empat belas (end).

273 46 7
                                    

Hello, reminder walau ini epilog, tapi detail dan background onghwang yang lebih dalam ada di lampiran - lampiran dan catatan setelah chapter ini ya. So jangan baca sampe sini aja okee, kindly check 4 laman setelah ini agar lebih dapet esensi ceritanya hehee. Thank you 💓


================


Di hari lalu, Ong Seongwu berkata diari itu terbenam dalam lantai kayu sewarna madu. Namun pada kenyataannya, kamar itu dilapisi keramik putih. Terjadi perubahan yang cukup besar pada kamar tersebut.

Jinyoung ingin menyerah.

Namun Guanlin yang nekat berkata akan memanggil seseorang yang bisa membongkar keramik itu.

Jinyoung mengucap terimakasih untuk kesekian kalinya. Meski ia tahu, terimakasih saja tidak cukup untuk hal tersebut.

Karena itu, di hari Guanlin menyerahkan buku diari Seongwu padanya, Jinyoung memutuskan untuk memberi si pemuda jangkung sebuah tanda terimakasih. Ia mentraktir Guanlin di kafe tempat pertama kali mereka makan siang bersama.

"Ini, untuk memperbaiki lantai kamarmu." Jinyoung menyodorkan beberapa puluh won pada Guanlin. Ia merasa tak enak hati karena tahu – tahu, si diari berwarna coklat yang usang itu telah ada di tangan Guanlin, tanpa dibantu olehnya sama sekali.

Guanlin menolak, namun ia tetap memaksa. Dengan itu, Guanlin akhirnya menerimanya dengan senyum.

Di sampingnya, Ong Seongwu menatapnya gundah. Ia memberi suatu isyarat, yang entah bagaimana langsung Jinyoung mengerti. Jinyoung mengangguk pelan.

"Guanlin, bolehkah kau ulurkan tanganmu?"

"Kau mau memberiku uang lagi?"

Jinyoung tertawa. Entah karena Guanlin memang lucu atau karena ia yang sudah terlalu gila hingga semua yang dikatakan Guanlin terdengar lucu. "Tidak, uhh..ada yang ingin menyapamu."

Guanlin menaikkan satu alisnya, terlihat bingung. "Siapa?"

"Ong Seongwu."

Seongwu menaruh satu telapak tangannya di atas telapak tangan Guanlin. Awalnya Guanlin tak merasakan apapun. Tetapi perubahan ekspresi pada Guanlin menyatakan bahwa ia mulai merasakan sesuatu. Aneh mungkin. "Shit, panas sekali."

Mendengarnya, Seongwu terbahak – bahak dan langsung menarik tangannya kembali. Tawanya menular pada Jinyoung.

"Hey, kenapa kau tertawa?" tanya Guanlin sambil mengibas – ngibaskan tangannya.

"Tidak apa – apa. Katanya terimakasih."

"Aku tidak mau menyinggung tuan Seongwu, tapi aku tidak akan pernah mau bersalaman lagi dengannya." Guanlin masih meniup – niup tangannya yang panas setelah terkena tangan Seongwu. "Well, tetap saja aku senang bisa membantu."

Keduanya berpamitan tak lama setelah itu.

Kini Jinyoung memiliki hal yang lebih berat yang harus ia pikirkan.

Bagaimana cara ia memberikan buku itu pada ayahnya.


===============


Jinyoung telah menyiapkan kata – kata yang harus ia ucapkan kelak. Seongwu pun membantunya. Mereka berdua sama – sama merangkainya di dalam mobil ketika perjalanan pulang.

Jinyoung tahu, dibalik hatinya yang resah, Seongwu adalah sosok yang lebih merasa resah.

18 tahun adalah waktu yang tidak singkat bagi seseorang untuk menyembunyikan perasaannya. Hari ini, semua rahasia yang telah Seongwu kurung sendirian akan dilepaskan keluar, bebas, menyeruak seperti ledakan.

[OngHwang] Our Feelings (Remain Unspoken)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang