"Kau sudah kembali rupanya, Kris."
Kris tertegun melihat sosok yang membukakan pintu untuknya, ia tidak salah alamat bukan? Katakan sudah delapan tahun berlalu sejak ia lulus High School, delapan tahun pula ia tidak pulang ke Jepang, tapi ia ingat benar kalau ini adalah rumahnya. Rumah kakaknya.
"Kris?"
Kris tidak menjawab, ia mengerjap sekali menangkap penampakan pemuda berambut hitam lurus tersebut-dengan mata senada yang jernih, wajahnya masuk dalam kategori indah menawan, lalu kemudian mengenal namanya. Siapa? Ia mengingat-ingat seluruh teman-teman atau kenalan, tapi tidak ada file dalam memori otaknya yang menyimpan data tentang sosok tersebut. Pun saat kedatangannya semalam hanya kakak dan pelayan yang ada di rumah, kemudian saat ia keluar tadi juga tidak ada seorangpun. Kakaknya bekerja tentu saja.
"Kau–" Kris masih mencari-cari jawaban, sementara untuk bertanya rasanya terlalu mudah. Akan menyenangkan jika ia bisa menebak terlebih dahulu. Mengamati dari ujung kaki, semakin naik, dan saat melihat cincin yang melingkar di jari pemuda itu akhirnya ia menemukan jawaban. "–kau Sehun?"
"Benar, kita belum pernah bertemu sebelumnya. Seharusnya aku memperkenalkan diri," lanjutnya ramah.
"Jadi kau benar-benar Sehun, tunangannya Donghae?"
Senyum manis yang disunggingkan pemuda rupawan itu membuat Kris yakin tebakannya benar, lagi pula beberapa bulan yang lalu Donghae pernah mencerikan tentang kekasih yang bernama Sehun-entah celoteh apa saja yang diutarakan lewat telpon tersebut, karena semua itu membuatnya mengantuk. Tapi ternyata wujud rupawan Sehun sangat membuatnya terjaga.
"Kenapa masih berdiri di sana," lanjut Sehun.
"Oh," seru Kris, baru menyadari kebodohannya, bahwa ia telah terpesona sampai terpaku di tempat. Seharusnya orang lainlah yang terpesona padanya, bukan terbalik seperti ini.
"Kau sudah makan, Kris? Mau aku bikinkan sesuatu?"
Mengikuti Sehun ke arah dapur, ia terseret oleh rasa penasaran. "Boleh, terserah kau saja."
"Donghae mungkin akan pulang terlambat." ucap Sehun lagi, sambil tersenyum lembut. "Kau persis seperti apa yang diceritakan Donghae dan kalian begitu mirip-meski berbeda."
"Apanya? Kalau rupaku kau bisa melihatnya di majalah dan televisi,"
Sehun tertawa kecil, "Narsis, seperti yang dikatakan Donghae juga."
Berhentilah menyebut nama Donghae! Kalimat tersebut tiba-tiba saja terngiang keras dalam benak Kris, ingin ia keluarkan, tapi nyatanya hanya ia telan mentah-mentah. Sosok ini begitu menarik minatnya, sayangnya sudah dimiliki sang kakak-jika saja bukan milik Donghae, pastinya akan ia taklukkan sosok menawan itu. Dan saat Donghae akhirnya menampakkan diri, ia semakin menelan keinginan terpendamnya atas Sehun.
"Jadi kenapa kau memintaku pulang?" tanya Kris, tidak ingin berbasa-basi. Mereka sudah berada di ruang keluarga, duduk nyaman di sofa-sofa berwarna biru gelap.
Donghae menghela napas, "Sebelumnya, aku belum mengenalkan Sehun padamu secara resmi. Dia nanti akan menjadi kakakmu juga, Kris."
"Selamat kalau begitu, haruskah aku memanggilnya kakak ipar?" ucap Kris, setengah menggoda dengan senyum yang terkembang. Ia lupakan sepenuhnya rasa tertarik yang tadi sempat muncul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selene 6.23
Fanfiction[ KrisHun - COMPLETE ] Miliki makna yang sama dengan Super Moon. Kau begitu sulit ku genggam, ku raih, ku dekap. Aku hanya bisa menatapmu dalam jarak. Ingin mendekat namun tak pernah merasa sampai. Waktu seakan bergulir lambat. Jarum jam di tanganku...