Harapan Gea

161 62 0
                                    

Jikalau kalian bertanya mengapa aku diam saja saat Mario tidak terbuka tentang dirinya padaku, kurasa aku tidak ingin melakukan itu. Dan mengapa aku tidak langsung meminta penjelasan tentang diamnya, inginku Mario yang langsung bercerita tanpa banyak aku bertanya. Namun yang pasti aku tahu, diamnya Mario kerena pendiriannya yang sudah goyah.

Aku rasa, Mario itu ibarat sebuah daun yang mudah terbawa angin. Daun yang jatuh kemudian diam disuatu tempat yang membuatnya nyaman. Namun karena terbawa angin, maka akan berpindah pula tempat kenyamanannya.

Atau mungkin lebih tepatnya, pendiriannya tidak kuat.

Dan tolong sampaikan pada Mario apa ia sudah menyesal mengikatku dalam hubungan pernikahan kami?

Sampai saat ini aku masih bertahan, diamnya tidak akan kuganggu sampai ia mau langsung bercerita. Walau hatiku menjerit ingin sekali dia banyak berbicara padaku.

**

Pagi ini seperti hari-hari biasanya aku menyiapkan sarapan. Mario belum keluar dari kamar, mungkin sebentar lagi.

"Kamu kenapa?" pertanyaan yang langsung aku lontarkan saat Mario datang untuk sarapan. Melihat kantung matanya yang terlihat cekung tidak segar seperti biasanya, sepertinya semalam Mario bener-benar tidak tidur dengan nyenyak.

"Nggak apa-apa." Mario menjawab sembari tersenyum tipis. Oh ayolah, kurasa ada yang sedang dipikirkan oleh Mario. Ia tidak benar-benar tidur nyenyak semalam, terlihat dari matanya yang cekung tidak seperti biasanya, bukankah pikiran kusut bisa menyebabkan siklus tidur jadi berantakan?

"Ada apa sebenarnya, kamu nggak mau cerita sama aku?" Sekali lagi aku bertanya berharap ia mau memberikan penjelasan.

"Aku nggak apa-apa." Mau sampai kapan seperti ini? Tidakkah kamu ingin bercerita sedikit saja kapten? Membiarkan setiap pertanyaan yang aku lontarkan menggantung tanpa mendapat jawaban.

Baiklah, aku tidak akan memaksa. Walau aku kecewa. Dan jangan tanyakan soal hati, yang pasti hatiku sakit.

Rasanya semakin hari diamku karenanya tidak membuat Mario sadar. Berharap Mario tahu akan kemarahnku, tapi yang ada justru Mario semakin menjauh, komunikasi kami semakin berkurang.

"Aku berangkat ke kantor dulu ya," Mario berucap setelah menyelesaikan sarapannya.

Aku hanya mengangguk, diam tanpa ingin menjawab.

"Assalamu'alakum."

"Wa'alaikumussalam," aku menjawab salam setelah Mario benar-benar menghilang dari pandanganku.

Aku diam, tapi sejujurnya hatiku sangat rindu. Dan lihatlah saat aku diam tanpa menjawab pun Mario tetap pergi. Aku ingin tahu, apakah kalau aku semakin diam Mario akan semakin pergi?

Memikirkan itu hatiku semakin sakit. Tidak sadarkah ia bahwa dirinya tanpa sadar telah banyak menyakitiku. Tak terasa air mataku menetes.

Kapten tidak inginkah kamu banyak berbicara padaku?

Jujurlah, jikalau hadirku adalah beban katakan padaku. Jikalau kehadiranku dalam hidupmu adalah penghalang katakan juga padaku. Agar aku tidak masuk lebih dalam, dalam kehidupanmu.

Karena aku sudah terlanjur menggunakan perasaan. Berharap kapal yang sedang kita naiki berlabuh di pelabuhan yang aku ingini. Namun akankah ini menjadi kenyataan?

Nahkodaku √ ||EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang