Bab 3

127 2 0
                                    


Malam begitu dingin, tapi tak membuat keinginan Riza untuk makan Sate Madura saat ini. ia langsung menuju rumah Nazifa dan mengajaknya mencari warung sate. Masa boda jika Nazifa gak lagi sibuk atau mager keluar. Ia harus memaksa sahabatnya itu menemaninya makan sate. Ia bener2 pengen malam ini.

Disinilah mereka. Depan warung yang menyediakan sate, bakso, soto jadi satu tenda yang mereka temuai dipinggir jalan. Tak banyak orang yang makan disana mungkin karna jam makan malam yang sudah lewat. Ya sekarang sudah pukul 9 malam. Dan Nazifa merasa kesal karena diculik sahabatnya malam-malam begini. Sejak maghrib tadi ia benar2 malas melakukan apapun hingga sejak tadi hanya tiduran dikamar dan membaca buku.

"Bruk"

Tiba2 ada dua remaja yang menabrak Nazifa. Membuat semangkok bakso yang dibawa satu diantara mereka jatuh dan sedikit mengenai jilbab panjang Nazifa.

"HEY. hati2 dong, kalo jalan pake mata!!lihat baju gue jadi kotor, pokoknya gue gak ma tau lo harus ganti rugi kemeja gua dan bakso yang lo jatuhin" marah cewek itu

"heh Jeni yang harusnya marah itu Zifa. Kamu yang nabrak kenapa Zifa yang harus ganti rugi" sentak Riza gak kalah keras. Membuat semua pengunjung warung itu memusatkan perhatinnya kepada mereka. Remaja itu Jeni dan pacarnya teman kampus Riza dan Nazifa. Dia memang gak pernah suka dengan Nazifa.

"Sudah Riz aku gak papa" Nazifa berusaha menenangkan sahabatnya. Ia sebenarnya tidak papa, walau memang ia tak salah. Tapi lebih malu jadi tontonan yang lain.

"orang jelas2 lo yang baru dateng langsung nabrak gua. Pokoknya ganti rugi. Temen Cupu lho ini harus ganti rugi" Jeni menunjuk2 Nazifa yang masih tertunduk.

"iya2 Jen, a.. aku akan ganti Rugi baju dan bakso kamu. Aku minta maaf ya" Nazifa akhirnya berbicara. Ia tak mau memperpanjang masalah ini.

"Zif, seharusnya kamu gak perlu minta maaf. Orang dia yang salah kok" Riza masih tetap ngotot membela Nazifa.

"Maaf Ada apa ini?" suara berat seorang pria menginterupsi mereka. Suara itu sebenarnya tak asing dipendengaran Nazifa tapi ia benar2 malu hanya untuk mengangkat kepalanya.

"itu mas mereka yang salah tapi gak mau ganti rugi" saut Jeni. Melihat pria didepannya sangat tampan membuat ia langsung memindahkan tubuhnya kesamping pria itu dan memeluk lengan nya manja. Riza mencibir Jeni melihat keluannya.

Pria itu melepaskan pelukan Jeni terlebih dahulu sebelum bicara. "tapi maaf. Yang saya lihat kamu yang salah. Kan jilbab gadis ini lebih kotor daripada kemeja kamu. Jadi seharusnya kamu yang harus ganti rugi".

Perkataan Pria itu membuat Jeni marah dan keluar warung dengan menghentak-hentakkan kakinya diikuti temannya tadi.

"kamu gak papa" Pria itu balik bertanya pada Nazifa dan Riza yang sejak kedatangannya memilih diam. Riza hanya balas tersenyum menatap Pria itu sedangkan Nazifa sejak tadi tetap memilih tertnduk tanpa melihat pria yang menolong mereka.

Pria itu melepas kemejanya yang tadi hanya untuk melapisi kaos pendeknya. Mengulurkan kepada Nazifa. Karena dilihatnya mereka tidak membawa jaket untuk menutupi noda dijilbab Nazifa.

"Kamu bisa pake kemeja ini untuk menutupi noda itu"

Nazifa hanya diam melihat kemeja itu dan berbisik pada Riza. "Bisa kita pergi dari sini Riz" pinta Nazifa menatap Riza. Dijawab dengan anggukan Riza.

"makasih untuk bantuannya mas. Kami permisi dulu" Riza menjawabnya. Menggandeng Nazifa keluar warung.

**********

Beberapa saat yang lalu. Zhaffar berjalan memasuki sebuah warung. Ia ingin menghangatkan tubuhnya dengan semangkok bakso. Malam benar2 dingin menurutnya.

"Zhaffar"ketika ia ingin mencari duduk setelah mendapat pesanannya seseorang memanggilnya.

"Ridwan" Zhaffar menghampirinya. Dia Ridwan teman semasa kuliah Zhaffar.

"hey bro sekilas gue gak ngenalin lo. Makin cakep aja lo" mereka bersalaman ala cowok. Zhaffar sudah duduk didepan Ridwan.

