🔊 putar lagunya untuk sensasi membaca yang lebih ngena
Daris sudah menemukan apa yang hilang darinya.
Setidaknya itu yang November tahu.
Dua hari yang lalu, Daris mengetuk pintu kamar indekosnya tepat pukul dua pagi hanya untuk menyampaikan kabar baik: bahwa "bagian" yang hilang itu telah kembali lengkap.
Seseorang telah melengkapi kekosongan Daris, seseorang yang bukan November.
"Udah mau masuk bulan Desember,"
November membalik kalender meja yang penuh dengan coretan tinta merah penanda acara.Perempuan itu cukup sibuk mengurus project untuk program beasiswanya tahun depan.
"Tiga hari lagi November selesai,"
November meraih kotak seukuran novel Harper Lee yang diletakkan tepat di samping kalender.
Foto-foto polaroid yang diambil dua tahun terakhir ada di sana, berserakan dengan rol-rol film yang belum sempat dicuci.
November tidak begitu menyukai objek manusia dalam foto, hampir semua potret yang dia ambil adalah pemandangan atau barang-barang pribadi favoritnya.
November berhenti saat menemukan lembar polaroid dengan ujung atas yang sedikit terlipat.
Daris di sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Daris menjadi satu-satunya manusia yang pernah dia abadikan dalam kamera.
"Jelek,"
November menyentil kepala Daris yang ada di foto, membayangkan seandainya dia dapat benar-benar melakukannya kepada laki-laki sialan itu.
"Kamu lagi apa? Jangan kecapekan, nanti dada kamu sesek, dasar bengek!"
Tiba-tiba November merasa khawatir. Seminggu ini Daris ditugaskan untuk menjadi asisten Dosen yang tengah menyusun jurnal ekspedisi hutan di Sulawesi.
November tahu Daris tidak setangguh itu, asma nya sering kambuh saat kelelahan.
"Daris?"
November sangat jarang memanggil Daris dengan benar, dia lebih memilih memanggil laki-laki hokkien itu dengan singkatan nama lengkapnya; 'Daris Omkara Yohan'-Doy.
"Daris,"
Tentu tidak ada jawaban, Daris sudah pergi ke tempat yang ratusan kilometer jaraknya dari Jogja.
"Daris,"
November hanya berusaha memastikan bahwa 'Daris-nya' masih lekat di ingatan. Daris si mulut besar, teman pertamanya saat ospek.
"Daris brengsek,"
Foto plaroid di genggamannya menjadi sedikit kusut. November terlalu erat mengepalkan tangannya sehingga tidak sadar membuat lembar itu lecek.
"Dasar nggak peka!"
November menumpahkan segala kekesalannya pada potret Daris yang hanya geming. Diam-diam dia menangis.
Daris tidak akan pernah tahu.
//
17:30
Alarm meja itu berbunyi lemah-teredam oleh tumpukan kaos diatasnya.
Daris mengerjap tiga kali sebelum menyadari bahwa dia tidak sedang berada di kamar apartemennya.
Sayup-sayup terdengar suara azan dari toa surau yang sepertinya sudah mulai rusak termakan usia di luar sana.
"Dar, tadi pacar lo WA gue, nanya keadaan lo," seorang laki-laki bertubuh kekar lengkap dengan kaos yang melekat badan masuk ke kamar Daris tanpa permisi dan bersandar pada bingkai pintu.
"Makasih Cas, nanti akan gue kabarin secepatnya,"
Daris turun dari kasurnya, berniat menutup gorden jendela, namun langit tidak mengizinkan.
"Indah,"
Langkah kaki di belakang Daris menginterupsinya dari kegiatan memandangi langit merah muda dan arakan burung yang sedang dalam perjalanan pulang.
"Sama aja kayak di Jogja," sahut suara di belakang Daris
"Lucas anak Pak Burhan mana paham hal-hal beginian," ejek Daris, "lo tahu Cas, langit punya kemampuan untuk membawa kenangan balik,"
Lelaki kekar bernama Lucas itu tertawa samber.
"Dar, sumpah lo melankolis banget, nggak cocok sama mulut bacot lo!"
Daun telinga daris memerah, pertanda bahwa ia mulai kesal.
"Kalau gitu, langit ini mengingatkan lo sama apa? Atau siapa?" tanya Lucas begitu sadar bahwa lawan bicaranya tidak berkenan.
Daris terdiam sejenak, memberi kesempatan untuk otaknya mengeluarkan jawaban atas pertanyaan Lucas.
"Cas, ini tanggal berapa?" tanya Daris tiba-tiba.
Lucas yang juga tidak ingat, mengeluarkan ponsel dari saku, melihat tanggal yang tertera pada layar.
"30 November Dar,"
Daris mengalihkan pandangan dari langit yang mulai menggelap. Dibawah sana lampu jalanan dan lampu emperan toko mulai dinyalakan, namun Daris tak lagi minat untuk melihatnya.
"Tanggal 30 November?" ulang Daris.
"Iya,"
Daris segera mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja kerja, bersama data-data yang semalaman dia olah dari hasil penelitian tiga hari kemarin.
"Shit! Hampir lupa!" umpat Daris.
//
To: November tralala
Happy birthday woy, maaf gue kelupaan! Secara gue orang sibuk, sorry banget!
Ehmm, You're not one year older, you're one year better!
Be happy bangsat!
Ini hadiahnya:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini foto gue sesaat setelah berhasil menangkap anoa hutan.