Intro

12.8K 897 219
                                    

Min Yoongi sialan!

Mantra umpatan yang diseriuskan dalam hati. Cukup dalam tempat tersembunyi itu, sebab Hyunji tak ingin mengumpat seseorang yang begitu ia cintai; lebih dari apapun menggunakan bibirnya.

Udara dingin seakan membekukan tulang-tulang dengan bahak tawa. Membuat gigi-gigi bersahabat sembari timbulkan beberapa gemelatuk beradu. Tangan-tangan itu terkepal, menahan sakit juga sebagainya yang tiba-tiba terkepal seperti roti yang sering ia makan. Masalah-masalah yang tandangi hatinya semakin bahagia saja. Di semenjana malam yang terasa riuh parsial, Hyunji meneteskan kembali air mata yang memang tak beristirahat membasahi pipinya barang sejenak. Demi patung-patung yang kadang lebih beruntung sebab tak memiliki nyawa pun rasa sakit, Hyunji selintas berharap untuk menjadi benda mati semacam itu saja.

Tetapi sudah begini memang mau bagaimana? Ia terlanjur mengenal tawa dan sakit begitu lama, malam ini adalah final dari segala kecamuk rasanya. Pengkhianatan adalah yang terparah dari pada luka-luka. Dan Hyunji tidak tahu bahwa fase itu tertulis untuk ia terima. Malam ini, di samping kebahagiaan orang-orang dalam gedung-- bersama kehangatan soju dan beberapa lainnya-- Hyunji merasa sendirian di atap. Konyol dengan otak tanpa logikanya.

Min Yoongi brengsek!

Satu kali lagi, maka barangkali makian tersebut akan sampai pada hitungan ke seratus ribu. Lebih pun Hyunji tidak keberatan meski hakikatnya umpatan tidak akan mampu mengubah keadaan. Hyunji telah kehilangan, dan akan sulit menarik hatinya dari genggaman perempuan lain yang kini memiliki hak serta status lebih jelas dari pada dirinya.

Beraninya dia menikahi perempuan lain setelah kuberikan segala milikku padanya?

Sembari menyalahkan, Hyunji juga mendapati kebodohannya berdiri telanjang di sana. Toh, memang benar ia memberi suka-rela, Yoongi tidak pernah memaksanya untuk menjadi budak. Dulu ia anggap sehebat itu perasaannya, sebelum dikhianati dan Hyunji menemukan dirinya lebih dari sekadar terluka. Perasaan yang menderanya dulu adalah sebuah kesalahan sebab memang terlalu berlebihan. Seharusnya Hyunji porsikan hatinya sesuai takaran, tidak tumpah hingga meleleh merambat kemana-mana hingga ke dasar tulang.

Sekarang, ketika afeksinya menjadi luar biasa luas dibanding semesta, Hyunji tenggelam dengan perasaan yang terfriksi dengan luka-luka. Sakit sekali rasanya. Sedang Hyunji terlalu buta untuk menemukan jalan keluar dari masalahnya. Hebat sekali, bukan? Ia merasa berada dalam sebuah labirin yang ia ciptakan sendiri. Dan ia barangkali lupa membuat pintu keluar yang sesungguhnya. Sekarang sudah terjebak, Hyunji harus bagaimana sendirian begini?

Dan oh astaga, demi apapun lantai ini tinggi sekali. Hyunji takut meneruskan niatnya untuk bunuh diri.

"Tidak tidak. Kau tidak takut, Ji. Ayo kita coba--"

"Kau sedang apa?"

"Astaga!!"

Hyunji nyaris tergelincir dan Demi Tuhan ia akan terjun bebas tanpa payung dari lantai 19 jika saja ia tak segera memaksa gravitasi untuk menariknya ke arah lain. Barangkali malam ini bukan finalnya, sebab Hyunji mendarat di atas lantai beton yang keras. Gaunnya tersingkap hingga ke perut terembus angin, akan tetapi jantungnya sedang tidak baik untuk memikirkan tubuhnya yang setengah telanjang di hadapan lelaki asing.

Jimin diam saja. Tidak bergerak dari tempatnya yang berjarak 8 langkah dari pintu atap. Kembali menghisap rokoknya setelah menemukan adegan memuakkan tersiar langsung di hadapannya. Pernikahan memang bisa jadi begitu sialan, sebab Jimin mendapati beberapa perempuan terpaksa memakai gaun pendek mahalnya di tengah serbuan udara buruk hanya agar terlihat sempurna. Perempuan di sana serta barangkali.

Sebenarnya ia agak lama berdiri di sana. Berawal dari rasa heran sebab ada satu sosok perempuan menangis di antara hujanan dingin sambil gemetar ketakutan menemukan dirinya berada di ketinggian. Berkali-kali Jimin mendengar rutukan akan kematian dan juga doa-doa panjang sebelum bersiap terjun yang tentu saja berakhir gagal.

"Kenapa tidak langsung lompat saja jika memang berniat bunuh diri?" merasa bertanya bukanlah sebuah kesalahan, Jimin layangkan kalimat itu dengan santai. Membuang asap rokok lewat mulutnya sebelum menyedot kembali ujungnya dengan pandangan sulit.

Hyunji berdiri perlahan, membersihkan lengan yang kotor sembari menyembuhkan diri dari tangisan. Ada lecet pada sikunya, dan itu tidak masalah selagi Hyunji masih bisa hidup hingga sekarang. Astaga, ia bahkan mulai mengutuk diri sendiri karena sempat berpikir dangkal untuk memeluk kematian hanya karena alasan patah hati. Klise sekali hidupnya.

"Aku hanya mencari udara segar. Jangan sok tahu." Kilah yang bagus. Namun ternyata Jimin lebih cerdas dengan puntung rokok yang ia apit menggunakan jari sebelum bercumbu dengan dua labium miliknya.

"Perempuan patah hati memang suka sekali mengarang alasan bodoh. Apa setelah ini kau juga akan mengatakan bahwa dirimu sedang bertengkar dengan angin hingga berakhir menangis tersedu-sedu begitu?"

Hyunji tak menjawab, perempuan itu sibuk membersihkan sisa air mata dari pipinya. Menatap Jimin yang terus semburkan udara hangat lewat mulutnya dengan uap rokok. Tampak damai sekali jika saja Hyunji tidak melihat ada sorot luka dari dua obsidiannya.

"Apa yang sedang menikah di gedung ini adalah kekasihmu?" entah asumsi ini berkaitan atau tidak. Jimin hanya asal menebak. Dan satu anggukan yang ia lihat dari kepala Hyunji menjawab pertanyaannya begitu cepat.

Perempuan itu tampak polos sekilas, hanya ada sisi liar yang Jimin tangkap dari gelagatnya. Barangkali Jimin memang tak berbakat menebak karakter orang, tetapi rasanya aneh karena kepalanya membaca dengan cepat apa yang berusaha perempuan di sana sampaikan. Mungkin ini intuisi?

"Memangnya hatimu sehancur apa sehingga merasa tidak perlu oksigen lagi untuk sekedar berdiri? Jangan selemah itu hanya karena afeksi. Kau hanya terlalu bodoh termakan fantasi dan juga ekspektasi. Cobalah berpikir lebih jernih saat situasinya rumit begini."

Oh ya berandal itu retorikanya boleh juga.

"Kaum lelaki memang lebih suka mengedepankan otak dari pada intuisi. Itu sebabnya hati mereka selalu aman meski disakiti berulang kali. Tetap hidup dan menganggap masalah-masalah hanya angin lalu. Ah aku lupa, lelaki dasarnya hanya gemar menyakiti, bukan? Pantas saja kau bicara semudah itu padaku. Memang kau tahu seperti apa sakitnya?"

Jimin membuang rokoknya yang tak lagi dapat dinikmati sebab habis kenikmatan mendengar kalimat Hyunji. Sorotnya tegas, dan nyalang. Di semenjana udara menggigil butuh selimut, Hyunji semakin merasakan tulangnya mengeras dan membekukan tiap engselnya. Siluet Jimin masih nampak jelas meski satu lampu atap tiba-tiba mati. Lelaki itu berdiri dan keras sekali.

"Omong-omong bicaramu terlalu menganalogikan lelaki. Sekedar informasi bahwa malam ini aku juga tengah menghadiri pernikahan kekasihku yang tiba-tiba saja memberiku undangan padahal kita berencana untuk membangun rumah bersama." Jimin bicara santai. Namun Hyunji menangkap ada luka-luka di sana. Oh tunggu! Jangan katakan bahwa pengantin wanitanya--- mana mungkin?

"Kau terlihat biasa saja."

Jimin menyeringai kemudian melangkah mendekat, meneliti tiap inci tubuh Hyunji sebelum akhirnya menghunjam irisnya untuk ia kunci hanya agar menatap miliknya. "Bagaimana jika kuajak kau membaca diriku dengan baik? Mungkin kita bisa saling berbagi dan jika beruntung saling menyembuhkan hati?"

Hyunji mengerjap kehilangan kinerja otak karena kalimat itu membuatnya sama sekali terhempas jauh dari kata paham. Hyunji bodoh seketika. Tidak, mungkin Jimin lebih bodoh lagi dari Hyunji sebab mengejutkan diri sendiri serta perempuan di hadapannya dengan satu deret penawaran laknat. "Mau menikah denganku?"

Tidak ada tamparan yang dilayangkan perempuan karena merasa dilecehkan. Tidak, tidak ada. Karena dua hati yang sama patahnya tengah saling menatap satu sama lain dengan sorot tak jauh beda. Lampu-lampu atap terbahak bersama langit gelap; orang-orang kehilangan kewarasan.[]



This story is purely imagination. Not concerned with figures that I make visual supporters. Once again, this story contains sensitive adult content. Please be wise to choose reading.

Elderwrite - Vy
Purple you💜

LABIRYNTH ESCAPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang