CHAPTER 11

463 77 72
                                    

Don't forget to press vote and give your comments, thank you.

Barbara's POV

Aku bangun dan kembali tidak menemukan Harry disampingku. Ini hari keempat setelah aku mengatakan kepadanya kalau aku hamil. Setelahnya ia membentakku. Berkata aku ceroboh, tolol dan bodoh. Aku hanya diam dan menangis pilu. Semua memang salahku, aku terima itu.

Tapi yang tak bisa aku terima, setelah itu Harry pergi entah kemana dan ini adalah hari keempat ia tidak ada disini bersamaku. Aku tahu dan paham jika dia marah ataupun kecewa kepadaku. Tapi seharusnya ia kembali, bukan meninggalkanku seperti ini. Aku juga membutuhkannya, setidaknya mencoba jalan keluar yang baik untuk kami berdua. Dengan caranya yang seperti ini, ia seolah menumpahkan permasalahan ini semua kepadaku.

Aku mendengus kesal ketika Harry masih tak bisa dihubungi. Aku mencoba melacak ponselnya tapi tidak bisa karena aku yakin ponselnya tidak ia aktifkan. Bahkan kedua ponsel sialan nya itu tidak bisa aku hubungi.

Mengelus perutku seolah menjadi rutinitas pagiku belakangan ini. Aku berpikir berhari-hari, bagaimana karierku yang mana menjadi Angel VS tahun ini. Aku benar-benar menghancurkan semuanya. Tapi jika melihat dilain sisi, akupun tidak mungkin menggugurkan kandunganku. Aku tak mungkin tega membunuh anakku sendiri. Terlebih ia hadir karena kecerobohanku.

Aku berjalan kekamar mandi untuk membasuh tubuhku. Aku biarkan air mata jatuh bersamaan dengan air yang berasal dari shower diatas kepalaku. Terkadang aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Kehamilan, menjadi orang tua. Aku tak pernah berpikir hingga sejauh itu.

Selama ini aku dan Harry hanya santai menikmati hari-hari kami. Tertawa, menjahili satu sama lain, bertengkar, mengatai ini dan itu. Namun semua itu selalu berakhir dengan sex rutin yang kami lakukan setiap malam sebelum tidur. Dan terkadang dipagi hari, karena jujur saja, aku lebih menyukai dipagi hari.

Bahkan aku berpikir kehadiran janin pada perutku ini terlalu cepat. Maksudku, tidakkah aku dan Harry masih terlalu muda untuk ini?
Tapi jika dipikir lagi, memang dasar aku dan Harry juga doyan melakukannya.

Setelah selesai pun aku langsung berjalan kedapur. Aku harus memberikan gizi yang baik untuk janinku, terlebih keadaannya cukup lemah. Harry tidak tahu tentang keadaan janin ini, dia sehat ataupun tidak. Karena belum sempat aku mengatakan itu kepadanya, dia sudah lebih dulu memakiku.

Aku menyalakan televisi dari arah dapur yang berhadapan langsung dengan ruang televisi. Sambil aku memasukan pisang dan berry kedalam blender, aku melihat satu berita disana yang mengatakan jika Harry Styles bersama dengan Kendall Jenner malam tadi. Mereka keluar dari cafe yang sama. Harry keluar lebih dulu dan hanya berselang 15 menit kemudian Kendall menyusul keluar dari cafe itu.

Aku tak ingin membuat janinku lebih tersiksa. Dengan cepat aku kembali mematikan lagi televisi itu. Bahkan jika bisa, aku ingin menyiram televisi itu dengan air keras.

Kurasa jika aku masih bertahan dengan Harry. Aku hanya akan menyakiti diriku sendiri dan yang terpenting adalah aku akan menyakiti anakku sendiri. Kasihan sekali anak ini, belum lahir saja sudah tersiksa.

Setelah aku sarapan. Dengan berat hati aku masuk kedalam walk in closet dan mulai memasukan pakaianku kedalam koper.

Kecewaku hanya satu, jika ia memang ingin menyudahi hubungan ini. Bicarakan kepadaku. Bukan begini caranya.

Kupikir satu koper besar cukup, aku akan kembali mengambil sisanya suatu hari nanti. Dan aku memang sengaja meninggalkan pakaianku yang tak terlalu penting.

Aku berjalan sambil membawa koper kedepan lift. Baru saja aku ingin menekan tombol lift namun pintu lift sialan ini sudah lebih dulu terbuka dan memperlihatkan Harry yang tengah menatapku dengan bertanya.

NO ONE KNOWS | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang