Chapter 4 : Memori pahit

32 15 16
                                    

"Assalamualaikum.." Salam Ayla pelan kepada Buk Melda yang merupakan guru BK dan dua orang polisi yang telah menunggunya di meja tamu.

Sebenarnya Ayla terkejut ketika melihat 2 orang polisi di sana. Namun ia berusaha untuk tak memperlihatkan ekspresinya.

"Waalaikumssalam.." jawab mereka.

"Masuk Ay" panggil ibuk Mel tersebut.

Ayla mengangguk dan duduk dengan sopan,ia tak berani menatap polisi tersebut. Ia hanya melirik Buk Mel sekilas dan kemudian menunduk.

"Ayla,ini ada Pak polisi yang ingin meminta keterangan dari kamu,kamu bersedia kan? " tanya Buk Mel padanya.

"Emangnya ada apa ya buk? "

"Kami cuma ingin meminta keterangan mengenai kejadian yang anda alami 3 bulan lalu." Jelas polisi tersebut menjawab pertanyaan yang sedari tadi memenuhi kepalanya.

Ayla ber-oh kecil mengangguk paham.

"Iya Pak,silahkan.." jawabnya sopan memberi izin.

"Baik,terimakasih atas ketersediaannya. Dan sebelumnya maaf jika kami mengganggu waktu anda."

"Baiklah,bisa kita mulai? " Kata polisi satunya.

Ayla mengangguk. Namun ia merasa sedikit cemas,jantungnya berdegup tapi ia berusaha untuk mengontrolnya. Tangannya dingin,nafasnya mulai tidak stabil.

"Ayla..kamu nggk usah cemas ya,kamu jawab saja apa yang kamu ketahui." Hibur Buk Mel padanya memberi ketenangan.

Ayla menarik nafasnya dalam dan mengeluarkannya pelan.

"Baiklah saudari Ayla,bisa anda ceritakan kejadian 3 bulan lalu dimana anda mengalami kecelakaan di jalan Hunian yang cukup sepi. Ceritakan pada kami tentang apa saja yang anda ingat." Pinta polisi itu meminta titik terang.

Ayla meneguk air liurnya. Ia gugup,namun ia berusaha untuk mengingat kejadian tersebut sembari memejamkan kedua matanya.

"Waktu itu saya pergi sendirian. Saya..."

Ucapannya terpotong. Perlahan kepalanya terasa pusing,ia pun memegang kepalanya sambil sedikit meringis.

"Ayla kamu baik-baik aja kan? " tanya Buk Mel yang khawatir melihat Ayla.

"Silahkan lanjutkan Ayla,kami mohon kooperatifnya. Kasus ini harus kita selesaikan bersama. Dikarenakan tak ada saksi di TKP dan tak ada cctv yang bisa kita jadikan bukti,maka kami sangat memerlukan keterangan anda." Jelas polisi tersebut.

Ayla berusaha untuk menenangkan dirinya,ia memukul-mukul kepalanya pelan supaya dapat mengulang kembali memori yang sempat ia lupakan.

"Saat itu saya ingin pergi ke tempat bimbel. Saya sudah terlambat sehingga saya memilih melewati jalan Hunian karena tidak memerlukan waktu yang lama untuk menempuhnya." Jelas Ayla masih sembari memejamkan matanya.

"Apakah saat itu anda tidak memesan taxi untuk pergi kesana?"

"Iya Pak saya memesan taxi. Tapi dia tak kunjung datang,saya sudah cemas karena terlambat dan akhirnya saya memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu sambil menunggu taxi itu menjemput saya.Tapi ketika saya berjalan saya melihat ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang,saya...saya sangat takut mengapa mobil itu melaju kearah saya. Dan saya pun..." Suaranya bergetar. Ayla tak bisa lagi melanjutkan pernyataannya,air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.

"Tolong tenangkan diri anda. Maaf jika kami terlalu memaksa. Tapi apakah saat kejadian itu tidak ada orang sama sekali di TKP? "

Ayla berusaha untuk menahan isakannya sembari menghapus air matanya menggunakan lengan.

The Lost LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang