19

3K 416 177
                                    

"Sebentar lagi tiba, Sayang."

Ada gerutu yang saling sambung di ujung sambungan. Hyuk dan Bae terdengar berdebat pelan, saling meninggikan volume suaranya ringan, hingga kemudian suara rendah Hyunji memutus segala keributan yang sebelumnya lahir dari labium-labium mini milik putra-putri mereka. Jimin membuang napas pelan, ia lantas ikut sumbangkan kekehan pada benda persegi panjang tipis dalam genggamannya.

"Papa, ini sudah jam sembilan malam. Mama sudah kelihatan lelah sekali, kenapa papa terlambat menjemput?" tanya Bae dari seberang. Terdengar seperti tak sedang diam sebab ada gangguan gemerusuk di antara suara-suara yang menyentuh gendang telinga Jimin.

Suara Hyuk menyusul dengan desibel rendah, bocah lelaki itu tampaknya bantu mencari alasan mengapa Jimin agak terlambat dari biasa, dia menjelaskan pada Bae bahwa barangkali sedang ada tambahan pekerjaan atau kemacetan jalan yang sering terjadi pada malam menjelang akhir pekan. Jimin diam saja, mendengarkan dengan seksama vokal-vokal yang saling singgung dalam telinganya. Setelah suara Hyuk direkam dengan baik, Hyunji tak ingin ketinggalan mengisi ruang kosong dalam telinga Jimin dengan vokalnya yang manis seperti biasa. Perempuan tersebut meminta anak-anak untuk menutup telepon agar ia fokus pada jalan dan mobil yang dikendarai, tak lupa untuk berpesan agar anak-anak mereka mengirimkan semangat dari jauh lewat kalimat cantik serta kecupan hangat bergantian.

"Jim, jangan tergesa-gesa, ya. Kita masih bisa bermain selagi menunggumu datang." Adalah suara terakhir milik Hyunji yang tandang pada telinga sebelum sambungan benar-benar dihentikan dengan bunyi 'klik' pelan.

Ketika semuanya berakhir, Jimin kembali dihantam gada kenangnya yang parokial. Sebuah kalimat-kalimat yang beberapa jam lalu sempat memorak-porandakan isi serebrumnya. Selama satu jam penuh, Jimin mencoba menyisihkan lebih dulu apa yang telah didengarkan tiga jam lalu. Menyimpannya dengan rapi pada laci-laci memori, menindihnya dengan kesibukan pikir yang lain. Ia melakukannya, meyakini diri bahwa ia bisa mengatasinya, bahwa semua yang didengarnya bukan hal yang dapat mengacaukan kembali perasaannya.

"Ada beberapa konteks yang tak bisa disampaikan sembarangan, akan tetapi karena Anda adalah suaminya, barangkali memang yang saya ketahui juga berhak menjadi milik Anda." Jimin meremas rambut dengan sebelah tangan, ia membuang lagi sisa udara beracunnya lewat mulut dengan sekali embus kasar. Dokter Jisung mengatakan banyak hal sehingga dirinya mulai menyempitkan dada tak terniat. Ada yang sesak, bukan perkara Min Yoongi yang dipilih sebagai satu lelaki yang Hyunji percayai untuk memegang fakta sepenting ini. Jimin sudah tidak lagi ingin mempersoalkan hal tersebut.

Namun, susunan kalimat yang menjalar masuk lewat telinga kemudian bersemayam di otak Jimin kala itu bukan hal main-main. Ia sungguh-sungguh sempat menahan napas selama beberapa waktu. "Pasien Cha Hyunji adalah pasien rujukan dari Dokter Namjun. Dia datang untuk memeriksakan dirinya terkait penyakit AIDS yang dikhawatirkan menjangkit tubuhnya."

Jimin sungguh tidak mencemaskan hal lain selain pada anak-anak serta istrinya. Memangnya dengan kausa apa sehingga Hyunji harus mendapat penyakit maut tersebut? Kalau-kalau saja Jimin lupa, bahwa memang dirinya belum pernah mendapat vonis penyakit sial apa pun selama ekspedisi hidupnya.

"Aku sungguh lebih dari sehat." Ia tahu bahwa suaranya adalah bukan protes. Namun entah berasal dari arah mana desibel keberatan dan cemas tersebut menyatu dalam satu suara yang ia keluarkan kala itu.

Dokter Jisung mengangguk sembari membenahi kacamatanya yang gagangnya membebani telinga. "Saya tahu. Sebab memang bukan Anda induk dari penyakit yang dicemaskan pasien saya." Begitu katanya, dan Jimin tak ingin membenarkan pikirannya tentang bukan dirinya induk dari penyakit yang Hyunji khawatirkan, dan itu jelas adalah pria lain. Pria yang memiliki potensi besar berhubungan intim dengan perempuan tersebut selain dirinya. Min Yoongi. Begitu pikir Jimin awalnya.

LABIRYNTH ESCAPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang