Sangat yang Sesaat

36 13 10
                                    

"Sial, kenapa harus disaat begini, sih" Merasakan denyutan yang mulai menjalar diseluruh kepalaku, akhirnya aku menghentikan aktivitasku menuliskan jawaban Soal Fisikaku dipapan tulis.

"Bu, permisi, sepertinya Saya harus ke Uks" pamitku. Guru paruh baya itu sedikit terperangah, entah karena apa. Ia dengan khawatir menyuruhku agar bergegas ke Uks.

Aku melangkah perlahan karena kepalaku yang seperti ditimpa beton. Satu tetes darah merah jatuh pada lantai yang hampir Aku pijak. Ah, Aku sampai tidak sadar, mungkin karena ini Guru Fisikaku itu terlihat khawatir.

Aku melangkahkan kaki ku pada ambang pintu Uks.

Kemana pula petugas Pmr? Kenapa Uks ini kosong? Aku mendesah pelan, terpaksa harus berdiri lagi mengambil yang aku perlukan sendiri.

Plak!

Gelas yang Kupegang jatuh ke lantai, membuat air didalamnya tumpah. Sambil menahan tisu dihidungku aku mendongak, "Ngapain Kamu disini?"

Seorang murid laki-laki yang tidak kuketahui itu meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya, mengisyaratkan, Diam.

Entah kendali apa aku seakan mengikuti isyarat itu. Tapi sakit dikepalaku tidak bisa Aku tahan lagi. Hingga tubuhku jatuh dan penglihatanku seketika semuanya, gelap.

-

Aku membuka mataku perlahan. Ah, masih di Uks ternyata. Tapi, tunggu? Siapa yang mengangkatku ke Ranjang ini? Terakhir... ah, ya, Aku ingat.

Aku menoleh kesampingku. Terkejut. Kenapa murid laki-laki ini malah tidur disampingku, benar-benar disampingku. Sialan. Ini keterlaluan, bagaimana jika ada yang melihat? Bagaimana jika terjadi ketidak sengajaan.

Aku memaksakan untuk bangkit dengan kepala yang masih sakit. Lalu menepuk badannya keras.

Sialan, lagi. Nyenyak sekali ternyata. Oke, untuk pilihan yang tepat, aku mendorong tubuh laki-laki itu, membuatnya terjatuh dari ranjang.

Terdengar suara ringisan dari tempatnya. Akupun meneguk susah salivaku.

"Nggak tau terimakasih Lo ya?"

Aku menautkan alisku. Utuk apa Aku berterimakasih?

"Kamu Siapa?" Ujarku dengan nada sedikit membentak.

Dia hanya menjawab dengan helaan napas pelan, "Gue yang udah bantuin Lo buat pingsan ditempat yang nyaman"

Sekarang Aku yang geram. Laki-laki sialan ini!

"Kita enggak kenal, dan Kamu dengan lancangnya tidur disampingku!"

Lelaki itu terlihat terjekut dengan pernyataanku, ia mendekat untuk memastikan, "Gue?" Tanyanya, Aku mengguk mantab.

"Seriusan? Gue tidur... disamping Lo?"

Aku menghelah napas pelan, "iya"

"Wahh, Gila. Kalau gitu Gue beneran minta Maaf" ujarnya.

Aku memutar malas bola mataku. Tunggu... Kenapa suasananya begitu sepi? Satu lagi, gerbang yang terlihat dari jendela Uks kelihatannya sudah tertutup! Astaga!

Melihat rautku yang seperti kebingungan laki-laki itu mendekat, "Lo kenapa?"

"Itu... Kamu... bisa tolong cek keadaan diluar?" Pintaku.

"Ah, iya bener. Sebentar"

Setelah beberapa menit dia kembali dengan raut yang sulit diartikan.

"Ada apa?" Tanyaku. Dia menggaruk tengkuk lehernya, entah gatal entah tidak.

"Kita... Dikunci dari luar"

Kelana CeritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang