📍O1

8 0 7
                                    

Terlihat seorang pemuda yang sedari tadi berusaha mematikan jam weker nya yang terus berbunyi keras itu, akhirnya karena putus asa ia pun bangun dari tidurnya, menyibak selimut yang sedari malam menutupi tubuh yang ia biarkan bertelanjang dada .

"Shit! Telat lagi kan gue, aargh kebiasaan banget dah" kesalnya saat melihat jam wekernya yang menunjukan pukul 6.15

Pemuda itu lantas beranjak dari ranjangnya, menyambar handuk yang tergantung di jemuran kamarnya lalu bergegas mandi.

"Kalo solat masih bisa kan ya? Iyakan? Ya allah terimalah salat hambamu ini" ujarnya dramatis

- -
-

Duden.

Begitu orang orang memanggilnya, berpostur tubuh menjulang tinggi, bahkan dapat dikatakan sangat tinggi untuk diusianya saat ini. Alis tebal, hitam, dengan mata yang tajam yang memiliki julukan sebagai tatapan elang, hidung nya bak perosotan taman kanak. Rahang nya tegas, dapat terlihat kumis kumis halus yang mulai bertumbuhan diatas ranum merahnya.

Dengan langkah tanpa suara, dan badan dibungkukkan, Duden berjalan ke arah mejanya, berusaha agar sang guru -yang sedang menulis di papan tulis- tak menyadari keberadaannya.

"Lagi?" tanya seorang siswa dengan raut jengah, seperti nya ia terlalu hapal dengan kelakuan temannya

Duden mengangguk acuh tak acuh

"Kenapa gak tinggal sama bokap lu aja si? Siapa tau dia lebih baik daripada nyokap lo." Mimik wajahnya berubah, menjadi lebih tegas, sepertinya ia menahan amarahnya

"Lo, gausah so peduli" katanya sarkatik, yang bertanya hanya diam, tak berani membuatnya lebih keruh, tak ingin membangunkan singa yang sedang tertidur

--

#TBC

DUDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang