Tengadah pada langit gelap, membiarkan hujan deras membasahi rambut hitam legamnya. Tetes tajam menampar wajah, berbaur di sekitar pipi menyamarkan air mata yang terus mengalir dari manik jernih-namun tidak lagi seperti itu, sorot lembut yang biasa terlihat mengimbangi senyum sudah hilang. Bening matanya berganti kemerahan karena terlalu lama ia menangis, seakan tidak henti tenggelam dalam lukanya sendiri. Tiap langkah kakinya pun kini terasa hanya menyusuri kelam, menentang angin yang berbisik mendesau melewatinya, jika badai datang mungkin ia justru akan menerima dengan tangan terbuka.
Membiarkan tusukan hujan dan angin kencang menerpa seluruh tubuh, perlahan ia memejamkan mata. Rasa seperti ini, cuaca yang bisa sedikit meluruhkan bebannya. Namun saat terpikir pada situasi lain-dimana cahaya matahari menari-nari jenaka, langit biru yang berbahagia, semua berbanding terbalik dengan apa yang menderanya. Tapi memang begitulah faktanya, esok pasti akan cerah-mendung dan hujan tidak akan selamanya hadir menemaninya yang berduka. Ia tidak mau menyaksikan itu, tidak dengan kilau terang yang seakan mengejeknya.
Dimana saat matanya tertutup, datang gambaran dalam benak-ketika ia menyibak-nyibak hitam pekat, tidak dibiarkannya seberkas cahaya berkelebat. Lalu tertangkap sebuah wujud dalam ilusi, muncul sesosok pria berambut senada dengannya, masih sama seperti yang terakhir kali ia lihat-masih begitu gagah dengan senyum yang membuat hatinya menghangat. Ia bisa berdiam dalam fase seperti ini demi mempertahankan bayang imajiner tersebut.
Dan mulai sekarang ia tidak ingin lagi membuka mata. Tidak ingin melihat dunia, karena dunianya hanya tersisa dalam batas pandang gelap mata terpejam.
.
.
.London, UK. June 2, 2019. 11:20 PM
Membanting tubuhnya di ranjang, Kris lalu melihat foto diri yang terpampang di dinding dengan cetakan skala besar. Bukannya narsis, tapi hanya sadar diri bahwa ia memang sexy. Ia sengaja meminta foto tersebut untuk pajangan di kamar tidur apartemennya, meskipun setiap orang juga bisa menyaksikan foto itu di majalah fashion-brand yang diusungnya adalah jeans yang cukup ternama. Posenya terbaring di sofa panjang klasik, tanpa mengenakan baju, menonjolkan jeans yang ia pakai-atau sebenarnya menonjolkan body yang terpahat sempurna.
Sebagai model profesional yang memulai karir di agensi sekelas Elite London, ia kini bukan lagi pemain baru-sudah sejak kuliah di Imperial College ia menekuni profesi ini. Bukan berarti ia menelantarkan kuliahnya yang berat, Department Mechanical Engineering bukan perkara main-main. Lalu selepas kuliah, ia justru semakin fokus pada dunia modeling. Jelas ia tidak mau menyia-nyiakan fisiknya yang sering membuat model-model Victoria's Secret bertekuk lutut tanpa syarat, atau Tyra Banks bahkan sampai sembah sujud, dan Rob Evans menghentikan kearoganannya sebagai model bertubuh kekar atletis saat mendapat saingan semacam Kris.
"Kris, dimana sabun mandimu?"
Suara yang diidentifikasi adalah jenis nada seorang pria itu membuat Kris bangkit sekaligus mengalihkan pandang dari foto, lalu menatap pintu kamar mandinya yang tertutup.
"Memangnya dimana lagi, cari saja di tempat biasa." balasnya, setengah berteriak karena bunyi gemericik shower terdengar dari dalam kamar mandi.
Dan seperti apapun wanita-wanita dari sesama model atau bahkan artis mengejar-ngejarnya, sayangnya ia tidak tertarik terhadap makhluk jenis tersebut. Orientasinya mengarah pada sejenisnya-pria yang sama rupawan dan memiliki ketampanan. Seperti sosok yang kini tengah memakai kamar mandinya itu-kemudian ia tersenyum saat pemuda yang sudah menjadi kekasih on dan off-nya selama tiga tahun belakangan ini keluar dari sana. Menggiurkan melihat tubuh setengah basah tidak tertutup apapun, menyisakan satu dua butir tetes air. Rambut rose pink yang tergerai juga sedikit basah pada ujung-ujungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/198407021-288-k704404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selene 6.23
Fanfiction[ KrisHun - COMPLETE ] Miliki makna yang sama dengan Super Moon. Kau begitu sulit ku genggam, ku raih, ku dekap. Aku hanya bisa menatapmu dalam jarak. Ingin mendekat namun tak pernah merasa sampai. Waktu seakan bergulir lambat. Jarum jam di tanganku...