Bab 8

123 4 0
                                    

Kembali lagi dengan cerita ku semoga tetep mau nunggu ya. Kalo gak juga gpp kok hehehhe, aku tau nunggu itu gak enak. Apalagi yang ditunggu gak pasti lagi, buang-buang waktu kan

Jadi para pembaca cerita ku. Aku bener-bener minta maaf kalau nanti aku laaamaaaaa bangeeeeet updatenya.

Selamat Membaca :)


"Rafa?"

Ucap Zifa menatap cowok yang berdiri tak jauh dari mereka. Namun cowok itu mengerut bingung "kita pernah kenal?"

"ini tehnya Rasya diminum dulu" mereka sudah duduk diteras panti. Sebelumnya cowok itu sudah memperkenalkan dirinya dan menjelaskan bagaimana dia tadi bertemu dita yang terserempet mobil dijalan.

"hhhmmm"

"sekali lagi terima kasih sudah menolong dita"

"aku harus kembali" ucap Rasya setelah menengguk setelah gelas teh dari Zifa. "baik terima kasih banyak rasya"

Setelah kepegian Rasya, Nazifa masih memikirkan kemiripan wajah rasya dengan Rafa, sebenarnya ia tadi ingin menanyakannya. Tapi sikap cowok tadi sangat dingin dan kaku membuatnya urung untuk bertanya sangat berbeda dengan rafa yang sangat ramah.

"Zifa bukankah tadi rafa?" Riza berjalan kearahnya dengan heran. "tapi kok dia kayak gak kenal aku gitu pas aku sapa" tambah Riza.

"Dia bukan Rafa tapi Rasya" jawab Zifa. "tapi wajanya sangat mirip dengan Rafa"

"nah aku juga merasa begitu Riz, tapi dia tadi mengatakan tidak mengenal Rafa"

"apakah mungkin mereka kembar yang tidak saling kenal" ucap Riza mencoba berspekulasi.

"kamu ada-ada saja. Kaya senitron aja". "ih kamu kurang update deh zif. Ada anak kembar yang baru ketemu setelah 16 tahun terpisah dari sosmed lagi" tutur Riza

"udahlah jangan dibahas lagi. oh iya kamu kesini ada apa?" Zifa menghentikan pembahasan lawan jenis tadi. tak baik membicarakan orang dibelakangnya, apalagi bukan kebaikan yang dibahas.

"ah iya aku kesini mau ngapain ya, jadi lupa heheheh" Riza menggaruk belakang lehernya yang tertutup hijab yang tak gatal. Ia jadi lupa alasan dia datang menemui Zifa.

"lah kamu, yaudah aku ambilin minum dulu" Zifa lalu berlalu menuju dalam rumah.

****************

"tok tokk assalamualaikum" salam Zifa mengetuk pintu ruangan zhaffar. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Mungkin dosennya ini tak memiliki kelas pagi. Batin Zifa

Namun sebelum ia membalikkan tubuhnya untuk kembali suara deheman seseorang mengagetkannya "khem".

"eh maaf pak. Ini saya mau mengumpulkan tugas" ucap Zifa menunduk sambil menyerahkan lembaran tugasnya.

"baik saya terima. Terima kasih" menerima tugas Zifa. "kalau begitu saya permisi pak assalamualaikum" . "maaf" cegah Zhaffar sebelum Zifa berbalik. "iya pak"

"apa anda kehilangan buku?" pertanyaan Zhaffar membuat Zifa mengernyit bingung buku apa yang dimaksud dosennya ini. namun belum sempat Zifa bertanya Zhaffar sudah mendahuluinya. "ah lupakan. Terima kasih atas tugasnya assalamualaikum" melewati tubuh Zifa dan segera masuk kedalam ruangannya.

Tak mau memikirkan pertanyaan Dosennya tadi, Zifa segera berjalan menuju kelasnya pagi ini.

Sedangkan orang yang didalam ruanganitu sedang berusaha menahan detak jantungnya yang tiba-tiba berdenyut cepat. Zhaffar berusaha menahan bibirnya untuk tersenyum, hanya melewat tubuh gadis itu dia bisa merasakan wangi yang menyeruak masuk kedalam indra penciumannya.

Menyadari pikirannya yang lari kemana-mana Zhaffar langsung cepat-cepat beristighfar. Menghambuskan nafasnya kasar dan secepatnya menghilangkan pikiran-pikiran tentang gadis tadi. namun hanya bertemu saja bisa membuat pagi nya ini berubah cerah. Padahal sepanjang jalan kekampus ia menggerutu dengan macet yang menjebaknya.

"hei bro" Ridwan membuka pintu ruangan Zhaffar tiba-tiba.

"astaghfirullah. Salam dulu napa. Masuk-masuk tanpa salam tanpa ketok pintu dulu. Gimana kalo gue jantungan, mau tanggung jawab lo" cerocos Zhaffar menggusap dadanya.

"heheheh assalamualaikum. Lagian lo senyum-senyum sendiri gitu pas gue lewat ruangan lo" ucap Ridwan yang langsung duduk didepan meja kerja Zhaffar

"waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh. Mana ad ague senyum-senyum sendiri" Zhaffar kembali menatap laptopnya.

"yaelah gak perlu ngelak deh lo. Lo lagi jatuh cinta ya, cerita-cerita sama gue cewek mana sih heh" ucap Ridwan menaik turun kan alisnya menggoda Zhaffar.

"apaan sih lo. Gue banyak kerjaan" mengalihkan pembicaraan

"kerjaan apaan dosen baru juga. Eh enak juga ya lo masuk kampus udah dapet ruangan pribadi. Lengkap lagi" Ridwan beranjak menuju sofa panjang yang memang ada dalam ruangan Zhaffar merebahkan tubuhnya disana.

"gue sebenernya juga gak mau, gak enak sama dosen-dosen lama. Ya tapi bokap maksa nempatin ruangannya yang sudah jarang digunakan." Jelas Zhaffar. Berjalan menuju pantri kecil untuk membuat kopi menawarkannya juga pada Ridwan yang diiyakan ridwan.

"gak ada kelas lo" mendudukkan dirinya di single sofa setelah menaruh secangkir kopi diatas meja.

"ntar siang. Eh iya kenapa lo tiba-tiba ngelamar kerjaan disini?"

"Enggak kenapa-kenapa. Pengen aja ngamalin ilmu"

"lagak lo. Trus senyum-senyum sendiri kenapa tadi, jangan kira gue lupa setelah lo ngalihin pembicaraan ya" Ridwan mengubah posisi duduknya lalu menyeruput kopi dari Zhaffar.

"huh lo ya..." Zhaffar menghembuskan nafasnya kasar. Ridwan memang sahabatnya dari lama jadi tak heran jika dia tahu sifat-sifatnya.

"udah cerita aja. Kayak gak kenal gue aja lo. Rahasia lo aman hahhahhaha" tawanya sambil menepuk pundak Zhaffar

"lo pernah ketemu. Pas kita diwarung" Dahi ridwan sampai berkerut berusaha mengingatnya. Hanya berselang beberapa menit wajah ridwan berubah menjadi cerah

"yang lo tolongin pas ada cewek gak jelas yang marah-marah habis numpahin bakso ke gamisnya itu?" pertanyaan Ridwan hanya dijawab anggukan oleh Zhaffar.

"weh gila lo bro, gak terlalu muda itu. baru semester 3 kayaknya dia" ucap ridwan sambil mengelus-elus bulu jengotnya yang tipis-tipis seolah menimbang-nimbang.

"bukan kah cinta tak pandang usia aaaeee hahahahha" perkataan Zhaffar itu tak ayal membuat ridwan juga ikut tertawa terbahak-bahak.

"bisa aja maaassss" mereka berdua tak bisa menghentikan tawanya hingga sebuah ketukan mengintrupsi mereka.

"Silahkan masuk" ucap Zhaffar. Seorang gadis cantik masuk membuat kedua pria itu membeku menatapnya. Suasana jadi terasa canggung sejak gadis berambut sebahu itu masuk. Kedua pria itu menghembuskan nafasnya kasar bergantian.

"aku gak menyangka akan ketemu kamu juga wan" gadis itu memulai pembicaraan.

"kenapa kamu kembali, sarah?" Ridwan bertanya sinis tanpa menatap lawan bicaranya.

Jangan jadikan bacaan utama

Sudahkah membaca Al-Quran hari ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang