Memandang Sebelah Mata

78 42 26
                                    

"Rasa lelah, bukan berarti aku putus asa"

#II

Hari ini, adalah hari yang membuat jantungku berdegup cepat, hari ini adalah hari yang menghasilkan semua dari jerih payah usahaku. Semoga saja usahaku tidak menghianati hasil, sudah seminggu penuh tak henti-henti aku berlatih untuk menyiapkan hari ini.

Sekarang aku sudah berada di bandara bersama Bu Rani. Kami akan berangkat ke Ambon untuk mengikuti Olimpiade lompat indah tingkat Nasional, aku sebagai peserta dan ibu Rani sebagai Pendampingku.

Tidak ada yang tahu tentang kepergianku hari ini. Aku bertekad pada diriku sendiri , aku akan membuktikan pada mereka semua ,bahwa aku juga punya kelebihan.

Nomor penerbangan kami sudah di panggil. Aku segera bergegas bersama ibu Rani.

***

Sekarang aku bersama ibu Rani sudah berada di lokasi perlombaan. Banyak peserta-peserta dari provinsi lainnya. Aku juga merasa iri, mereka bukan hanya ditemani pendampingnya, tapi juga ditemani oleh orang tua mereka, sahabat mereka, sedangkan aku? Oh, tidak. Ibu Rani adalah ibuku, sahabatku, dan ibu Rani sungguh yang terbaik.

Aku sudah mengganti Kostumku dengan pakaian Renang.
Sekarang giliranku. Aku menaiki papan lompat yang berketinggian 10m diatas kolam renang ini. Jujur, sebenarnya aku takut ketinggian, tapi entah mengapa loncat indah malah menjadi kelebihanku.

"Nomor Urut 14, Friska Eryanti dari Provinsi Bengkulu"

Aku mengambil ancang-ancang, tak lupa aku sudah melakukan pemanasan tadinya.

Aba-aba sudah dilatunkan, aku bersiap, dan... aku melakukan semaksimal mungkin.

Sekarang aku sudah bersama ibu Rani, aku memeluknya legah, aku takut sekali jika ternyata aku mengecewakan. Tapi ibu Rani selalu bersihkeras meyakinkan bahwa aku yang tetbaik.

***

Sekarang saatnya pengumuman pemenang, setelah kemarin melaksanakan perlombaan. Ibu Rani tak henti-hentinya membaca berbagai macam do'a, berdzikir dan menenangkanku. Akupun samanya dengan bu Rani.

"Juara 1 peraih medali emas Olimpiade Loncat Indah tingkat Nasional tahun ini adalah...."

Jantungku berdegup cepat, di pringkat ke 2 dan ke 3 bukan aku yang menempati, apa aku diposisi 1? Atau malah belum rezeki ku? Ibu Rani mengelus kepalaku pelan, menenagkanku seakan tau aku gelisah

"Kamu sudah lakukan yang terbaik, menang dan kalah di perlombaan itu biasa, sayang" ujar Bu Rani menenangiku. Akupun hanya mengangguk mengiyakan, lalu tersenyum tulus.

"Friska Eryanti dari Provinsi Bengkulu!!!"

Aku yang mendengar hal itu membuka lebar kedua matanya dan refleks menutup mulutnku dengan taganku. Usahaku selama ini tidak mengkhianati hasilnya. Akhirnya aku menggapai cita-citaku yang menjadi hobiku!

Aku bangga dengan ibu Rani, dia sudah benar-benar sudah lebih dari cukup untuk seorang ibu.

Aku menangis terisak bahagia. Aku memeluk erat ibu Rani, aku tidak bisa berkata-kata lagi, bahkan kami sudah melakukan sujud Syukur saking kami bahagianya.

Kelana CeritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang