CHAPTER 15

398 69 64
                                    

Don't forget to press vote and give your comments, thank you.

Harry's POV

Selama diperjalanan, aku terus mengecek suhu tubuh Ben. Untunglah ia sudah bisa tertidur, walaupun suhu tubuhnya masih lumayan tinggi. Tadi aku panik dibuatnya karena Ben yang menangis tiada henti. Aku sudah membuatkannya susu formula. Tapi Ben tak kunjung meredakan tangisnya, dan aku baru menyadari ia sakit ketika aku tengah menyeka air matanya, dan barulah aku tahu jika suhu tubuhnya tinggi. Dengan begitu pun aku langsung membawa nya kedokter anak.

Dokter berkata Ben hanya demam biasa. Kemungkinan juga karena tubuhnya tak siap dengan cuaca ekstrem di London pada beberapa hari terakhir ini.

Aku menggendongnya ketika saat ini aku sudah sampai digarasi Condoku. Aku lebih sering tinggal disini sekarang, entahlah, aku suka disini, nyaman dan sunyi.

Ia bergerak tak nyaman ketika aku menggendongnya. Dengan itu aku mengelus punggungnya terus menerus sambil menciumi kepalanya. Aku membaringkannya diatas ranjangku dengan pelan, sangat pelan. Aku tak ingin dia terbangun walaupun seharusnya ia meminum obatnya lebih dulu. Tapi melihatnya dalam keadaan tertidur pulas seperti sekarang, rasanya aku tak tega untuk membangunkannya.

"Get well soon Benjamin. Dada love you.." Bisikku sesudah mencium keningnya sekilas.

Aku meraih ponselku dari saku celanaku, ada beberapa chat dari Barbara disana. Mungkin ia ingin menanyakan kabar Ben. Ia akan melakukan itu setiap kali Ben bersamaku. Aku tidak memberitahunya tentang keadaan Ben saat ini. Aku tak ingin membuatnya khawatir, terlebih ia sedang sibuk mengurus pernikahannya dengan Jamie saat ini.

Berbicara mengenai pernikahannya, tentu itu bukanlah hal mudah bagiku. Terlebih aku masih sangat mencintainya. Tapi aku sadar, perpisahan kami mutlak karena salahku. Bahkan jika aku mencari setitik kesalahannya selama ini, aku tak bisa menemukannya.

Jamie adalah lelaki yang baik, aku tahu itu. Bahkan ia berpisah dengan istri pertamanya karena kesalahan mantan istrinya itu. Ia berselingkuh dengan salah satu script writter. Jika Jamie ingin berselingkuh, ia bisa saja melakukannya dari lama. Mengingat adegannya dengan Dakota didalam film Fifty Shades Series sangat panas. Terlebih banyak fans yang menshipper mereka. Tapi Jamie tidak sesialan itu, ia sangat mencintai Amelia. Tapi memang dasar wanita itu tidak tahu diri, ia justru berselingkuh dengan lelaki pilihannya itu.

Aku mengikhlaskan Barbara untuk menikah dengannya, tentu bukan karena alasan itu. Maksudku, ya, mungkin itu salah satu alasannya. Tapi, alasan utamanya adalah, karena Jamie sangat menyayangi Ben. Ia menyayangi Ben seolah Ben adalah anak kandungnya, dan itu yang memang aku inginkan.

Siapapun yang ingin menikahi Barbara, ia harus bisa menerima dan juga menyayangi Ben seperti aku menyayanginya.

Satu hal yang lucu disini.
Ketika Jamie meminta Barbara untuk menjadi kekasihnya, Barbara tidak langsung menerimanya. Ia meminta waktu, dua hari. Bukan untuk memikirkan ataupun menimbangkan apa jawaban yang pas. Tapi Barbara melakukan itu untuk meminta izinku. Aku berkata kepadanya saat itu, jika keputusan ada ditangannya. Tapi ia justru berkata, semua keputusan ada ditanganku dan aku lah yang berhak memutuskan siapa yang pantas untuk menggantikan posisiku.

Tentu aku tidak langsung memberikan jawaban. Aku terlebih dulu menanyakan kepada Niall tentang sosok seorang Jamie. Aku tahu Niall sering menghabiskan waktu bersama Jamie untuk bermain golf, dan aku asumsikan setidaknya lelaki fake blonde yang sudah kembali brown itu tahu sedikit info tentang Jamie.

Dan ya. Kurasa keputusanku menerima Jamie untuk menggantikan posisiku tidaklah salah. Ia memang laki-laki yang baik.

Hanya saja terkadang aku berpikir. Kapan aku mulai bisa membuka hatiku untuk wanita lain..

NO ONE KNOWS | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang