Sechs

140 17 2
                                    

Mendung tampak rendah ketika Kris sampai di apartemen, Baekhyun mengikutinya di belakang dengan diam—bahkan sepanjang perjalanan, di dalam lift, dan akhirnya sudah duduk di sofa seperti ini belum ada yang berniat bicara lebih dahulu. Keduanya bermain dengan pikiran di benak masing-masing, sekalipun tampaknya mereka memikirkan hal yang saling bertentangan. Kris kemudian berdiri, lalu membawa sebotol whiskey bersamanya saat kembali duduk, meminumnya beberapa kali sambil melihat Baekhyun yang memutar-mutar penguin kristal di tangan.

"Kita sudahi saja, Kris." ucap Baekhyun, merasa waktu hening mereka beberapa saat yang lalu itu memuakkan. "Benar-benar selesai,"

"Aku bahkan kehilangan hitungan berapa kali kau meminta putus,"

"Jangan datang padaku untuk kedepannya,"

Kris meletakkan botol whiskeynya di meja, "Kenapa lagi sekarang? Aku bahkan tidak pernah tidur dengan pemuda lain kali ini. Oh, apa karena Chanyeol?"

"Tanyakan itu pada dirimu sendiri," balas Baekhyun, menggelengkan kepalanya pelan. "Kau berubah, Kris. Apa kau pikir aku tidak tahu, kau meniduriku tapi dua tahun belakangan ini kau tidak pernah menganggap aku adalah aku."

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan,"

"Aku tidak tuli, kau bahkan pernah menyebut nama 'Sehun' saat merengkuhku. Aku jadi ingat saat di Jepang menemanimu yang berduka karena kematian kakakmu, itukah yang bernama Sehun—yang sangat kau khawatirkan keadaanya, kau menyukai tunangan kakakmu sendiri?"

"Apa masalahmu, Baekhyun? Kau bahkan tidak protes saat aku membawa beberapa pemuda ke ranjangku sebelum ini, lalu kenapa dengan Sehun."

"Karena kau mencintainya, Kris!" seru Baekhyun, rasanya menyakitkan saat mengucapkan hal ini. "Aku membiarkanmu tidur dengan siapapun, lalu masih menerimamu kembali karena kau tidak pernah mengunakan hatimu pada mereka,"

Kris mencelos mendengarnya, benar jika selama ini ia memang player. Tapi hanya pada Baekhyun ia mengikatkan status sebagai pasangan, sekalipun mencari kepuasan lain—itu hanya sesaat. Untuk satu malam saja, bahkan kadang ia tidak ingat nama pemuda yang telah dibawanya ke hotel. Namun melihat Baekhyun begitu mengerti dirinya sampai sejauh ini, bahkan mengerti apa yang sedang dirasakannya. Mengetahui bahwa dirinya bukan orang yang mudah jatuh cinta, namun akan tetap menjaga cinta itu sekali menemukan sosok yang tepat untuk menaruh perasaan tersebut.

"Aku cinta kau, kau tahu itu… tapi pernahkah sekali saja kau mengatakan cinta padaku? Selama bertahun-tahun kita bersama, hanya suka yang kau katakan."

Itu benar, dan Kris tidak bisa mengatakan itu secara gamblang. Ia hanya kembali mengambil botol alkoholnya, dan menenggak isinya.

"Aku tidak akan ke sini lagi, aku kembali ke apartemenku sendiri." lanjut Baekhyun, kemudian berdiri sambil menaruh penguin kristalnya di meja. Tidak berniat membawa benda itu bersamanya.

"Tapi aku tidak ingin kehilanganmu,"

Ucapan Kris tersebut menghentikan langkah Baekhyun, betapa egoisnya pria yang bertahun-tahun bersamanya ini. Jangan pikir ia pun tidak bisa mengatakan sesuatu yang egois, sekalipun ia tahu itu tidak akan ada artinya, sekalipun seratus persen ia paham Kris tidak akan mengikuti apa keinginanya, namun ia tetap mengatakannya.

"Kau mempunyai kunci apartemenku, jika kau ingin bersamaku datanglah besok tapi jangan pernah kembali lagi ke Jepang."

Benar-benar berakhir. Kris memejamkan mata merasakan detak jarum jam yang mengganggu pendengarannya, masih bercampur dengan suara pintu tertutup yang terus terngiang. Kali ini berbeda dari perpisahannya dengan Baekhyun yang sebelum-sebelumnya, alasan yang bukan lagi mengada-ada, bukan hal sepele seperti ia bermain di belakang pemuda itu. Namun hal yang melibatkan hati tidak bisa lagi ditoleransi. Bahwa ia mencintai orang lain tidak bisa Baekhyun toleransi. Sekalipun tidak rela, tapi ia memang harus melepas Baekhyun sekarang—menahannya hanya akan menyakiti pemuda itu, ia tidak lagi bisa memberikan cinta. Dan ia akan tetap pulang ke Jepang.

Selene 6.23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang