20

2.3K 290 50
                                    

Sulit untuk mengakali sempit yang semakin menggigit-gigit dalam dadanya, Jimin telah sertakan banyak cara untuk menutupi lubang-lubang yang lahir tiap sekon pada skrin-skrin kalbunya yang hampir rusak. Ia tidak bercanda ketika memutuskan untuk membenarkan seluruh vokal Yoongi beberapa waktu lalu; ini memanglah salahnya. Tidak, tidak. Bukannya Jimin menjadi gila dengan mengalihkan semua kekeliruan pada dirinya sendiri, sebab kalau-kalau saja semua orang lupa pada fakta bahwa dirinya memang bertekad untuk anggap diri korban alih-alih sungguh memahami mengapa Hyunji terus ingin lepas dari lingkungannya.

Jimin memisahkan di saat seharusnya merekatkan. Ia pun mendekatkan sesuatu pada konteks yang seharusnya justru wajib disekatkan. Isi kepalanya terbalik tanpa diniati, tetapi Jimin malah menikmati semua salah yang dirinya aksikan selama beberapa waktu terakhir. Bukankah telah sangat terlambat untuk merasa menyesal saat ini? Rasanya sudah tak lagi ada fungsi meski ia utarakan ampun seribu kali pada Hyunji sebab berani-beraninya melalaikan kewajibannya. Apa lagi manfaatnya? Jimin tak lagi dapat meraih saat seluruh semesta bicara sebaliknya. Hyunji bukan lagi miliknya. Tentu saja, Dasar Bodoh.

Melakukan sebanyak mungkin, Jimin terus tak hentikan komidinya merampas diam-diam seluruh inci wajah Hyunji untuk ia kunci dalam-dalam pada balik retina. Mengabaikan seabai-abainya ekspresi Hyuk yang sedari tadi tak palingan wajah dari dirinya yang fokus berada di satu titik: Hyunji yang beberapa kali lebarkan senyum, Hyunji yang mengedip dua kali dari empat hitungan dalam kepala Jimin, Hyunji satu kali membenarkan gelungan rambutnya yang helainya mulai berjatuhan. Jimin barangkali memang telah gila dalam waktu yang sialnya tak bercanda, sebab ketika Bae memanggil-manggil namanya, isi kepalanya tetap tak ingin pindah atau bahkan alat rungunya tak mau aktif dalam waktu dekat.

Hyuk merangkum dengan baik wajah adiknya yang ditekuk, atau seraut mamanya yang terangkat balas menatap Jimin yang belum juga usai dengan kesintingannya, meneliti raut heran mamanya sebelum akhirnya tangan nyaris ringkih tersebut menggapai dagu Jimin dan berakhir mengalirkan kejut pada papanya yang baru sadar dari gila.

"Lihat? Putri kita sudah kesal bukan main sebab kau lebih memilih untuk mencabuli mukaku alih-alih menanggapi panggilannya, Jim." Hyunji katakan itu dengan desibel-desibel keibuan seperti biasanya.

Jimin mengedip dua kali dengan mulut terbuka. "Ah, maaf, Bae. Salahku sebab harus duduk di depan wanita cantik."

"Papa," rengek Bae yang kelihatan masih tak terima. "Bae di sini. Papa bahkan tidak menunduk untuk menatapku padahal sedang bicara padaku. Memangnya ada apa, sih di wajah mama selain kerutan di dekat mata?"

"Bukan, Bae." Jimin alihkan atensi pada satu wajah mungil yang pipinya sengaja dikembungkan hingga volume paling penuh. "Papa sedang melihat di bagian mana saja kau mewarisi wajah cantik mama."

"Teman-temanku bilang aku justru lebih mirip Papa." Bae katakan itu masih dengan raut cemberut yang lucu.

Jimin mendongak lagi, mengunci kembali air muka Hyunji yang kala itu terlihat lebih sibuk menyembunyikan realitas. Perempuan tersebut menjadi kulum labium lebih sering, kemudian mengusap hidung lebih kerap, terkadang pun mengusap tengkuk seolah usir gundah yang manja-manja di bulu kuduknya. Jimin perhatikan segalanya, setiap jengkal dari paras yang epidermisnya agak berminyak sebab belum dikecupi air serta sabun.

"Benar sekali," sambung Hyuk di tengah-tengah senyap yang tercipta mendadak. "Papa terlalu memperhatikan hal tak penting di waktu-waktu genting. Alih-alih menganalisis kemiripan Mama dan Bae, bukankah akan lebih baik kalau Papa membuatkan aku telur gulung? Aku lapar."

Waktu itu jam dinding telah menghidupi jarum sulungnya di angka nyaris sebelas malam. Namun keempat manusia yang baru saja ribut-ribut kecil dalam mobil selama perjalanan pulang masih tak naik pada tiap ranjang. Daripada itu, mereka justru sedang duduk di meja makan di tengah larut malam sembari meneruskan obrolan mereka yang rasanya tak siap diujungkan. Hyuk menikmati telur gulung yang Jimin buatkan, dan Bae menyesap pelan-pelan susu yang Hyunji seduhkan. Sementara itu Jimin dan Hyunji bergantian mencelup sumpit mereka untuk mencuri ramen dari lambung panci yang nyaris kelompang.

LABIRYNTH ESCAPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang