bab 1

244 34 25
                                    


JANJI BUNGA MATAHARI

Di tengah suasana dingin angin yang menusuk tulang, seorang anak bernama Tara tampak sedang meringkuk di sudut stasiun kereta api. Tubuhnya menggigil, kulitnya pucat, dan bibirnya mulai membiru karena sedari pagi perutnya belum terisi makanan. Tara yang setengah sadar, mendengar suara sayup-sayup dari belakang.

“Hei, kau sedang apa di sini?”

Tara mencoba mencari asal suara itu, namun pandangannya kabur dan kepalanya terasa berat.

“Apa kau lapar? Aku punya sepotong roti untukmu. Perkenalkan, namaku Adi. Siapa namamu?” suara anak laki-laki itu semakin jelas terdengar.

Tara mencoba menjawab dengan suaranya yang terdengar lemah, “Namaku...”

Belum sempat Tara menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara alarm yang begitu keras.

Kriiing! Suara alarm membuat Tara tersentak. Ia mendapati dirinya bukan di stasiun kereta api, melainkan di kamarnya sendiri. Perasaan dingin dan lapar ternyata hanyalah mimpi semata. Tara meraba-raba sekitar, mencari alarm yang berdering, lalu mematikannya.

Tara menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Mimpi itu terasa begitu nyata, seakan-akan dia benar-benar merasakan dingin dan kelaparan.

"Mimpi itu lagi."
Ucap Tara yang masih shock setelah terbangun dari tempat tidurnya.

Tok tok tok ... terdengar suara pintu.

"Masuk ..."
Ucap Tara dari dalam kamar.

"Selamat pagi pak Tara, kenapa anda belum bersiap-siap? "
Tanya Renita yang mencoba bersikap formal di hari pertamanya bekerja menjadi asisten Tara.

"Kau orang baru itu? Tidak usah terlalu formal, panggil saja Tara."
Jawab Tara sedikit ketus.

''Siap Pak Tara, m-maksudku Tara" Balas Renita sembari tersenyum kecil.

"Hari ini ada pameran penting yang harus aku hadiri, jadi aku tidak mau sampai terlambat."

"Baiklah, kalau begitu saya akan membacakan jadwal untuk hari ini terlebih dahulu. Hmm ... sepertinya jadwal anda hari benar-benar padat."

"Ya, aku tau karena memang selalu begitu ...."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Tara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Tara

Tara kemudian bersiap menuju ke sebuah pameran besar, di mana ia dikenal sebagai seorang pelukis ternama dengan mahakarya yang luar biasa.

Dari sekian banyak karya yang pernah Tara ciptakan, karya seni yang paling dikenal adalah yang bertema anak jalanan. Tema ini menggambarkan seorang anak yang hidup sebatang kara di jalanan dengan kisah memilukan di dalamnya. Lukisan tersebut menampilkan seorang anak laki-laki yang sedang duduk di sebuah stasiun  kereta api, sementara orang-orang berlalu lalang tanpa memperdulikan keberadaannya.

"Sarapan sudah siap pak Tara."
Ucap Renita lagi yang sudah menunggu Tara di meja makan.

"Sudah ku bilang berhenti memanggilku ku seperti itu!"
Tara menggeprak meja dengan penuh amarah.

"Ma-maaf, saya hanya ingin bersikap sebagai mana mestinya."
Renita hanya bisa kaget melihat reaksi yang tak terduga sembari meletakan sebuah roti dangan selai kacang di meja.

"Roti... "
Tara merenung sejenak melihat sebuah roti di hadapannya, seolah mengingatkannya akan sesuatu.

"Aku tidak suka roti, siapkan sarapan yang lain saja, setelah itu kita langsung pergi."
Ucap Tara lagi.

"Hari ini hari pertama saya, jadi saya tidak tahu apa saja makanan kesukaan anda. Maafkan saya bila kurang berkenan."

"Bersikaplah biasa aja, tidak perlu kaku seperti itu. Aku lebih suka jika kau memanggil namaku ketimbang kau bersikap kaku seperti itu."

"B-baik, tapi hari ini kita akan menghadiri pameran lukisan pukul 08.00 sampai sebelum jam makan siang, lalu dilanjutkan dengan pertemuan dengan pemilik persahaan cipta sejahtera pukul 11.00 untuk membahas latar lukisan perusahaan barunya yang akan dibangun, dan .... maaf, apa jadwal yang terakhir ini benar?"
Tanya Renita, sambil menyodorkan Tablet yang mencatat jadwal skedul Tara.

"Biar ku lihat."

"Yang ini, turnamen Fighter yang akan anda ikuti, UFC turnamen pukul 15.00. "

"Ya itu benar."
Balas Tara singkat

"Maaf, kalau boleh tahu kenapa anda mengikuti kejuaraan semacam itu?"

"Itu semua bukan urusanmu, kerjakan saja apa yang seharusnya memjadi pekerjaanmu."
Balas Tara dengan tatapan tajam.

"I-iya, maaf Tara."
Sahut Renita dengan raut wajah tidak enak

Selain dikenal sebagai seorang seniman, Tara juga dikenal sebagai seorang desainer interior proffesional dengan latar belakang modern yang diakui di seluruh dunia.

Tara bersiap pergi menuju ke sebuah pameran lukisan bergengsi. Di sana, para seniman ternama dan klien eksklusif akan berkumpul untuk menyaksikan mahakarya-mahakarya besar. Kemampuan Tara dalam mendesain ruangan diperoleh secara otodidak, membuat prestasinya semakin mengesankan.

Salah satu karya paling fantastis dari Tara ialah lukisan lemnya. Teknik yang digunakan Tara sangat unik, ia melukis dengan lem transparan yang membuatnya tampak seolah tidak ada gambar. Setelah lukisannya selesai, Tara menaburkan pasir dan partikel kecil lainnya yang mudah lengket di atas lem tersebut. Saat itulah, mahakarya yang menakjubkan mulai terlihat, menciptakan gambar yang memukau dan penuh detail.

Namun, di balik kemampuannya menciptakan seni yang luar biasa, Tara memiliki sifat yang kurang menyenangkan. Ia dikenal acuh dan cenderung kasar. Sifat inilah yang sering kali membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman, meskipun mereka kagum dengan bakat seni yang dimilikinya.

*****

Next bagian 2

Janji Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang