"Ini permennya Yoonie"
Akhirnya tadi Seokjin ingat untuk membelikan permen, makanan favorit tetangganya, yang sudah ia janjikan sejak dua hari yang lalu.
"Waah! Pelmen Yuni!"
Bocah itu langsung melompat dan menghampiri Seokjin dan memeluk kaki jenjang pria manis yang membawakannya permen.
Bocah itu langsung mengambilnya dan berlari lagi ke arah neneknya.
"Bilang apa, Yoongi?" ingat sang nenek.
"Macaci"
"Terimakasih, Yoongi"
"Ceyimacaci"
Sang nenek hanya tersenyum saja, memaklumi kata yang belum benar terucap oleh cucunya yang masih sangat kecil ini. Beliau membantu sang cucu membuka bungkus permennya.
"Imin uga mau pelmen?"
Disodorkannya permen lolipop yang sudah terbuka itu ke mulut kecil sosok yang lebih kecil darinya.
"Eh, Jimin tidak boleh makan permen dulu sekarang" sang nenek dengan cepat menarik ujung lolipop yang akan mengenai bibi tebal sosok kecil yang dipangkunya.
Seokjinpun menghampiri tiga orang itu dan duduk di depan mereka. Tersenyum sambil mengusap pelan pipi menggembung tetangganya yang sepertinya kesal karena aksinya dihentikan.
"Bagaimana hari ini, Seokjin?"
"Seperti biasanya, Bi"
"Pasti melelahkan ya? Kenapa Seokjin tidak menikah saja?"
Seokjin hanya tersenyum miris, kemudian menggeleng singkat.
"Mana ada yang mau denganku, Bi. Miskin dan juga sudah memiliki anak tanpa pernah menikah" jawabnya mengingat kondisinya sekarang.
"Tapi Seokjin kan masih muda, manis, apalagi anak Seokjin selucu ini. Pasti tidak ada yang bisa menolak pesona Jiminnie yang menggemaskan ini"
Seokjin kembali menggeleng, "Itu juga, Bi. Aku tidak ingin Jimin merasa tidak disayangi lagi. Aku juga tidak yakin jika pasanganku nanti mau menerima Jimin sebagai anaknya sendiri. Yah, lebih baik begini saja" balasnya.
Seokjin tak akan pernah berpikir ke arah sana lagi sejak kehadiran putera yang sangat ia sayangi ini. Baginya sekarang bukan mencari wanita dan memiliki keluarga seperti yang pernah ia katakan dulu. Ia sudah memiliki keluarga. Bayinya. Ia tak butuh apapun lagi selain membahagiakan buah hatinya ini.
Lagipula ia juga memiliki tetangga sebaik dua orang ini, juga teman seperti Byul Yi dan Hoseok yang akan selalu membantunya. Seokjin sangat bersyukur memiliki orang-orang di dekatnya seperti mereka.
"Jimin sendiri bagaimana hari ini, Bi?" tanya balik Seokjin, mengalihkan topik dari hal yang tak ingin ia bahas.
Memang Seokjin menitipkan anaknya itu pada sang tetangga ketika ia bekerja. Awalnya Seokjin tak enak hati terus menerus menitipkan bayinya, ia juga berniat untuk membawa Jimin ke daycare saja. Tapi tetangganya yang baik hati ini justru memarahinya dan tidak membiarkannya membawa Jimin pergi dari rumahnya kala itu. Menahan Jimin agar tidak dibawa ke daycare.
"Yuni main ama Imin, Paman!" sahut si bocah yang akhirnya paham akan apa yang dua orang yang lebih tua darinya itu bicarakan. Daritadi ia hanya diam karena tidak paham akan percakapan mereka dan lebih memilih menikmati permennya saja.
"Benarkah? Yoonie pintar sekali"
"Yuni acan ceyayu main ama Imin campe beca"
"Jimin pasti senang memiliki Hyung seperti Yoonie"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanted to be Dad [Namjin]
FanfictionSesuai judul :) #Namjoon #Seokjin #Namjin #BxB #M-Preg warning : bukan GS :)