Apa yang sebenarnya aku harapkan dari hubungan seperti ini? Ingin mendapat materi? Sungguh itu tidak sedikitpun terlintas di otakku.
Keinginanku, aku hanya ingin dicintai, aku hanya ingin disayangi, dan aku hanya ingin keberadaanku dihargai juga diakui. Seperti yang hatiku inginkan, maka itu pula yang hatiku berikan pada Mario. Aku tulus mencintai juga menyayanginya. Kuterima segala kekurangan dan kelemahannya, aku tidak banyak menuntut. Namun mengapa aku tidak mendapatkan kembali apa yang sudah aku berikan padanya.
Mario tidak adakah rasa yang kuinginkan sedikit saja darimu untukku.
Kalimat yang sering terlintas di benakku. Apa ia sudah menyesal membawaku dalam kehidupannya?
Biar kuulangi dengan jelas. Tolong sampaikan pada Mario. Apa ia sudah menyesal mengikatku dalam hubungan pernikahan kami?
Mengapa rasanya sakit sekali.
Hatiku semakin hari semakin terluka.
Jarak di antara kami semakin nyata, Mario semakin menjauh. Jauh sekali.
Aku hanya bisa meratapi, apa yang sebenarnya harus aku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini? Bertahan hatiku semakin sakit. Apakah harus pergi walau aku menyayanginya, tapi bagaimana keadaan hatiku nanti, atau justru akan menjadi awal mula kebahagiaan. Ingin rasanya aku menjerit.
Tuhan tolong beri aku petunjukMu.
**
Jarak yang semakin nyata di antara kami, membuat hati ini semakin tidak karuan.
Bahagia sementara, lalu sakit tiadak tara. Andai aku tahu dari awal, mungkin aku tidak akan mau menjalani hubungan ini.
Kapten, seandainya kamu tahu.
Selama ini aku menjaga diri, aku menjaga hati. Lalu saat rasa ini aku berikan pada seseorang, yaitu kamu yang aku anggap cinta terakhir dalam hidupku, aku merasa rasa yang aku jaga selama ini menjadi sia-sia. Atau memang kamu ini orang yang salah?
Mengapa harus seperti ini?
Mengapa aku merasa penantian lamaku menjadi sia-sia.
"Kamu kenapa?"
Setelah sekian lama, akhirnya aku berani bertanya.
"Aku nggak apa-apa."
"Sikap kamu setiap hari semakin berubah. Kamu seperti sulit untuk aku gapai. Kenapa, apa aku ada salah?" Rasanya hatiku pedih bertanya seperti ini.
"Kamu orang yang baik."
Jawaban itu membuatku tersenyum miris. Semakin pedih. Bukan jawaban itu yang aku inginkan.
"Kamu gak ada yang mau dijelasin ke aku?"
"Nggak ada." Jawaban yang terlontar tanpa berpiikir panjang. "Aku tidur duluan ya." Kemudian berlalu begitu saja dari hadapanku.
Arrrrg ...!
Mati saja kamu Mario!
Batin ini menjerit. Apa yang sebenarnya Mario inginkan?!
Tenggelamkan saja aku!
Katakan jika hadirku sudah tidak diinginkan.
Katakan jika aku adalah beban! Tak usah hiraukan lagi perasaan. Sudah, tenggelamkan saja aku dipelabuhan!**
Sudah beberapa hari berlalu, nyatanya hubungan saling diam ini tidak ada perubahan.
Perubahan dan jarak yang semakin nyata. Curiga, apa Mario memiliki wanita lain? Membayangkan itu semua rasanya aku tidak rela. Aku tidak sanggup. Kutarik kembali kata-kataku aku tidak ingin ditinggalkan, aku tidak ingin ditenggelamkan.
Mario ...
Bisakah kita mengulangi masa-masa awal kisah kita? Saling mencintai dan saling menyayangi. Mengapa kamu jadi berubah seperti ini, Mario. Kemana kamu yang dulu?
Sudah tidak adakah sedikit saja rasa sayangmu untukku? Jelaskan padaku, di mana letak kesalahanku, atau memang hatimu yang sudah semakin goyah?Mengapa kamu membuat pernikahan kita menjadi asing seperti ini. Kamu menyadari kesalahanmu, namun tidak mau bergerak untuk memperbaiki semuanya.
Atau, memang kamu sudah benar-benar menyesal telah mengenalku, membawaku dalam kehidupanmu? Lalu jika menyesal, biar kuulangi, siapa yang meyakinkanku untuk menjalani pernikahan ini? Bukankah itu kamu Mario. Lalu mengapa sekarang menjadi seperti ini? Berangan-angan tentang rencana apa saja yang akan dijalani di masa depan, namun akhirnya menjadi asing seperti ini.
Pernahkah terpikir, siapa di sini yang paling tersakiti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahkodaku √ ||End
Historia CortaCerita Pendek ⚠️Awas baper! Tentang sebuah kisah cinta yang dibiarkan terus berjalan. Tentang dua orang yang disatukan dalam ikatan pernikahan. Namun dimana rasa cinta itu? Sepertinya tidak ada, atau memang belum ada? Tentang sebuah kapal yang seda...