Prolog

80 11 3
                                    

Seorang gadis berlari dengan kaki lebarnya sambil melihat jam tangannya. Ia tidak melihat sekelilingnya, ia hanya ingin cepat sampai menuju kelasnya hanya itu yang menjadi targetnya. Tetap dengan tergesa dan slalu melihat jam ditangannya.

Brukkkkk

Ia terlonjak kaget karena merasa menabrak dada bidang seorang lelaki. Dengan keberanian ia mendongakkan wajah dan menatap mata lekat seorang pria yang memiliki warna mata hitam pekat.

Pria itu hanya mendengus kasar dan berlalu tanpa bicara. Shasa hanya menghela nafas karena ia ditinggalkan begitu saja, tak lama itu Shasa menepuk jidatnya bahwa ia lupa meminta maaf. Shasa pun membalikkan badan, ia melihat kanan kiri tidak ada siapa-siapa ia bingung dimana pria yang ia tabrak tadi.

Shasa pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas, ia sudah tidak perduli kalau ia telat masuk kelas dan pasti akan dihukum .

Sesampainya dikelas, Shasa berhenti didepan pintu karena sudah dihadang guru killer  Shasa pun hanya cengengesan "Bu maaf ya Shasa telat"ucap Shasa masih dengan nada memelaskan supaya diberi toleransi.

Bu Ina menatap tajam Shasa, "Berdiri didepan tiang bendera sampai selesai Amesha!"perintah Bu Ina dengan mata tajamnya.Shasa yang kaget refleks berlari menuju lapangan.

**

Satu jam sudah Shasa berdiri didepan tiang bendera ia berkomat kamit sedari tadi karena kesal bel istirahat terasa lama tidak berbunyi.

Masih dengan komat kamitnya, Shasa terkejut karena merasa sebuah benda sejuk menempel di pipinya. Ia pun melihat kearah benda itu berada "Wah temen laknat, baru nongol"omel Shasa kepada temannya.

"Heh syukurin kali gue relain nih ya izin ke toilet padahal kekantin demi beliin lo air Sha!"gerutu Nersa sahabat Shasa karena kesal melihat respon Shasa .

"Yaudah si Ner biasa ajaa" ucap Shasa dengan sinis.

"Gue udah biasa aja Sha"ucap Nersa tak kalah santainya

"Masih lama ga sih Ner bel?"kesal Shasa

"Bentar lagi Sha"

Shasa mendengus kesal "gue udah nunggu dari tadi Ner" ucap memelas Shasa karena lelah menghadap matahari sedari tadi, ia sebenarnya tidak peduli kulitnya akan berubah, tetapi perutnya itu tidak bisa memberi toleransi.

You The Light To MyDrakness (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang