"Apa maksudnya kita akan dipecat?"
Kabar pagi ini benar-benar mengejutkan bagi Seokjin. Tempat kerja yang menghidupinya dan anaknya selama ini akan berganti kepemilikan. Pembelian sebagai anak perusahaan.
Meski Seokjin tidak tahu seluk beluk tempatnya berkerja ini, tapi hidupnya tercukupi berkat tempat ini. Dan sekarang, ia terancam akan kehilangan pekerjaan ini dalam waktu dekat.
"Belum tentu, kita berdoa saja agar tidak terjadi hal demikian" sahut Byul Yi mencoba tenang.
"Lalu aku harus bagaimana kalau dipecat darisini? Pencari pekerjaan lain lagi? Atau pindah kota lagi? Akh, bagaimana dengan Jimin? Aku juga tidak bisa meninggalkan Bibi dan Yoongi di tempat itu"
Pikiran Seokjin sudah lari kemana-mana. Pekerjaan ini sudah sangat menguntungkan untuk kondisi Seokjin. Dan Seokjin yakin tidak mudah menemukan pekerjaan lain yang sesuai dengan kondisinya. Dari waktu hingga statusnya.
Mungkin dulu, saat ia masih sendiri, Seokjin akan dengan mudah mengambil keputusan untuk pindah tempat atau mencari pekerjaan lain tanpa memikirkan apapun. Ia tak punya tanggungan apapun dulu.
Namun berbeda dengan sekarang. Ia memiliki bayi yang pasti akan merepotkan jika berganti suasana. Ia memiliki tetangga yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Satu anak kecil dan satu wanita paruh baya hidup di satu atap, hanya berdua. Bagaimana Seokjin bisa meninggalkan mereka?
"Tenanglah, ini kan belum benar-benar terjadi"
"Bagaimana aku bisa tenang Byul Yi-ah? Mungkin kau bisa mencari tempat kerja lain karena kau wanita muda yang belum menikah atau memiliki anak. Aku tahu kau hanya menemaniku saja bekerja di tempat ini, apalagi kau juga memiliki kekasih yang sudah kaya raya. Kau tidak bekerja sekalipun, kehidupanmu juga akan terjamin"
Byul Yi hanya mendengar saja, tidak memasukkan ucapan Seokjin itu ke dalam hatinya karena ia tahu jika Seokjin sekarang sedang cemas. Ucapan Seokjin akan bertambah banyak dan bertambah cepat pula jika sudah begini.
"Ya sudah, lalu bagaimana?" tanggap Byul Yi.
"Aku juga berhutang bayak pada Hoseok karena telah menebus biaya Rumah Sakit saat Jimin lahir"
"Hobi juga bilang kan kalau kau tidak perlu menggantinya"
"Mana bisa, sekali hutang tetaplah hutang. Hoseok tak punya tanggung jawab apapun padaku hingga membuatnya membayar biaya Rumah Sakitku secara cuma-cuma"
Byul Yi hanya memutar bola matanya malas. Jengah juga lama-lama meski sudah menjelaskan berkali-kali pada Seokjin jika Hoseok tak mengharapkan balasan apapun.
"Hobi sudah senang hanya dengan melihat Jimin yang sekarang lebih sehat dan semakin besar. Anggaplah itu sebagai bayarannya"
"Tapi kan-"
"Oh ya, nanti Hobi akan kesini. Bagaimana kalau makan malam bersama? Hobi pasti juga merindukan bayi kesayangannya itu"
Saat Seokjin akan mengangguk setuju, kilasan balik menghantam memorinya. Ia tak boleh melupakannya lagi atau ia akan dalam masalah.
"Makan malam ya? Tapi aku sudah berjanji akan memasakkan sup ayam untuk Yoongi nanti" ujarnya dengan nada menyesalnya.
"Bagus kalau begitu, sekalian saja makan bersama Yoongi juga"
Seokjinpun berpikir sejenak sebelum memberikan anggukkan setujunya. Ide yang tidak begitu buruk sepertinya.
"Kau temani aku berbelanja ya nanti"
Byul Yi mengangguk, sebelum mengeluarkan dompetnya, menunjukkan sesuatu pada Seokjin.
"Tenang saja, ada yang traktir" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanted to be Dad [Namjin]
Fiksi PenggemarSesuai judul :) #Namjoon #Seokjin #Namjin #BxB #M-Preg warning : bukan GS :)