I've been here all day
And boy, got me walkin' side to side— Side to Side, Ariana Grande ft. Nicki Minaj
"Gimana hubungan kalian?" tanya Shiki seraya mengisap jus alpukat di dekat lengannya. Cowok itu melirik Agesa yang menyantap bakso setelah puas menghabiskan seporsi nasi goreng hangat. "Itu lapar apa doyan? Saingan sama porsi kuli." Shiki geleng-geleng.
"Dua-duanya." Agesa mengangkat wajah, menyengir lucu. Cowok itu meraih teh es di hadapannya, menyeruput langsung dari bibir gelas. "Baik. Minggu depan tim basket tanding buat meriahin NuGa Competition," kata Agesa lagi.
Shiki terdiam untuk beberapa saat, membiarkan hiruk pikuk kantin mengisi kekosongan selama jeda berlangsung. Cowok itu menghela napas. Jemarinya bergerak lincah mengetuk-ngetuk meja kantin dengan irama stabil. "Adrian sama sekali nggak nyinggung soal kejadian itu?" tanya Shiki lagi.
Gerakan Agesa menyuap bakso terhenti. Cowok dengan tone kulit cokelat terang bersih itu mengangkat wajah, balas menatap Shiki yang menunggu jawaban darinya. Agesa menghela napas, melirik keadaan sekitar. Ramai. Kantin memang tidak pernah sepi peminat. Meskipun mereka berdua memilih meja yang agak memojok jauh dari keramaian, tetap saja, topik yang dilempar Shiki rasanya sensitif. "Waktu itu dia tidur. Aku sudah cerita berulang kali, kan? Dia nggak tau soal kejadian malam itu. Oke?"
"Kenapa kamu bisa seyakin itu kalau Adrian nggak sadar waktu itu?" Shiki melipat kedua belah tangan di depan dada, bersedekap. Cowok imut itu menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Ekspresinya tampak kaku, menunjukkan kalau ia sedang serius. "Gimana kalau ternyata Adrian sadar soal kejadian malam itu?" Shiki bertanya dengan suara agak keras, membuat beberapa siswa di sekitar mereka terusik. Namun, Shiki tampak tak terpengaruh.
Agesa langsung gelagapan, meletakkan telunjuk di depan bibir, memberi isyarat agar suara Shiki jangan sampai terlalu keras dan mengundang perhatian. Cowok itu mengaduk-aduk sisa bakso di dalam mangkok tanpa minat, tiba-tiba kehilangan selera makan. "Dia nggak tau, kok." Agesa berucap lirih, menunduk, enggan balas menatap Shiki. "Kalau dia sadar, harusnya dia nggak bakal biarin aku ngelakuin itu. Bisa aja dia bangun terus hajar aku di tempat. Minimal bangun, lah."
Agesa ingat benar kejadian malam itu. Kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali, akhirnya berhasil didapat. Salah satu fantasi tentang Adrian di kepalanya berhasil terwujud. Setelah menegakkan badan dengan jantung yang masih berdegup tak karuan, sebuah tangan mendarat di bahu, mencengkeram lembut. Agesa terkesiap, hampir saja berteriak sebelum tangan lain membekap mulutnya. Agesa berontak, berusaha melepaskan bekapan itu sebelum si pelaku menunjukkan identitasnya: Shiki.
"Ini aku." Shiki berbisik di telinga Agesa. Cowok imut itu celangak-celinguk, memeriksa keadaan sekitar. Gelap. Belum ada tanda-tanda peserta jurit malam akan kemari. Diliriknya Adrian yang masih tertidur pulas dengan pipi kiri ditumpukan pada meja. Rambutnya acak-acakan, dengan bibir setengah terbuka dan agak terlihat lebih merah. Seperti bengkak. Oh, memang bengkak itu, mah! Shiki mendengkus, menatap tajam Agesa yang menoleh padanya dengan tatapan menuntut agar Shiki melepas bekapan di mulutnya. Shiki justru memelotot. "Ikut aku!" Cowok itu menarik Agesa menjauh dari posko menuju balik tembok yang tidak jauh dari posisi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Unfairness [END]
Novela Juvenil[Teen Fiction] Ganteng. Sex appeal menggoda. Jago main basket. Cerdas. Empat hal yang membuat Agesa menjadi salah satu most wanted SMA Nusa Garuda. Di balik itu semua, Agesa sadar, ia berbeda dari laki-laki normal umumnya. Ia gay. Hal yang membuat d...