Happy reading...
************************************
Hari demi hari hubunganku dengan Viona berjalan dengan lancar. Kami sangat bahagia, kami berdua saling menguatkan pabila diantara kami dirundung masalah. Aku pun makin lama makin sayang dan cinta sama Viona sehingga satu nama yang pernah terukir dihatiku lambat laun terkikis dan tergantikan dengan ukiran nama baru yang terpahat disana yaitu nama VIONA.
Viona adalah sosok yang sangat sabar menghadapiku, sehingga temen di kantor yang taunya kami sahabatan kadang kesel sama dia karena terlalu mengalah kepadaku. Ya Aku memang sosok yang pencemburu, egois suka merajuk dan terkadang suka marah sama dia tanpa tau penyebabnya.
Tetapi Viona masih tetap bertahan disampingku sampai tidak terasa hubungan kami berjalan empat tahun lamanya.
Selama itu kami juga suka bertengkar apa bila Viona sudah habis kesabarannya dan kami pun sediaman dan saling menghindar tapi itu tidak lama bertahan paling lama seminggu dan kamipun akur kembali seperti biasa.
Jujur saja hubungan kami sudah terlalu intim. Kami sering 'tidur' bersama. Tetapi kami tidak pernah berniat merusak apa yang ada didiri kami yaitu keperawanan, Kami bermain aman.
Selama itu hubungan kami belum terendus sampai suatu ketika kakak sama bapak Viona memandangku agak lain dari biasanya. Tatapan mereka seolah membenciku. Aku merasakan hal itu apabila Aku main kerumahnya.
Kecurigaanku Aku utarakan kepada Viona kalau bapak sama kakaknya kemungkinan sudah mencium hubungan kami ini Viona pun mengakuinya kalau dirumahnya dia sering disindir oleh kakak lelakinya itu tapi ia taidak perduli.Mendengar itu, cintaku semakin besar kepadanya. Viona lebih memilihku daripada kaluarganya.
Aku selalu penuhi kebutuhan hidupnya, walau Dia tidak meminta. Itu Aku lakukan dari awal hubungan kami terjalin, sehingga gajinya utuh untuk keluarganya dan sekolah tiga orang adik perempuannya.Pada suatu malam, Aku dan ibu berbincang sambil tiduran dikamarku. Ibu mengusap kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Fella.. Tidak terasa ya kamu sekarang sudah tumbuh jadi gadis yang cantik" ujar ibuku lirih sambil tangannya mengusap kepalaku.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan ibuku."Tahun ini umur kamu dua puluh enam kan nak??" Akupun menganggukkan kepala sambil memikir kearah mana omongan ibuku ini.
"Bearti sudah lebih seperempat abad umurmu lho???" Aku mengangguk lagi dengan hati yang berdebar karena Aku sudah bisa meraba kearah mana omongan ibuku. ibuku pun terkekeh.
"Itu umur sudah layak untuk berumah tangga lho Fel??" nah kan bener dugaanku. Akupun diam saja.
"Harapan ibu sekarang cuma kamu Fella, sedang kakakmu Dara taulah sendiri kondisi Dia saat ini," Aku mendongakkan kepalaku dan menatap wajah ibuku yang sudah mulai menua.
"Ibu juga sekarang sudah tua, seandainya ibu telah tiada, ibu akan tenang disana karena kalian ada yang menjaga," lanjut ibuku sambil matanya menerawang.
"Ibu ngomong apa sih!!" sentakku tidak terima ibuku berkata begitu. "Gak akan terjadi apa apa sama ibu,"
"Fella dengarkan ibu dulu nak" ibu meraih tubuhku lagi ketika Aku berusaha duduk dari kasurku.
"Ini permintaan ibu sayang.. Tolong kabulkan. Sampai kapan kamu mau sendirian terus" desak ibuku.
"Maaf bu, pintu hati sudah tertutup karena kuncinya sudah dibawak oleh Rudi pergi," hanya itu alasanku kepada ibu kenapa Aku masih sendiri. Ya Rudi alasanku karena dulu Aku pernah cerita tentang Rudi. Aku gak mungkin ngomaong sama ibu kalo Aku sekarang menjalin hubungan dengan Viona, sahabatku sendiri dan itupun wanita yang sejenis dengan diriku.
"Tetapi Fel.. sampai kapan kamu menunggu Rudi??"
"Entahlah bu, kayaknya Aku gak akan berumah tangga" jawabku singkat sambil berdiri dan sesaat Aku menoleh kepadanya.
Aku melihat ada kekecewaan tersirat di raut wajahnya. Ada kesedihan di kedua matanya Dan... Ada air mata.
Ya Allah.. Aku sudah melukai hati wanita yang telah melahirkanku.
Begitu besar pengharapannya kepadaku untuk berumah tangga.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
BISTIK ( BISikan haTI Kecilku )
Short Storyterimpirasi dari curhatan seseorang selebihnya imajinasi.