'Cause every time I see you, I don't wanna behave
I'm tired of being patient, so let's pick up the pace— Touch It, Ariana Grande
"Selamat datang, para peserta pengukuhan pramuka SMA Nusa Garuda." Di atas panggung aula, Arga menyapa wajah baru anggota pramuka. Hampir semuanya adalah siswa kelas sepuluh yang baru tiga bulan menginjakkan kaki di SMA Nusa Garuda. Beberapa di antaranya ada siswa kelas sebelas yang tahun kemarin belum dikukuhkan. Arga tersenyum, memperkenalkan diri sebagai ketua ekskul pramuka sekaligus ketua OSIS SMA Nusa Garuda. Riuh rendah penuh kekaguman menyembul, diiringi tepuk tangan setelahnya. "Oke, mari kita berkenalan dengan para volunteer yang berkenan hadir dan membantu selama acara pengukuhan berlangsung." Arga menoleh, mengangguk kecil pada Adrian yang melongok dari balik tirai. "Silakan." Arga mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi panitia dari kelas sebelas yang muncul satu per satu dari belakang aula.
Tepuk tangan mengiringi langkah para panitia yang berasal dari kelas sebelas. Tiga puluh sembilan orang. Dimulai dari Adrian yang menaiki aula terlebih dahulu, diikuti panitia lainnya, dan diakhiri dengan Agesa yang memasang ekspresi sedingin es dan sedatar triplek ketika terdengar jerit kagum tertahan dari para cewek yang menyaksikan kehadirannya. Sebagian tidak menyangka kalau salah satu most wanted SMA Nusa Garuda itu ikut serta menjadi panitia, sebagian lagi excited, berharap semoga Agesa menjadi pembimbing kelompok masing-masing yang sudah dibagi Arga sebelumnya. Ketika mikrofon diserahkan Shiki yang berdiri di sebelahnya, sorak kekaguman itu kian menjadi-jadi sampai membuat panitia utama harus menenangkan massa yang tiba-tiba saja menjadi agresif.
Agesa memasukkan sebelah tangan ke saku celana, dengan tangan lainnya memegang mikrofon, memperkenalkan diri. "Agesa Nadrawinata. Kelas sebelas IPA satu. Anggota basket SMA Nusa Garuda. Kesibukan saat ini tidak terhitung. Salam kenal." Agesa mengangguk, mengembalikan mikrofon di tangan pada Arga yang menghampiri. Jawaban yang membuat panitia lain tergelak geli. Pendek-pendek. Persis seperti orang sakit gigi, Arga menggoda Agesa yang menanggapi dengan senyum tipis. Bukannya ikut terkikik, para cewek justru semakin heboh. Dalam sekejap, Agesa menjadi panitia favorit dalam acara pengukuhan kali ini.
Usai menenangkan kerumunan yang kembali mengganas, Arga lantas membacakan pembagian pembimbing untuk masing-masing kelompok. Tanpa perlu ditanya, semua cewek menahan napas, menunggu sambil berdoa agar Agesa menjadi pembimbing mereka. Ketika nama Agesa dibacakan sebagai pembimbing kelompok lima, para cewek dalam regu tersebut bersorak girang, membuat cewek dari kelompok lain dengan cepat menabuh genderang perang pada cewek kelompok lima. Lagi-lagi, Arga sendiri yang turun tangan untuk menenangkan. Sementara itu yang bersangkutan hanya menyeringai geli, mengajak partner-nya untuk ikut turun dan bergabung dengan kelompok lima: Shahila.
Tadi para cewek, sekarang para cowok yang heboh menggoda Shahila, membuat cewek itu sontak malu setengah mati. Terlebih, ada saja yang kurang ajar membawa-bawa fisik di area tertentu, membuat Shahila menggigit bibir bagian bawahnya, malu sejadi-jadinya. Wajahnya memanas. Saat siulan para cowok terdengar kian riuh, Shahila merasakan sebuah tangan melingkari bahunya. Agesa. Shahila menoleh, mendapati Agesa dengan raut wajah datar mengajaknya untuk segera turun. Pelukan itu kian erat dan dekat saat Agesa menuntunnya menuruni aula, membuat para panitia menggoda mereka, berbanding terbalik dengan para cewek anggota baru pramuka yang langsung memasang ekspresi patah hati. Cowoknya, sih, santai. Oh, sudah punya orang ternyata, komentar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Unfairness [END]
Novela Juvenil[Teen Fiction] Ganteng. Sex appeal menggoda. Jago main basket. Cerdas. Empat hal yang membuat Agesa menjadi salah satu most wanted SMA Nusa Garuda. Di balik itu semua, Agesa sadar, ia berbeda dari laki-laki normal umumnya. Ia gay. Hal yang membuat d...