Malam itu berlalu seperti angin. Tawa Jihoon dan Woojin tidak menularkan bahagia pada dirinya, namun hanya menjadi sesuatu yang memutari kepalanya dengan berisik. Cahaya – cahaya pasar malam terlihat memusingkan dari atas kincir ria.
Kedua temannya sibuk memotret pemandangan indah. Sementara pikirannya masih tertinggal di dalam rumah.
Appaku pernah sakit hati?
Siapa yang sebenarnya menyakiti Appaku?
Kincir ria membawanya ke atas, angin menampar dan memberi dingin pada kedua pipinya.
Ong Seongwu
Seongwu Ahjussi, siapa dia?
Apa ia kenal Appa sebelumnya?
Kincir ria yang ia naiki kini tengah bergerak ke bawah. Membawa badannya kembali dekat dengan dasar. Ia merasa lega.
Mungkinkah?
Seseorang wanita membukakan pintu pengaman kincir ria yang sedari tadi ia dan teman – temannya naiki. Sudah selesai.
Jinyoung tak mengerti kenapa, namun tubuhnya seperti bergerak sendiri. Ia ingin berlari. Ia ingin pulang. Ia tak ingin angin malam menerpa wajahnya lagi. Ia ingin selimutnya yang hangat.
Ia ingin bertemu Seongwu dan meminta penjelasan yang lebih nyata.
Tanpa pamit, ia berjalan menjauhi Jihoon dan Woojin.
"Hey, Jinyoung! Kau mau kemana?"
"Aku tidak enak badan. Aku duluan ya!"
Ia kembali melangkah, menghiraukan Jihoon dan Woojin yang terus memanggilnya untuk memastikan apakah ia baik – baik saja.
===============
"Cepat sekali kau bermain." Ucap si hantu tampan yang masih membaca buku kumpulan puisinya. Ia tidak bergeming, bahkan setelah mendengar bunyi deritan pintu yang tidak pelan.
"Aku tidak bisa bersenang – senang sementara ada hal yang menggangguku."
"Mengganggu? Ah, kau masih memikirkan perkataanku soal Kyulkyung?"
Jinyoung tahu bahwa Ong Seongwu adalah sosok yang bisa menjadi sangat menyebalkan. Namun ia tak pernah mengira ia akan semenyebalkan ini.
Ia rasa si hantu sedang mengalihkan pembicaraan. Atau sedang pura – pura tak tahu.
"Tidak. Ini soal appaku."
Seongwu yang tadinya sedang fokus membaca langsung menaruh bukunya di kasur, berusaha mengarahkan pandangannya lurus ke arah Jinyoung, namun seperti tak kuasa menahan tatapannya lama – lama. Matanya terus berkelana ke dinding. "Memang appamu kenapa lagi?"
"Kau bilang ia pernah sakit hati kan? Apa yang kau ketahui tentang itu? Beri tahu aku semua."
"Jinyoung, aku tidak ingat aku –,"
"Kau jelas – jelas megatakannya tadi sore, Ahjussi. Ku mohon ceritakan semua yang kau tahu. Aku janji tidak akan menanyakan hal – hal pribadi tentangmu."
"Ku rasa kau tidak akan mengerti."
"Apa kau lupa bahwa aku sudah SMA? Aku bukan anak kecil lagi yang tidak mengerti patah hati dan cinta."
Seongwu mengusap lehernya sendiri. Ia terlihat kebingungan. Bibirnya yang bergetar menghalangi bunyi yang akan ia keluarkan. Perlahan ia mulai bersuara "Aku akan cerita sepengetahuanku saja. Karena sebenarnya, ini privasi ayahmu. Namun aku mendengar cerita ini bahkan sebelum kau diadopsi. Bisa saja aku lupa detailnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/192180052-288-k994785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[OngHwang] Our Feelings (Remain Unspoken)
FanfictionSejak kecil, Jinyoung bisa melihat, bahkan berteman dengan "mereka". Namun, saat arwah - arwah lain dapat dengan mudahnya menceritakaan kisah hidup mereka pada Jinyoung, Ong Seongwu, sosok yang telah Jinyoung anggap seperti ayah sendiri, malah memil...