersebut, Zul sangat bahagia, dan ini merupakan kesempatan baginya agar dapat melihat bagaimana keadaan tubuhnya sekarang. Begitu pula, Alya. Alya pun mulai menyusun rencana agar bisa menemukan si Zul yang sedang menempati tubuhnya.
Ba'da isya' tepat, semua santriwati menggunakan baju resmi dan kerudung kain putih resmi berangkat beriringan dengan diawasi beberapa ustadzah dari bagian kesantrian. Yang tampak berwibawa dengan senter di tangannya namun tetap anggun dengan jubah syar'inya.
Di tempat berbeda. Tiba-tiba, Zain yang ditunjuk sebagai qori untuk membuka acara tersebut tiba-tiba jatuh sakit, sehingga mau tidak mau, Ust. Mu'min menunjuk Zul sebagai penggantinya. Bagai mendapat surprise, Zul pun nampak panik dan gemetar. Dia bingung mencari alasan. Mukanya langsung pucat pasi. Sementara santriwan dan santriwati mulai duduk di tempatnya masing-masing berbatas tabir yang memisahkan mereka. Dan hal tersebut petanda bahwa acara sudah selayaknya dimulai.
"Qiroatu Ayin min ayatil qur'anil karim, sayaqrouha akhuna Moh. Zulkifli at tolib min as sanah as sadisah min Bluto..." Mc membaca rentetan acara.
Semua santriwati berseru, nampak kekecewaan di raut wajah mereka.
"Kok bukan Zain sih...?"
"Zain kenapa ya?"
"Ih... sedih... bukan Zain yang qori' di depan taukk"
Semuanya berkomentar. Kecuali Alya. Zul tepatnya. Ia gelagapan. Namanya disebut.
"Waduh... emangnya Alya bisa qiroah?" Zul nampak cemas. Tak lama, seseorang dengan menggunakan baju koko putih dan sarung berwarna hitam naik ke atas panggung yang merupakan teras masjid Al-Amanah. Dari kejauhan, ketahuan sekali bahwa dia nampak gugup. "Oh Alya... apa yang akan kamu lakukan...?"Dengus Zul dari kejauhan.
Baru ketika Zul duduk dan memegang mikrofon, tiba-tiba air hujan berjatuhan satu persatu. Gerimis. So pasti, para santriwati berlarian mencari perlindungan agar tidak basah di bawah terop yang terbatas. Semua nampak heboh. Santriwati berebut mencari tempat aman. Suasana menjadi tidak kondusif.
Cetarrrrr......Pyar...Pyar.... Petir menyambar. Tiba-tiba, Alya yang sedang berada di atas panggung bergetar hebat. Begitu pula Zul yang berada di kerumunan santriwati juga bergetar hebat. Sama-sama bergetar. Santriwati yang melihat pun berteriak panik dan akhirnya mereka berdua sama-sama pingsan dan dilarikan ke klinik depan pondok. Oh...
Entah skenario darimana, otomatis, ruh mereka kembali tertukar. 12 jam kemudian, mereka sama-sama sadar. Sadarnya mereka, sama-sama kaget. Mereka saling meraba tubuh masing-masing.
"Aku telah kembali... aku kembali..."
Merekapun dibawa ke asrama masing-masing.
Dunia mereka kembali seperti semula. Alya yang selama ini terkenal baik dan tidak pelit, kini kembali ke asalnya. Kalian tidak tahu bagaimana shocknya seorang Alya Haidar setelah melihat keadaan lemarinya.
"What??? Kemana baju favoritku yang made in India, kerudungku made in Turkey, kemana....?? kenapa bajuku berkurang??? Parfumku yang dari Paris kok tinggal segini? Handbody ku yang dari Sweden kok habis?? Tidakkkkkkkkkk..."Teriaknya.
Melihat perubahan di diri Alya, Bella lalu lari ke arahnya dan memeluknya.
"Kamu sudah kembali Al... kamu yang asli sudah kembali... aku sangat senang...."Katanya bahagia.
"Kenapa Bel? Emangnya apa yang telah aku lakukan selama ini?"
"Kamu buka Alya seperti yang ku kenal, kamu mulai akrab dengan anak lain, kamu meminjamkan semua baju-bajumu kepada mereka, kamu berikan parfum, bedak, handbodymu yang limited kepada mereka, dan kamu tidak memperdulikan aku... nilai akademikmu turun dan tidak berada di peringkat pertama"Kata Bela panjang lebar.
"Apahhhhhh???"Alya Shock. Ia menelan ludah sambil berkata lirih, "Dasar kamu Zull...."
"Pokoknya aku seneng... kamu yang pelit telah kembali uucchhh..."Katanya lalu memeluk sahabat karibnya itu.
Setelah banyak meratap atas hilangnya beberapa barangnya, Alya melihat sesuatu yang aneh di lemarinya. Di lemari bagian kiri tempat fotonya tertempel, banyak potongan kertas asturo berwarna merah berbentuk hati mengelilingi fotonya.
"Apa ini?" katanya terheran-heran
"Apa Zul yang melakukannya?"
Dia pun mulai memeriksa buku agendanya. Entah tergerak darimana. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dari buku agendanya. Benar sekali. Setelah ia membuka buku agendanya, terdapat sebuah tulisan panjang dengan tempelan kertas asturo merah tertempel disitu juga. Alya mulai membaca surat tersebut.
***
Assalamu'alaikum... Wahai peri cantik... Alya haidar...
Entah apa yang sedang terjadi dalam diri kita berdua...
Percaya atau tidak, sekarang aku menempati tubuhmu
Dan kau pun sebaliknya...
Apakah kamu tersiksa menjadi seorang Zulkifli yang miskin?
Maafkan aku Alya...
Menjadi dirimu sangat menyenangkan... kamu memiliki segalanya
Teman-teman yang menyayangimu, orangtua yang begitu perhatian...
Kamu sangat beruntung...
Perlu kau ketahui... wahai Alya haidar...
Berlama-lama menjadi dirimu, membuat diriku takut..
Takut akan menaruh rasa yang tak seharusnya terhadap dirimu yang nampak sempurna
Maafkan aku... aku lancang... tapi ini benar adanya...
Aku tidak tahu? Rasa apa ini? Ini kebetulan? Atau ini takdir kita...
Aku harap kamulah takdirku wahai Alya Haidar....
***
Alya bergetar hebat. Lidahnya kelu. Tak bisa berkata apa-apa. Dia bingung harus bagaimana. Tubuhnya panas dingin. Sudah lama dia tidak menerima surat macam ini setelah masuk ke pondok Al-Amanah. Ia pun jatuh sakit. Aduhhh....
Dalam mimpinya, Alya melihat Zul sedang berlari melewati air dengan menggunakan jaz almamater dan membawa sebuket bunga mawar merah sembari bersenandung
"Dhoop se nikal ke
Chhav se phisal ke
Hum mile jahan par
Lamha tham gaya...
Duniya bhula ke
Tumse mila hun
Nikli hai dil se yeh dua...
Rang de tu mohe gerua...
Raanjhe ki dil se hai dua...
Rang de tu mohe gerua...
***
Bersambung......

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang