Tokyo, Japan. June 5, 2020. 6:30 AM
Udara masih terasa dingin berbau embun. Sehun berdiri di balkon kamar tidur yang ditempatinya bersama Donghae, menikmati awal hari yang sejuk, dimana saat beranjak siang akan berganti menjadi moment paling membahagiakan dalam hidupnya. Bersandar di railing ia memandang ke arah dalam—pria yang begitu ia cintai masih terlelap dalam balutan selimut putih tebal.
Ada hari dimana ia merasa sangat beruntung, sampai rasanya ia takut untuk mengerjapkan mata kalau-kalau apa yang terjadi hanya sekedar mimpi. Tapi lengan kekar yang selalu merengkuhnya, memberikan kenyamanan padanya. Donghae lebih nyata, lebih luar bisa dari sekedar mimpi itu sendiri. Melangkah kembali ke dalam, ia duduk di sisi ranjang—jemari lentiknya menyusuri wajah tampan kekasihnya. Dan tangannya digenggam kemudian, sosok yang dipikirnya masih pulas ternyata sudah terjaga. Tubuhnya kemudian ditarik untuk berbaring di atas tubuh kekasihnya itu, sekalipun Sehun meronta namun sia-sia—lengan yang senantiasa menahan dirinya untuk tetap tinggal, ditambah tawa ringan membuatnya tidak bisa lagi berpaling.
Sehun ikut tertawa kecil kemudian.
"Masih ada beberapa jam sebelum pemberkatan di Gereja," bisik Donghae, "Aku ingin menyentuhmu sekali lagi, Sehun."
"Donghae," Sehun menggeliat, mencoba melepaskan diri. "Tapi kita harus bersiap-siap,"
Tidak mendengarkan itu, Donghae berguling berpindah posisi sambil menarik lepas ikatan piyama yang dikenakan Sehun, "Ssshh… Hanya sebentar, setelah ini aku tidak akan menggodamu lagi."
"Hm?" gumam Sehun, ia merasa ada yang janggal dalam ucapan Donghae. Namun pikiran itu segera lenyap saat sentuhan Donghae menjamah bagian yang membuatnya mengerang.
Tidak buruk memulai pagi dengan kegiatan menyenangkan yang masih dilanjutkan di kamar mandi, berendam di jacuzzi—dan tidak hanya berendam saja. Jika tidak mengingat waktu dan harus tampil sempurna di Gereja, keduanya pasti masih akan berlama-lama.
.
.
.Gerak jarum jam semakin cepat, jam sepuluh pagi dan tidak ada tanda akan terjadi hujan hari ini. Langit begitu biru, awan putih memang terlihat di kejauhan namun sama sekali bukan ancaman akan turun hujan. Cuaca yang benar-benar sempurna, seakan ikut berbahagia bersama Sehun. Sampai akhirnya ia harus mengenakan tuxedo putih yang telah disiapkan. Pemberkatan pernikahannya hanya tinggal hitungan jam—tidak akan lama lagi.
"Aku menunggumu di Gereja," ucap Donghae, sambil disempatkannya mengecup bibir Sehun sekilas.
Sehun menjawabnya dengan anggukan lembut. Mereka akan berangkat dengan mobil berbeda, beberapa keluarga dan sahabat masih berada di sini, dan sebagian lagi menunggu di Gereja. Namun ada satu yang seharusnya ada, dan Sehun tidak menemukan keberadaanya. Kenapa Kris bahkan tidak pulang, dia keluarga terdekat yang dimiliki Donghae, Kris yang ia pedulikan sebagai seorang keluarga juga. Ia percaya undangan sudah sampai di London, bahkan Donghae juga sudah menelpon berkali-kali. Tapi jika Kris ternyata memang sibuk, ia pun tidak bisa memaksakan keharusan tersebut.
Sehun mengerti kontrak-kontrak kerja Kris di sana tidak bisa ditinggalkan. Lagipula jika terpikir satu tahun yang lalu, pertama kalinya ia bertemu dengan Kris. Ia sering merasa tidak nyaman dengan cara adik Donghae tersebut dalam memandangnya. Terlalu intens seakan menelanjanginya.
Sekali lagi berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sempurna dan mengacuhkan sosok keluarga seperti Kyuhyun yang menggodanya. Ia sudah tidak sabar untuk segera berangkat menuju ke Gereja. Dan saat menuruni tangga berlapis karpet tersebut—kemudian datang Suho dengan wajah pucat pasi, seperti orang linglung yang baru bertemu dengan dewa kematian.
![](https://img.wattpad.com/cover/198407021-288-k704404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selene 6.23
Fiksi Penggemar[ KrisHun - COMPLETE ] Miliki makna yang sama dengan Super Moon. Kau begitu sulit ku genggam, ku raih, ku dekap. Aku hanya bisa menatapmu dalam jarak. Ingin mendekat namun tak pernah merasa sampai. Waktu seakan bergulir lambat. Jarum jam di tanganku...