✣ NARUTO MILIK MASASHI KISHIMOTO ✣
□□□□□0%
Hope you'll enjoy with my odd story 。●‿●。
•
•
•Sasuke segera membawa gadis itu ke gua tempat ia beristirahat semalam, lalu membaringkannya di lantai yang dingin.
Dengan cekatan ia melepas Obi yang melekat pada tubuh gadis itu dan menyingkap bajunya hingga luka tusukannya terlihat. Banyak darah yang mengalir keluar dari perutnya.
Sasuke menutup matanya sejenak, ia mengambil sapu tangannya lalu mengusap luka itu dengan lembut. Raut wajah gadis itu menyerngit, jelas sekali ia sedang menahan sakit. Sasuke pun mulai menyalurkan Chakra penyembuh dari tangannya dengan tenang.
Sasuke telah belajar banyak, ia sudah banyak mendapatkan ilmu termasuk teknik mengobati. Yah walaupun tidak sehebat ninja medis, setidaknya ia sudah mengetahui dasar-dasarnya.
Setelah beberapa menit, luka gadis itu mulai menutup, walaupun tidak menutup sempurna setidaknya darah di perutnya sudah tidak mengalir keluar lagi.
Sasuke mengambil perban dari tasnya dan mulai membalutkannya ke sekeliling perut gadis itu hingga lukanya tertutupi. Ia pun segera menurunkan bajunya lalu membuka jubah yang dikenakannya dan menyelimuti gadis itu dengan jubah besarnya.
Ia menatap gadis itu sesaat dan pikirannya langsung melayang pada saat di akademi dulu, saat ia masih bersekolah.
Dia, seorang Hyuga. Sasuke tidak mengingat namanya tetapi dia tau siapa gadis ini. Satu-satunya perempuan yang tidak pernah berteriak kagum atau melakukan hal-hal mengganggu seperti perempuan lainnya.
Ia perempuan yang pemalu, pendiam, dan aneh. Iya aneh, karena ia selalu melihat Naruto dengan wajah yang berseri dan selalu bersemangat. Sasuke termasuk laki-laki yang peka, ia tau kalau gadis ini menyukai Naruto.
Dan pikirannya pun semakin menerawang jauh yaitu pada saat ujian penyisihan yang mana gadis ini bertarung melawan Neji, kakak sepupunya.
Membayangkan pertarungan mereka membuat Sasuke sedikit menyerngit karena gadis ini dihajar habis-habisan oleh sepupunya hingga hampir mati. Ironis sekali.
Tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, ia pun beranjak keluar gua, meninggalkan gadis itu sendirian.
•••
Hanabi melempar kunainya dengan kuat hingga target sasaran di depannya hancur tak bersisa. Ia menghela napas dengan kasar, ini sudah kesekian kalinya ia menghela napas.
Dan juga saat ini dia berlatih di hutan, bukan di kediamannya seperti biasa. Habisnya ia sangat kesal dengan orang-orang di Clannya terutama para Tetua dan juga Ayahnya.
Kenapa mereka dengan seenak jidatnya mengganti kepemimpinan yang seharusnya menjadi hak Kakaknya. Apa mereka tidak memikirkan perasaan Hinata?
Ingin sekali rasanya Hanabi berteriak dan mengamuk pada mereka. Ia menjadi merasa sangat bersalah dengan Kakaknya, padahal Kakaknya sudah berlatih sangat keras untuk memenuhi kriteria Heiress Hyuuga. Tapi Clannya tidak pernah puas!
Air matanya pun perlahan mulai menetes, untunglah saat ini Hinata sedang menjalankan misi. Jadi Hanabi tidak perlu menahan rasa sedihnya, karena jika dia menangis saat ada Hinata di dekatnya maka itu hanya menambah beban kesedihan Hanabi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can Us? [SLOW UPDATE]
Fanfic[CANON / FANON] Dalam bayangan Konoha yang damai, dua jiwa berjalan menjelajahi takdir mereka sendiri. Cerita ini dimulai dengan Sasuke, shinobi berhati dingin dengan masa lalu yang kelam, dan Hinata, sang pewaris klan Hyuga dengan mata yang lembut...