"lo juga. Seinget gue lo dulu pendek item, sekarang udah tinggi putih lagi. Makan apaan lo" ejek Zhaffar

"hahhahah makan batu gamping gue, bisa aja lo" mereka pun larut dalam perbincangan masa lalu sambil sesekali menyuapka makanan masing-masing.

"eh sekarang lo lagi ngapain?" Tanya Ridwan

"Oh sekarang gue buka kedai es cream ama coklat di jalan XX"

"eh bentar yang Korean Drama itu?" Tanya Ridwan memastikan.

"yoi. Emang lagi rame2nya sih. Udah pernah kesana pasti kalo udah tau. Lo sendiri sekarang dimana?"

"hahhahah belom. Unik aja namanya. Sering lewat aja disana. Sekarang gue ngajar di universitas A"

"uh Dosen. Enak gak jadi dosen, gue lagi ditawarin jadi dosen sama bokap di sana"

"sama aja ada enak gak enaknya lah. Tapi mahasiswa disana cakep2 bro. mereka kayaknya juga mahasiswa dikampus itu deh. Sekilas kayaknya gue pernah lihat mereka difakultas" ucap Ridwan sambil menunjuk 2 orang gadis yang baru masuk ke dalam warung dengan dagunya. Memang tempat duduk Ridwan menghadap ke arah jalan.

Zhaffar pun mengikuti arah pandang Ridwan. Disana dia melihat gadis yang beberapa hari ini mengusik pikirannya.

"mereka beneran mahasiswa lo bro?" Zhaffar memastikan. Tapi pandangan matanya tak beralih. Terus mengamati langkah mereka. "iya se..... eh mau kemana bro" belum sampai Ridwan menyelesaikan kalimatnya. Ia bingung saat Zhaffar sudah berdiri dan menghampiri mahasiswi itu.

"mau ngapain tuh orang" batin Ridwan bingung. Ia hanya mengamati apa yang terjadi tak jauh darinya.

"Maaf Ada apa ini?" Zhaffar mulai berbicara saat sudah didekat mereka. Ia melihat mereka bergantian. Dan berhenti sejenak saat melihat noda di jilbab kuning gadis itu

Sedangkan gadis yang menumpahkan Baksonya sudah menempel pada lengannya. Ia merasa risih pada perlakuan gadis itu yang belum kenal aja sudah nempel-nempel kepadanya. Ia lalu menyingkirkan pelukan gadis itu dan bicara lagi "tapi maaf. Yang saya lihat kamu yang salah. Kan jilbab gadis ini lebih kotor daripada kemeja kamu. Jadi seharusnya kamu yang harus ganti rugi". Karena memang yang dilihatnya kemeja gadis itu hanya sedikit terkena noda dibandingkan dengan noda pada jilbab kuning itu

Ia menghiraukan gadis tadi yang pergi begitu saja. Dan beralih pada gadis pernah ditemuinya serta temannya. Ia sebenarnya ingin menyapanya, tapi dilihatnya gadi itu tak menatapnya sama sekali dan hanya menunduk. Mungkin menahan malu ata kejadian tadi, pikir Zhffar.lalu ia melepaskan kemeja yang dikenakannya, karna melihat mereka tidak ada yang memakai jaket, mereka akan malu jika tetap memakai jilbab kotor itu.

'Kamu bisa pake kemeja ini untuk menutupi noda itu" Zhaffar menyodorkan kemejanya pada gadis itu. Tak ada respin malah dia berbisik sesuatu kepada temannya. Tanpa meliriknya.

"makasih untuk bantuannya mas. Kami permisi dulu".Ia sedikit sedih karena bantuannya tidak dihiraukan. Tapi tak apa. Ia lalu tersenyum dan menggangguk pada gadis yang berkata tadi membiarkan mereka berlalu keluar tenda.

Zhaffar langsung kembali ketempatnya dengan sedikit kekecewaan. "superhero kesiangan sudah datang" ledek Ridwan ketika Zhaffar baru saja duduk. Zhaffar hanya diam dan melanjutkan makannya. Ia sebenarnya sudah tidak berselera lagi, hanya menghindari ledekan Ridwan. Ia tak mood untuk bercanda.

"eh lo kenal mereka" Ridwan kembali bertanya.

"nggak. Gue pernah ketemu salah satu dari mereka, lagi pula gk salah bantuin orang"

"emang gak salah, lo suka sama dia y muka lo keliatan banget"

"hahahahhah ngarang lo, eh lo kan dosen mereka tau gak nama mereka" Zhaffar hanya tertawa sumbang

"gak lah mahasiswa sebejibun gitu gak mungkin gue apalin semuanya, lagi pula gue ngajarnya disemester2 awal. Lha elo udah pernah ketemu dia kenapa gak tau namanya"

"yah gak sempet kenalan gue, udah ah males gue, gue pergi dulu"

"hahahha cie yang lagi galau" ejek Ridwan. Beranjak mengikuti langkah Zhaffar.

DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang