Chapter 2

593 108 19
                                    

"Siapa kau?" tanya Suga ingin tahu.

Kali ini sungguhan. Ini bukan imajinasinya. Gadis itu tidak menghilang. Ia berdiri disana, di depannya dengan pandangan yang belum lepas dari lautan.

"Hey," Suga mengulurkan tangannya. Namun belum sempat menyentuh pundaknya, akhirnya gadis itu bergerak. Dengan pantulan cahaya merah keemasan dari matahari, entah kenapa gadis itu terlihat sangat tidak nyata. Kedua bola matanya yang tampak kosong pelan-pelan mulai terisi, sebuah binar cahaya terlukis di wajahnya hanya dalam waktu beberapa detik. Gadis itu tersenyum lalu bergerak memeluk Suga.

"Oppa kau kembali," suara serak gadis cantik itu menari di telinganya. Suga tersentak, mendadak ia mematung di tempatnya tanpa mampu menolak ataupun menghindari pelukan tiba-tiba itu. Bisa Suga rasakan dekapan gadis itu padanya menjadi semakin erat. Gadis itu membenamkan wajahnya di pundak Suga sebelum akhirnya Suga mulai merasakan basah pada kemejanya. Suga akhirnya bergerak, ia melirik gadis tadi yang ternyata saat ini tengah menangis dalam diam. Perlahan, pundak gadis itu bergerak naik turun seirama dengan suara tangisannya yang tersedu-sedu sementara kedua tangan gadis itu yang kini tengah melingkar di punggungnya terasa terus bergerak mengusap tak karuan seolah mencoba memastikan bahwa sosok yang kini tengah ia peluk itu adalah nyata.

Suga tampak kebingungan. Tangannya terangkat menyentuh pundak gadis tadi pelan. "M-maaf. Permisi," ucap Suga ragu.

"Jangan pergi. Oppa ku mohon jangan pergi," suara gadis itu bergetar. Entah bagaimana Suga bisa merasakan kaki gadis itu mendadak lemas dan membawa tubuh mungilnya perlahan jatuh ke tanah. Suga yang melihat itu spontan menahan beban tubuhnya hingga gadis itu dapat mendarat dengan lembut.

"Gwenchana?" tanya Suga khawatir. Gadis itu masih gemetar, tidak di pedulikannya gaun putih yang ia kenakan itu menjadi kotor mengusap tanah. Ia menunduk, sedari tadi tangisannya masih juga belum berhenti.

Suga sedikit menundukkan pandangannya mencoba untuk melihat wajah gadis itu yang kini tengah bersembunyi dibalik rambutnya yang tergerai jatuh. Gadis itu terlihat pucat, bibirnya kering dan beberapa luka gores bisa Suga lihat di pelipis maupun pipinya. Perhatian Suga kini beralih pada kedua tangan yang sangat kurus dan ringkih itu, seolah sangat rapuh dan bisa patah kapan saja jika tidak berhati-hati. Suga melirik kedua kaki gadis itu, sama saja terlihat kurus dan terdapat banyak sekali luka yang lebih serius pada tumitnya. Suga baru saja menyadari jika gadis itu sejak tadi hanya bertelanjang kaki. Gadis itu terlihat sangat menyedihkan. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

"O-oppa? Jangan pergi lagi ya? Berjanjilah," ucap gadis tadi tiba-tiba. Suga mengangkat wajahnya, tatapan keduanya bertemu. Entah sejak kapan gadis itu memperhatikannya. Manik matanya terasa hangat namun menghanyutkan.

"Maaf tapi aku rasa kau sal-," belum sempat Suga menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja gadis itu menjerit dengan sangat keras. Jemari tangannya bergerak naik dan mulai mencakar wajahnya sendiri. Suga tersentak, ia berusaha untuk menghentikan gadis itu agar tidak melukai dirinya sendiri namun tidak memberikan hasil yang berarti. Gadis itu jauh lebih kukuh, ia mendorong tubuh Suga keras hingga pria tampan itu terjatuh dari duduknya.

"TIDAAAAKKKK! TIDAAAAKKK! OPPA KENAPA KAU MENINGGALKANKU! JANGAN TINGGALKAN AKU! JANGAN PERGI! TIDAAAAKKK!" Gadis itu berteriak seperti orang gila. Suga masih terkejut, ia tidak mengerti apa yang sebenarnya salah disini. Namun meskipun begitu manik matanya masih bergerak mengikuti gadis tadi yang kini tengah berdiri dari duduknya dan menatapnya dengan pandangan nanar.

"SEHARUSNYA KAU MEMBAWAKU!!!" Ucapannya terdengar marah namun ekspresi wajahnya justru terlihat sangat sedih. Tanpa berpikir panjang tiba-tiba saja gadis itu berbalik dan berlari menuju pagar pembatas mercusuar dan PYARRR...

TERRITORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang