2. Why?

1.1K 112 29
                                    

Gun tidak tahu dari mana semua ini berawal. Ia hanya menemukan bagaimana Off semakin berubah dari hari ke hari. Ia hanya menemukan 'bagaimana' lelaki itu berubah dalam rutinitasnya sehari-hari. Seperti Off yang dulu sering bahkan hampir setiap hari menghabiskan waktu makan malam degan keluarga kecilnya, atau sekedar video call singkat dengannya saat lelaki itu sedang jam makan siang. 

Namun semuanya berubah, hal-hal kecil yang dulu manis sekarang menghilang secara berlahan.

Lelaki manis itu sempat berfikir, mungkin Off terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang pimpinan perusahaan multinasional. Bertemu dengan rekan kerja, melewati meeting demi meeting setiap harinya. Ia cukup mengerti tentang bagaimana sibuknya lelaki itu. Tapi, Off telah lama menjadi seorang boss, sudah sejak tiga tahun yang lalu. Mengapa ia baru berubah sekarang?

Lagi, Gun tidak dapat menemukan 'kenapa' rumah tangganya dengan Off menjadi dingin.

Ia tak pernah tau alasan Off pulang malam, apakah benar karena pekerjaannya yang menumpuk? Atau ada hal lainnya? Jika karena pekerjaan, Gun dapat mengerti. Paling tidak suaminya akan pulang terlambat barang sekali dua kali saja dalam seminggu. Tapi ini hampir setiap hari? Kenapa?

Pernah sekali waktu Gun bertanya pada Off. Saat itu mereka sedang menghabiskan weekend bersama-sama di halaman belakang rumah. Keduanya duduk dibawah gazebo, menatap pada Chimon yang sedang asyik berenang dengan ban bebek karetnya. Gun masih ingat dengan jelas bagaimana pembicaraan sebulan yang lalu itu berubah menjadi sebuah pertengakaran.

'Sayang?' panggil Gun pelan, memeluk lengan suaminya yang sedang fokus pada layar handphonenya.

Off terkejut pada kedatangan Gun yang tiba-tiba. Ia segera menutup layar handphonenya 'ada apa sayang? ku kira kau sedang mengajari Chimon berenang' 

Gun mengerucutkan bibirnya 'anak itu bahkan lebih memperhatikan bebek keretnya daripada aku'. 

'mirip seseorang, eh?'

'siapa?'

Pria itu mencolek ujung hidung Gun 'tentu saja dirimu'

'Aku tidak main bebek karet, Off!' Gun membela dirinya, melipat kedua tangan di depan dada, mencoba memberikan intimidasi pada pria itu yang malah dibalas dengan tawa.

Tiba-tiba handphone Off berdering, menandakan ada panggilan masuk. Pria sipit itu mengalihkan perhatiannya dari Gun dan membaca ID callernya. Gun dapat melihat, walau sekilas, Off tampak tegang dan cemas. Seperti seseorang yang sedang kedapatan bersalah.

Off segera berdiri dan pergi ke sisi lain taman belakang. Sementara Gun hanya menatapnya dari jauh. Ia bisa melihat Off yang tampak resah dan ketakutan. Sesekali lelaki itu melirik pada Gun dari ujung ekor matanya. Pria manis itu mencoba mencuri dengar apa yang dibicarakan suaminya, namun percuma karena mereka berbicara setengah berbisik.

Lima menit setelahnya Off kembali ke gazebo dan duduk dengan tenang disamping suami manisnya. Gun berusaha menahan diri untuk tidak bertanya, kerena otaknya berkata bahwa mungkin saja itu hanya telefon bisnis seperti biasa. Namun dari gelagatnya, hati Gun berteriak meminta untuk ia bertanya pada suaminya.

Dan Gun adalah manusia yang selalu lebih mengandalkan hati dibandigkan otak.

"Telefon dari siapa?" tanya Gun dengan suara yang dibuat senetral mungkin. Ia tak ingin Off merasa terintimidasi.

Suaminya menelan ludah sejenak, jakunnya naik turun "dari rekan bisnis, ada sedikit masalah pada proyek kami yang ada di Chiang Mai" jawab Off.

Pria mungil itu ingin sekali percaya pada perkataan Off, yakin bahwa itu hanyalah sebatas telefon dari rekan bisnis. Tapi sudah dikatakan, bahwa Gun adalah manusia yang lebih percaya hati dibandingkan otak. Maka, ia mengikuti hatinya untuk kembali bertanya "rekan bisnis? melefon di hari minggu seperti ini? apa sepenting itu?"

[DIVORCE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang