Veysteria (A Ghost Diary)

STORY 2B - Sosok di Bawah Kasur (II)

Dia adalah arwah penasaran pertama yang membagi ceritanya padaku. Kala itu, tiga bulan setelah aku tahu diriku bukanlah anak normal pada umumnya. Selama jangka waktu itu, begitu banyak hal menyeramkan yang kualami.

Aku benar-benar hampir gila dan menghabisi diriku sendiri karena ulah mereka.

Aku juga tidak terlalu ingat bagaimana ceritanya hingga 'mereka' mulai membagi kisah mereka padaku. Yang kutahu, malam itu aku dengan tegas menghadapi mereka dan meminta agar mereka tidak menganggu kehidupanku.

Beberapa malam setelahnya, aku kembali mendengar suara perempuan itu—sosok dibawah tempat tidurku.

Dia memanggilku seperti biasanya.

"Gadis kecil... Gadis kecil... Apa kau bisa mendengarku?"

Suara itu berulang kali menggema hingga. Memukul gendang telinga hingga membuatku keluar dari lelapnya dunia mimpi.

Aku membuka mata dengan malas.

Beberapa bulan terakhir ini, aku tidur dengan lampu menyala agar suara tersebut tidak terdengar. Tetapi untuk malam ini, aku sengaja mematikan lampu.

Aku sudah bertekat akan meladeni mereka sejak 'hari itu'.

Aku tidak boleh lari dari kenyataan.

Aku juga harus bisa menghadapi masalahku sendiri.

Aku menjawab singkat panggilannya dengan kalimat, "Iya, aku mendengarmu."

Tak lama setelah itu, sang perempuan kembali melontarkan sepatah kata.

"Gadis kecil... Gadis kecil... Ayo lihat kemari!" pintanya dengan suara parau.

Kubangkitkan tubuhku dari posisi tidur dan mulai duduk di atas kasurku. Aku menghela nafas panjang. Mencoba mengatur detak jantungku senormal mungkin.

Jujur saja, aku masih belum sanggup melihat wajah menyeramkan milik perempuan itu.

"Gadis kecil... Gadis kecil... Aku di sini!"

Sosok itu kembali memanggilku. Namun untuk sejenak, aku mengabaikannya.

"Gadis kecil... Gadis kecil... Aku di sini!"

Untuk kedua kalinya, dia mengulangi ucapannya.

Aku menolehkan kepala ke kanan. Kulihat sebuat tangan dengan kuku-kuku tajam yang menjulang lurus. Ia melambai—seolah mengajak diriku untuk menghampiri sosoknya.

Aku bangkit dari tidurku, sedikit merangkak, dan menghampiri tangan itu.