Lelaki itu duduk termenung di balkon kamarnya. Menangkup pipi dengan sebelah tangannya serta menatap lurus ke depan. Seolah sedang berpikir sesuatu tentang kejadian di sekolah tadi.
“Kok bisa gitu ya..” gumamnya pelan, mendengus kasar dan menyenderkan bahunya asal ke jendela kamar.
“Sebenernya Ryujin ada masalah apa sih? Gue masih nggak ngerti sama semuanya ... apalagi sama yang dilakuin Junkyu kemarin,”
“Mau tanya Yuna, kayaknya dia juga nggak tau tentang itu,”
Beomgyu kembali mendengus kasar. “Kok jadi gini, sih? Niat awalnya gue 'kan cuma mau deket sama Ryujin. Kenapa semuanya jadi ribet?”
“Gue cuma tertarik, karena cewek itu beda dari yang lain. Tapi.. Kenapa lama-lama malah kayak gini?”
"Apa gue jahat banget, ya? Harusnya emang dari awal nggak kayak gini..."
"Harusnya dari awal gue emang diem aja. Nggak usah sok ngedeketin, nggak usah sok ikut campur,"
"Dan sekarang..."
"Gue──jadi nggak bisa lepas dari Ryujin.."
"Gue──nggak tega."
"Woi Beomgyu!"
Sontak lelaki itu terkejut saat ada yang meneriakki namanya. Ia menoleh ke samping tepat di mana sudah berdiri sosok cowok yang tak kalah misteriusnya dengan Ryujin. Ah, gila. Ngapain Junkyu berdiri di pagar balkon sih? Kalau jatuh kan bahaya.
"Kyu! Turun lo, badan gede masih bisa aja begayaan. Jatuh baru tau rasa," ucap Beomgyu, berusaha menarik Junkyu agar turun dari situ.
"Yaelah, biasa aja kali. Lagian gue ke sini cuma mau bilang sesuatu aja kok," jawab Junkyu kelewat santai. Beomgyu pun jadi tidak habis pikir dengannya.
"Bilang apaan?"
"Lo beneran suka nggak sih sama Ryujin? tanya Junkyu. Matanya menatap intens wajah Beomgyu yang sedang menatapnya bingung.
"Maksud lo?" lelaki itu mengejarjapkan matanya berkali-kali. Berusaha kalem dengan pertanyaan Junkyu.
"Iyaa, lo? Lo beneran suka sama Ryujin? Suka atau cuma penasaran aja?"
"Hah? Penasaran gimana?"
Junkyu menepuk dahinya pelan. Menatap Beomgyu dengan serius. "Ehm, gini deh. Mau gue kasih tau sesuatu nggak?"
"A-apa?"
"Tapi ada syaratnya."
"Ya apa?"
Junkyu mengembangkan senyumnya, lalu tangannya menarik telinga Beomgyu agar bisa berbisik.
Tepat setelah membisikkan sesuatu ke telinga cowok itu, Junkyu langsung bergegas pergi dari sana.
Ini aneh.
Beomgyu dibuat mematung dengan bisikkan Junkyu tadi.
Apalagi, melihat Junkyu yang tiba-tiba menghilang seperti──hantu.
Seperti──datang tak dijemput, pulang pun tak diantar.
Beomgyu jadi bergidik ngeri sendiri jadinya.
"Sampai kapan gue harus berpura-pura kayak gini?"
"......"
"Jin, gue udah nggak tau harus berbuat apalagi."
Gadis itu mendengus kasar. Melempar handphone-nya ke sembarang arah dan membanting tubuhnya ke kasur. Tidak mempedulikan ocehan-ocehan yang terdengar di panggilan yang masih tersambung itu.
"Jojo, ih! Please bantuin gue, ya, ya, ya??" kata seseorang dari ujung sana, merengek layaknya seperti anak kecil.
"Gini deh, jo. Kita 'kan sama-sama menguntungkan satu sama lain. Lo inget 'kan perjanjian kita waktu itu?"
"Jojooo! Please dengerin!"
"But I really can't stand it anymore, Jin!" ucap gadis itu kesal, diambilnya kembali handphone yang tadi sempat ia lempar.
"Me, too! we're both having a hard time, jo!"
"Aku janji, semuanya bakalan baik-baik aja. Percaya sama aku ya?"
Ryujin menghela nafas pelan. Disodorkannya kembali benda persegi itu ke telinganya. "I'ts okey, gue terima permintaan lo. Kita tinggal tunggu tanggal mainnya aja."
***
Jadi dari sini, udah ketebak 'kan alurnya bakal kayak gimana?
Ribet coy.
Tapi tenang aja, aku bakal buat cerita ini jadi semakin ribet kok.
Biar kalian penasaran~
HEHEHEHE, BYE!
KAMU SEDANG MEMBACA
Icy Girl ✓
FanfictionHer name is Ryujin, the coldest girl on this earth. status ; end✔️ © 2019, fairyunivers. ft. beomgyu