Panas terik menyengat kulit. Hari ini Surabaya benar2 panas. Jalanan tak pernah lenggang dari kendaraan. Klakson mobil dan motor tak hentinya bersautan di jalanan menambah kebisingan yang memperkeruh hari ini. dan diantara motor yang terjebak macet itu ada Nazifa, gadis cantik berkerudung biru itu sudah terlambat datang ke kelasnya. Ia lupa kalo ada jam kelasnya diajukan menjadi jam sepuluh. Ia baru sadar ketika Riza berkali-kali menelponnya, ia terlarut dalam buku yang tengah ia baca tadi.
Iya itulah Nazifa Nauri Krasiva. Yang akrab dipanggil Zifa. Gadis cantik penyuka buku. Ia benar2 akan lupa waktu jika sudah tenggelam dalam buku-bukunya. Untuk itu ia memliki sahabat yang setia mengingatkannya siapa lagi kalo bukan Nuriza Fradella sahabatnya sejak SMA. Untungnya sahabatnya itu satu kampus dengannya walau memang tak satu jurusan tapi ada beberapa mata kuliah sama yang membuat mereka beberapa kali satu kelas seperti sekarang.
"kamuuu dimana ziiiiiiif" teriak Riza diseberang telepon.
"ish salam dulu napa. Udah marah-marah aja. Dirumah ini. Kenapa sih za?" Tanya Nazifa dengan polosnya
"kanapa2 ini udah jam sepuluh kurang sepuluh menit dan kamu belum ada dikampus. Mau gak lulus. Kamu lupa jamnya pak Bima diajuin jadi jam sepuluh. Cepetan berangkaaaaat" omel Riza tanpa jeda
"astaghfirullah aku lupa za. Aku berangkat2. Assalamualaikum" putus Nazifa sebelum mendengar jawaban salam dari Riza.
Setelah itu Nazifa langsung mengganti bajunya dan segera meraih tas serta kunci motornya. Dan disinilah ia sejak 10 menit yang lalu masih terjebak macet.
Setelah keluar dari kemacetan Nazifa langsung melajukan motornya dengan kecepatan maksimal. Ia ingin cepat sampai kekampus agar keterlambatannya masih bisa ditolerensi Dosennya. Tanpa disadari bukunya terjatuh dari tas rangsel yang tidak tertutup dengan rapat. Buku itu terjatuh didepan pria yang sedang duduk didepan indimarket yang sedang minum air dari botolnya.
"Hey mbak bukunya jatuh. Mbak ... mbak...." Teriak pria itu dengan keras sambil memungut buku milik Nazifa.
Karena si pemilik sudah hilang dipersimpangan jalan. Pria itu hanya bisa menatap buku Analitik yang terjatuh tadi.
"Anak Kimia" gumam pria itu. ia membuka sampul buku itu dan tertera sebuah nama dan tangal disana. Ia pun membawa buku itu dan masuk kedalam mobilnya. Melajukan mobilnya meninggalkan pelataran supermatket itu.
********
Sedangkan Nazifa sudah berlari menuju kelasnya ia sudah terlambat 20 menit. Harap-harap pak Bima baik hari ini dan memaafkannya. Sampai didepan kelas Nazifa segera mengetok pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum maaf pak saya telat" menundukkan kepala tak berani menatap pak bima
"karena saya juga telat saya maafkan kamu. Duduk dan buka buku analitik kuantitaf hal 56 dan baca dengan keras" perintah pak bima. Nazifa cepat-cepat duduk dan mencari-cari bukunya.
Mampus gak ada-pekik Nazifa tertahan
"Cepat!!. Gk bawa buku juga. Kamu niat masuk kelas saja gk. Keluar! Saya gk suka mahasiswa yang gk bawa buku dikelas saya. Disini siapa lagi yang gak bawa buku keluar!" bentak pak bima yang mukanya sudah merah padam.
Nazifa hanya bisa tertunduk pasrah dan keluar dari kelas. Ia benar2 sial hari ini. Nazifa pun berlalu menuju masjid kampus. Ia akan menunggu kelas berikutnya disana.
Dua jam berlalu. Nazifa menghabiskan waktunya dengan membaca buku kuliah setelah sholat tahiyatul masjid dan membaca beberapa ayat Al-Quran.
"Zif" tepuk Riza pada pundah Nazifa yang tengah membaca bukunya. Ia pun terlonjak kaget dengan apa yang dilakukan Riza.
"Ashtaghfirullah salam napa" protes Nazifa menutup bukunya dengan kasar dan memasukkannya dalam tas
"heheheh ya maaf, habis kamu kalo lagi baca buku. Dunia ini kayak hilang. Pendengaran kamu kayak buntu dah. Oh ya kamu tadi kenapa sampai lupa kalo ada kelas pak bima. Udah gak bawa buku lagi"
"yah seperti yang kamu bilang aku lagi baca buku. Dan lupa semua deh. untuk buku aku juga heran perasaan semalem udah aku masukin dalam tas, tapi gak ada"
"lupa kali kamu masukinnya, yaudah ayo wudhu mau adzan tuh". Riza beranjak lebih dahulu dan diikuti Nazifa dari belakang.
Setelah mereka sholat dhuhur berjamaah di masjid kampus, mereka seger berjalan untuk memekai sepatu karena ada kelas jam 1 nanti.
"eh zif tau gak yang jadi imam tadi siapa?" Riza berbicara dengan semangat. Yang hanya mendapat gelengan kepala Nazifa. Mereka sedang memakai sepatu didepan masjid.
"Dosen Ridwan zif, Haduh suaranya bener2 melelehkan jiwa seperti namanya. Udah tinggi, putih ganteng, suaranya merdu, masih muda lagi. Pokok suamiable deh" ucap Riza dengan mata berbinar. Dia memang mengagumi dosen muda itu
"kamu Riz ada-ada saja"
"ih dibilang kok. Eh itu2 pak Ridwannya zif. Haduhhh ganteng benget" Riza menepuk2 bahu Nazifa agar mendongak menatap Dosen muda mereka yang berjalan tak jauh menuju gedung fakultas.
"ih kamu Riz. Sudah ayo". Nazifa sering kesal sendiri jika Riza sudah membicarakan lawan jenis apalagi dosen muda itu. ia akan nyerocos panjang lebar.
"gk asik banget kamu Zif. Haduhh ganteng banget. Kira2 sudah nikah belum ya. Ih mau deh kali diajak nikah sama dosen ganteng gitu" oceh Riza yang sama sekali tak ditanggapi Nazifa. Nazifa melangkah meninggal Riza yang masih saja menatap dosenya itu.
"eh Zif tunggu. Elah di tinggal" setelah sadar,Riza pun berlari mengejar Nazifa yang sudah berjalan meninggalkannya.
********
Jam menunjukkan pukul 8 saat Nazifa berhenti menepi dan berteduh didepan indimarket., Ia baru saja pulang dari kampus. Dan Bundanya tadi nitip martabak didekat kampus namun baru beberapa meter meninggalkan penjual martabak Hujan tiba2 saja turun dengan deras, sejak maghrib tadi langit memang sudah mendung Dan sekarang sudah 15 menit sejak Nazifa terjebak disini.
"Haaduh gimana mau pulang ini" desah Nazifa. Ia gk mungkin nerobos hujan memang gak begitu deras sih tapi ia jamin sampe rumah sudah basah kuyup. Hpnya juga tiba2 mati, ia memang sering lupa mengechange baterai hpnya.
Nazifa mulai gelisah. Pasti bundanya sudah khawatir. Sampai sebuah payung tiba2 menghadang langkahnya yang berniat untuk menerobos hujan menuju motornya. Ditatapnya payung dan pemiliknya bergantian.
"kam bisa pake motor sambil bawa payung kan?" tanya pria tinggi disampingnya. Nazifa hanya diam mengalihkan pandangannya kembali kedepan tanpa berniat menjawab pertanyaan pria itu. ia hanya cemas karna ia tak terbiasa berbicara dengan orang asing. Apalagi laki2 dewasa seperti pria itu. wajahnya memang tidak seperti orang jahat tapi ia tetap harus waspada.
"hey" tepukan dibahu Nazifa membuat ia kaget dan menjauhkan tubuhnya dari pria itu.
"eh maaf aku hanya menawarkan payung saja. Ini kamu bisa bawa payungnya" pria itu meletakkan payung di kursi depan indimarket. Dan melangkah menerobos hujan berlari ke mobilnya.
"eh tapi ...." Nazifa berteriak pada pria tadi. tak ada sahutan karna pria itu sudah masuk kedalam mobil dan menjalankannya keluar parkiran.
Nazifa hanya bisa menatap mobil itu hilang dipersimpangan dan payung yang sudah ada ditangannya.ia sedikit merasa bersalah pada pria itu. seharusnya ia menolaknya, tapi ketakutannya ketika ditepuk pria itu lebih menguasainya.
~ BACA AL-QURAN JANGAN LUPA ~
Selamat membaca tulisan pertama ku, semoga mampu menarik perhatian kalian dan mampu tembus 1000K vote, hahhahah gak papa kan harapan ku tinggi.
jika kalian suka dengan ceritanya aku akan lanjutkan. terima kasih telah mampir ke Kedai ini semua pelayanan kami menyenangkan.
Salam Coretan Muf