“Ryujin!” seru Beomgyu saat ia sudah memasuki ruang UGD bersama Junkyu. Wajahnya berseri-seri, tidak sabar ingin melihat kondisi Ryujin yang kata dokter sudah sadarkan diri itu.
“Akhirnya lo udah sadar,” ucap Beomgyu. Bibirnya tak henti mengulurkan senyum, tangannya kini mulai bergerak dan menggapai telapak tangan Ryujin yang masih terpasang oleh alat infus. “Lo... baik-baik aja?”
Namun, bukannya menjawab, Ryujin justru kembali terbatuk dan memegangi kepalanya berulang kali. Meskipun Ryujin sudah sadar, belum sepenuhnya energi dia terkumpul kembali. Hal itu membuat dirinya pun merasa susah untuk sekedar membuka mata. Bahkan mendengar.
“Ryujin, lo denger gue 'kan?” tanya Beomgyu dengan raut khawatir. Membantu Ryujin yang sedang berusaha untuk duduk, lalu cowok itu langsung menyandarkan kepala Ryujin di bagian atas ranjang.
“G-Gue.. di. . mana?” samar-samar gadis itu berucap. Mengangkat kepalanya sambil menatap Beomgyu dan Junkyu yang sedang berdiri di hadapannya sekarang.
“Lo ada di rumah sakit,”'jawab Beomgyu. “Eh, anu.. tentang keluarga lo. Maaf, gue belum kasih kabar ke mereka.” ucap Beomgyu menyesal. Lalu menatap Junkyu yang ada di sebelahnya.
“Lo itu penipu 'kan?” tanya Junkyu, mengangkat telunjuknya ke arah Ryujin.
Berbeda sekali dengan Beomgyu yang terlihat khawatir serta senang. Junkyu, cowok itu malah dengan bodohnya menanyakan hal aneh di waktu yang tidak tepat juga.
Tapi, reaksi yang diberikan Ryujin terlihat biasa saja. Gadis itu menatap Junkyu datar seperti tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaannya. Ryujin tidak dapat berpikir di saat-saat yang seperti ini. Otaknya buntu, dan denyutan-denyutan kecil itu masih terasa di kepalanya.
“Cepet kasih tahu, Ryujin di mana?” tanya Junkyu sekali lagi. Beomgyu yang mendengar itu langsung menginjak sebelah kaki Junkyu, mengodenya agar bisa diam dan melihat situasi.
Tangan Ryujin bergerak, melihat infus yang masih terpasang jelas di telapaknya itu. “Gue mau pulang,” setelah itu ia ganti menatap Beomgyu. Menyuruhnya untuk melepaskan alat bantu yang terpasang sejak tadi di telapak tangannya.
“Tapi harus ijin dokter dulu, Jin. Lo nggak bisa seenaknya gini, nanti malah tambah sakit gim-”
“Pokoknya gue mau pulang,” potong Ryujin. Dengan nada suara yang sedikit memerintah.
Junkyu menghela napasnya, lalu segera menghampiri tempat Ryujin berada. “Kalau lo udah sehatan dan ngerasa nggak sakit lagi, baru boleh dibuka infusnya.”
Dan secara tiba-tiba, Junkyu mendekatkan mulutnya ke arah telinga Ryujin. Ia membisikkan sesuatu yang membuat Ryujin setengah terkejut.
“Gue tahu, lo itu bukan Ryujin. Jadi setelah ini, kasih tahu gue di mana keberadaan Ryujin yang asli.”
❄❄❄
Yuna, Wendy, serta Chanyeol tengah khawatir sekarang. Sudah beberapa kali mereka menghubungi nomor Ryujin, namun tidak ada satupun panggilan atau pesan yang terjawab. Ini sudah lebih dari 24 jam, tapi Ryujin belum juga ditemukan oleh pihak polisi yang dipanggil oleh Chanyeol.
“Pah, gimana ini?” tanya Wendy, tangannya gemetaran dan wajahnya sangat kusut. Chanyeol yang melihatnya hanya bisa mengelus pelan tangan Wendy supaya istrinya itu bisa sedikit tenang.
“Papa tahu kamu khawatir, tapi tenang dulu ya? Semuanya juga khawatir kok,” ucap Chanyeol. Ia kini melirik putri keduanya yang terlihat sangat lelah. “Yuna? Kalau kamu masih ngantuk, tidur aja dulu di kamar. Urusan kakak kamu biar kita yang urus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Icy Girl ✓
FanfictionHer name is Ryujin, the coldest girl on this earth. status ; end✔️ © 2019, fairyunivers. ft. beomgyu